Majalah Komunikasi UM | Edisi 329 Juli - Agustus 2020

Page 1


ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah


DAFTAR ISI

dok. Pribadi

Melihat situasi yang belum kunjung membaik hingga saat ini karena kota Malang juga masih berada di zona merah, proses pembelajaran di UM semester mendatang akan dilaksanakan secara daring. Lalu apa saja persiapan yang dilakukan UM untuk menyambut pembelajaran daring ini? Bagaimana tanggapan mahasiswa menghadapi perkualihan daring? Simak informasi lengkapnya di rubrik Laporan Utama!

20

dok. Komunikasi

UM Siap Sambut Pembelajaran Daring SALAM REDAKSI 4

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9

Lebih Mengenal Mawapres UM 2020 sang Perintis Start-Up

OPINI 10

Hai, Sobat komunikan! setelah rangkaian seleksi yg cukup panjang dan ketat, akhirnya terpilih juga MAWAPRES UM 2020! Selain bersahabat dekat dengan dunia IT, Jawara MAWAPRES UM tahun ini juga peduli akan budaya Indonesia, lho... Mau tahu bagaimana liputan lengkap bersama sang jawara? Yuk simak rubrik profil!

PROFIL LAPORAN KHUSUS 22 CERITA MEREKA INFO 26 CURHAT 30 PUSTAKA 31

Merasa diri baik-baik saja, Kholisin sempat kaget ketika dinyatakan positif Covid-19. Kabar tentang dosen sastra arab UM ini kemudian ramai beredar di publik. Bahkan, Kholisin menjadi objek hoax yang viral di Malang Raya kala itu. Dari ujian yang menimpa, Kholisin kemudian memetik beragam hikmah. Yuk simak obrolan seru kru Komunikasi bersama Kholisin, cek ceritnya di rubrik Cerita Mereka ya!

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

Roketto Bus Ngopi Sambil Keliling Kota Malang

Masih binging cari tujuan wisata pada era baru? Tak ada salahnya mencoba Rokettobus. Sebuah trobosan terbaru penangkal jenuh yang didesain unik sembari menikmati kopi atau makanan ringan. Sambil ngopi, kalian juga akan berkeliling Kota Malang. Penasaran? Yuk, simak reportasenya di Rubrik Wisata!

32

dok. Komunikasi

dok. Pribadi

Hadapi Fitnah dengan Tawakal pada Mahakuasa

24

SEPUTAR KAMPUS 12

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT:DITJEN SK Menpen No. 148/ SK PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

oleh Nuruddin Zanky

W

aktu terus berjalan dan dunia terus berputar. Langkah kita tidak bisa berhenti, apa lagi berbalik ke belakang. “Langkahkan kaki terus ke depan!” Sepertinya kalimat itu patut disampaikan untuk membuka salam redaksi pada kesempatan kali ini. Seluruh sendi kehidupan saat ini sedang mendapat ujian dengan adanya Covid-19. Keberadaannya bukan menghentikan rotasi kehidupan, tetapi memaksa adanya perubahan tatanan: kesehatan, ekonomi, sosial budaya, tidak terkecuali pendidikan. Perubahan merupakan kata kunci dalam kondisi seperti ini. Perubahan dari pembelajaran berbasis kelas menjadi pembelajaran berbasis digital merupakan salah satu bentuk perubahan yang tampak dalam dunia pendidikan. Di tengah segala keterbatasan yang ada, pendidikan tetap harus berjalan. Saat ini bermunculan berbagai macam aplikasi pembelajaran, kursus, maupun seminar online untuk membantu berjalannya proses pendidikan di masa pandemi ini. Model belajar boleh berubah, tetapi hakikat pendidikan tidak boleh berubah. Tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan lingkungannya serta manusia yang memiliki hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Oleh karenanya, pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yaitu dimensi dialektika horizontal dan ketundukan vertikal. Dimensi yang pertama membentuk manusia yang peka serta mampu mengatasi masalah-masalah sosial dengan ilmu pengetahuan. Dimensi yang kedua menyadarkan manusia bahwa apa pun yang terjadi di dunia ini tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi ada Sang Pencipta yang mengaturnya. Singkat kata, pendidikan seutuhnya adalah pendidikan pikir dan hati, sehingga lahirlah manusia yang berjalan seimbang antara pikir dan zikir. Tidak terdapat formulasi paten untuk mengembangkan manusia dalam dunia pendidikan. Dalam era pandemi ini implementasi pembelajaran digital di berbagai lembaga pendidikan juga berbeda-beda. Beberapa komponen seperti kemampuan sumber daya manusia (SDM), keberadaan

dok. Pribadi

Tantangan Era Digitalisasi Dunia Pendidikan teknologi: hardware maupun software, biaya atas teknologi, sampai permasalahan regulasi menyebabkan implementasi pendidikan yang berbedabeda. Akhirnya, setiap lembaga pendidikan harus mencari jati dirinya sampai menemukan formulasi yang hari ini dianggap paling tepat untuk lembaga masing-masing. Namun, bisa jadi besok akan berubah lagi. Sepertinya, ungkapan Renald Kasali benar adanya, “Tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga.” Terdapat tiga ranah yang dikembangkan dalam dunia pendidikan, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Kemampuan terhadap tiga ranah tersebut disebut sebagai kompetensi. Siswa yang kompeten adalah siswa telah memiliki tiga ranah tersebut dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Dalam kondisi yang serba terbatas ini kita tidak boleh hanya mengembangkan kemampuan siswa secara parsial. Apa pun alasannya, siswa memiliki hak untuk menjadi manusia seutuhnya dengan menguasai tiga ranah di atas. Hal yang perlu kita renungkan, sudahkah pembelajaran daring kita selama ini sudah menyentuh dimensi dialektika horzontal yang utuh? Sudah pembelajaran daring kita selama ini sudah menyentuh dimensi vertikal? Sudahkah kita membangunkan jembatan siswa untuk mencapai tujuan hidupnya? Sudahkah pembelajaran daring kita selama ini menyentuh tiga ranah dalam pendidikan? Jika pembelajaran yang kita lakukan selama ini masih secara parsial, sudahkah kita memenuhi hak siswa untuk menjadi manusia yang utuh? Rumah kita, Universitas Negeri Malang (UM), saat ini telah bekerja keras untuk mengatasi segala keterbatasan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Mari kita bantu setiap upaya yang dilakukan UM untuk membangun jembatan terbaik demi kelangsungan kehidupan akademik di kampus kita. Upaya tersebut bukan hanya untuk UM, tapi juga untuk generasi emas penerus bangsa dan sebagai wujud syukur atas pemberian Tuhan kepada kita. Jaya UM, jaya Indonesia! Penulis adalah dosen Jurusan Akuntansi dan Anggota Penyunting majalah Komunikasi UM

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 329

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Wakil Penanggung Jawab Hendra Susanto Ketua Pengarah Sucipto Ketua Penyunting Zulkarnain Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Yusuf Hanafi Muslihati Evi Susanti M. Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Kun Sila Ananda Tika Dwi Tama Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Fitriyanti Bunga Layouter Nadifah Adya Ilham Desainer dan Ilustrator Nur Aviatul Adaniyah Reporter Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nurul Laili Rohmatin Zahira Alfiani Niken Puspitsari M. Izam Masroir Administrasi Taat Setyohadi Su’udi Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Hadi Mulyono Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Mengirim Karya ke Komunikasi Salam Pers! Saya Nurul Laili, Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia. Saya ingin bertanya apakah boleh jika bukan Kru Majalah mengirimkan karyanya berupa Pustaka ke Majalah Komunikasi. Jika boleh bagaimana prosedurnya? Terima kasih. Semoga Komunikasi Sukses selalu!

Salam, Terima kasih Nurul atas pertanyaannya. Rubrik pustaka majalah Komunikasi didapat dari hasil kompetisi menulis majalah Komunikasi yang biasanya diadakan setiap bulan Oktober. Jadi, jika kalian ingin menulis pustaka, jangan lewatkan ikut kompetisinya, ya. Pustaka bisa berupa resensi buku atau film. Terima kasih,

Nur Aviatul Adaniyah

Salam Nurul Laili S-1 Jurusan Sastra Indonesia

Bersatu memutus pandemi #dirumahaja Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang Ir.Soekarno

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

5


Laporan Utama

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

UM Siap Sambut Pembelajaran Daring

S

6 | Komunikasi Edisi 329

erba online, itulah yang menggambarkan situasi selama pandemi Covid-19 terjadi. Para pekerja dan pelajar adalah golongan yang tak luput merasakan dampat Covid-19. Bekerja dari rumah dan belajar dari rumah jadi alternatif yang dinilai paling aman selama pandemi tersebut belum mereda. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu kampus di Indonesia sejak merebaknya pandemi pada bulan April lalu telah menerapkan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring). Sistem pembelajaran daring tersebut akan kembali diterapkan pada tahun ajaran baru semester gasal 2020/2021. Berbagai penunjang pembelajaran sedang dan sudah disiapkan UM agar proses

perkualiahan tetap berjalan efektif. Berikut ulasan lengkapnya. Kuliah Daring Semester Gasal 2020/2021 Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) UM memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kampus. Saat ini LP3 sedang menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran yang akan dilaksanakan secara daring, khususnya untuk para dosen. LP3 berperan melatih para dosen pelopor untuk mengembangkan konten pembelajaran daring. Dalam proses pengembangannya, LP3 menggelar workshop pengembangan konten dan tata cara pelaksanaan pembelajaran daring.


Laporan Utama Sesuai Surat Keterangan (SK) 4 Menteri, pembelajaran dilaksanakan secara daring bagi wilayah yang masih berada di zona merah, termasuk di Kota Malang. “Kalau misalnya sampai di bulan Oktober Malang sudah masuk zona hijau, berarti bulan selanjutnya (Oktober sampai Desember, red.) pembelajaran akan dilaksanakan tatap muka. Tapi, kalau Malang sampai bulan Desember masih zona merah, pembelajaran akan kita laksanakan secara daring penuh,” ungkap Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D., Ketua LP3 UM. Atas nama Rektor UM, Wakil Rektor UM telah mengeluarkan surat pengantar pada (6/8). Salah satu poin menyatakan, perkuliahan semester gasal seluruhnya dilakukan secara daring. Untuk mata kuliah praktikum akan dikomunikasikan lebih lanjut oleh koordinator program studi (korprodi) dan dosen pengampu mata kuliah. Kegiatan praktikum yang tidak dapat dilaksanakan secara daring akan dilakukan secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Kalau praktikum harus bertatap muka langsung, misalnya diterapkan di suatu kelas yang mahasiswanya sebanyak 30 orang, mungkin dalam satu minggu dapat bergantian yang masuk sebanyak 10 orang. Kalau teori lebih gampang, karena bisa dilakukan semua secara daring, namun kalau praktikum harus bertatap muka langsung selama proses pembelajaran,” tambah Wayan. Lebih lanjut, Wayan menyatakan kekhawatirannya apabila pembalajaran tetap dilakukan secara luring akan bisa menimbulkan risiko yang lebih besar. “Jika salah satu orang, baik mahasiswa, dosen, ataupun tenaga kependidikan (tendik) yang terjangkit virus, dampaknya bisa menyebar ke seluruh bagian di dalam kampus. Hal inilah yang perlu kita pikirkan. Kita tidak mengambil risiko yang dapat merugikan banyak orang,” jelas Wayan. Namun, Wayan berharap pandemi ini segera berakhir dan pembelajaran secara tatap muka dapat kembali digelar. “Tidak efektif untuk melakukan pembelajaran daring secara terus-menerus,” ujar ketua LP3 ini. Persiapan UM Menyambut Pembelajaran Daring Semester Gasal 2020/2021 Ada dua hal yang disiapkan LP3 UM dalam menyambut perkuliahan daring di semester gasal 2020/2021. Pertama, LP3 memperbaiki dan melengkapi hardware dengan menambahkan server, memori, dan menyiapkan tutorialtutorial penggunaan Sistem Pengelolaan Pembelajaran (Sipejar). “Pengalaman kita pada pertengahan Maret kemarin terhadap Sipejar yang diterapkan masih lemot. Nah, itu kita atasi dengan perbaikan kelengkapan hardware. Dulu kita belum menyiapkan secara baik tata cara dosen melaksanakan pembelajaran daring, sehingga ada yang mengajar dengan waktu 50 menit dan menghabiskan kuota bagi mahasiswa,” jelas Wayan. Menyiasati efektivitas waktu dalam pembelajaran daring, dosen dapat mengirimkan Power Point yang berisi teks dan video kepada mahasiswa, sehingga pada saat kelas virtual tidak memakan banyak waktu. LP3 membentuk dosen pelopor yang dilatih berjumlah 123

orang. Dosen pelopor ini adalah dosen muda yang sudah menyiapkan materi dengan berbagai variasi. Mereka akan melatih dosen di tingkat prodi atau jurusan sehingga semua dosen dapat menambah wawasan tata cara mengajar secara daring dan menyiapkan kontennya. “Dari kebijakan rektor, satu dosen minimal harus mempunyai perangkat pembelajaran lengkap satu mata kuliah. Ini yang sudah kita siapkan, untuk dosen pembimbing juga kita siapkan secara khusus,” terang pria berkacamata ini. Pelatihan untuk para dosen pelopor tersebut saat ini sudah selesai. Sekarang seluruh fakultas sedang menyiapkan pelatihan di tingkat fakultas. Fakultas yang sudah benar-benar siap ialah Fakultas Sastra, MIPA, FIP, dan Ekonomi. Sementara, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) tengah melakukan persiapan. “Sekitar 80% sudah siap, kalau untuk server kita sudah siap. Untuk mengajar dosen pelopor kemarin juga sudah menggunakan server yang baru,” ujar Wayan saat diwawancara. Penambahan server Sipejar juga telah dilakukan supaya bisa mengakomodasi mahasiswa dan dapat mengakses Sipejar secara bersamaan. LP3 juga telah menyiapkan berbagai tutorial untuk mahasiswa baru yang belum mengenal Sipejar. Nantinya, sosialisasi mengenai Sipejar akan dilaksanakan pada saat Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa baru (PKKMB). Sementara, Wayan berharap mahasiswa yang lebih senior diharapkan bisa mengakses Sipejar dengan baik. Saat ini LP3 sedang mengejar waktu untuk menyiapkan tutorial Sipejar, Sistem Informasi Akademik (Siakad), dan perangkat lain yang berhubungan dengan pembelajaran daring. Ditargetkan, pada Agustus akhir nanti semuanya sudah siap. LP3 Memonitor Pembelajaran Daring Setiap Minggu LP3 hanya membantu menyiapkan pembelajaran daring setiap minggunya dan memantau para dosen yang mengunggah bahan ajar tersebut, terutama dosen pelopor. Apabila ada dosen yang belum mengunggah atau menyiapkan konten akan dilaporkan kepada rektor. Nantinya, rektor akan memberikan imbauan kepada dekan di fakultas dan harus ditindaklanjuti. “Nah, itu LP3 yang memonitor setiap minggunya,” tutur pria paruh baya ini. Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring Ayu Saraswati, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris bercerita pengalaman kuliah daring di paruh akhir semester genap sebelumnya. Dia mengaku tidak nyaman dengan perkuliahan daring karena belum terbiasa dan akses internet yang kurang memadai. Karena susah mendapatkan koneksi yang baik, dia kerap tiba-tiba keluar sendiri dari kelas. Selain itu, pemahaman materi saat kelas daring menjadi kurang. “Aku nggak paham, ada yang cuma ngasih tugas tanpa penjelasan, jadi kita disuruh cari sendiri belajar sendiri,” kata Ayu. Tak ada pembahasan lebih lanjut. “Terus hasil tugasnya nggak dibalikin, jadi nggak tahu mana salah mana benar,” imbuhnya. Agar tak salah paham, dara kelahiran Batam ini pun memperjelas ucapannya. “Nggak semua dosen begitu sih, cuma satu atau dua saja,” jelasnya. Saat

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

7


Laporan Utama

ditanya persiapan kuliah daring mendatang, Ayu mengaku tak ada persiapan khusus. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Kuliah daring nantinya diharapkan lebih baik dari sebelumnya. Menurut Ayu, tidak ada keharusan menggunakan Sipejar. Kendati demikian, dia berharap layanan tersebut tidak error terus. Di sisi lain, sebagai mahasiswi FMIPA Jurusan Matematika, Wafiq Azizah berpikir tentang praktik perkuliahan. Semeter gasal nanti dia akan menempuh salah satu mata kuliah yang praktiknya di laboratorium komputer. “Di jurusan sudah tersedia aplikasi khusus untuk praktiknya, jadinya nanti belum tahu besok pakai aplikasi yang bagaimana,” kata Wafiq. Sehati dengan Ayu, kurang stabilnya koneksi internet juga menjadi momok bagi Wafiq. “Di desa sering mati lampu, terus susah sinyal juga,” tuturnya. Dari sekian dampak negatif tersebut, ada pula dampak positif yang didapatnya. “Sisi positifnya, nggak ketemu sama dosen-dosen killer dan persfeksionis FMIPA,” candanya. Kuliah daring memang kerap berujung pada keharusan mahasiswa untuk bisa belajar lebih mandiri. Sayangnya, tidak semua mahasiswa mampu melakukannya. Tak jarang timbul kesalapahaman karena tidak menatap ekspresi wajah dan gesture lawan bicara. “Kalau belajar sendiri itu sulit memahami, kalaupun tanya di grup terus dosen menjelaskan dengan teks, nggak paham sama sekali,” keluh Wafiq. Dia mengatakan lebih enak kuliah tatap muka. Kasus yang serupa juga dialami Ayu. Dia beranggapan kurang terbiasanya menjelaskan dengan teks singkat kerap menimbulkan kesalahpahaman. “Akhirnya banyak yang salah tangkap, terus buat ngelurusinnya butuh waktu juga,” kata Ayu. Wafiq dengan terus terang mengatakan ada persiapan khusus sebelum kuliah daring semester gasal 2020/2021 dimulai. Dia berencana memasang jaringan internet Wi-Fi dengan berinduk pada perangkat tetangganya. “Tapi kan di instagram UM ada pengumuman juga kalau semester depan dapat kuota gratis 10 GB, ya alhamdulillah juga kalau gitu,” ucap Wafiq dengan riang. Sebagai salah seorang pengguna Sipejar, dia berharap sistem tersebut bisa lebih baik lagi. Ia mengaku produk UM tersebut sangat efektif bagi mahasiswa. “Sebenarnya Sipejar sangat efektif digunakan bagi mahasiswa UM karena fitur-fiturnya juga lengkap menurutku,” ulas gadis berkacamata ini. Merespons ulasan tersebut, UPT PTIK UM berupaya seoptimal mungkin agar Sipejar lebih baik lagi. Aplikasi yang Disiapkan UM Selama Pembelajaran Daring Aplikasi utama yang disiapkan UM adalah Sipejar yang merupakan kombinasi dari Siakad dengan Learning Management System (LMS) yang sudah lebih dikembangkan. UM menggunakan Sipejar agar proses pembelajaran dan nilai bisa terekam, serta data tidak bisa digunakan oleh pihak lain. Namun, tidak menutup kemungkinan pembelajaran juga memanfaatkan aplikasi lain seperti What’sApp (WA), Google Meet, Zoom, dan lain-lain. Hanya saja, pembelajaran dengan menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut prosesnya tidak terekam seperti di Sipejar. LP3 menyarankan kepada para dosen

8 | Komunikasi Edisi 329

untuk tidak memindahkan proses pembelajaran konvensional ke pembelajaran daring karena bisa memakan waktu dan biaya. “Sekarang dosen sudah diperbolehkan memberikan materi kepada mahasiswa secara tatap muka saat proses pembelajaran daring dengan durasi waktu 30 menit. Selama 16 kali pertemuan kuliah dalam satu semester, proses tatap muka secara daring dilakukan maksimal sebanyak dua kali, yang lebih banyak nanti yaitu asinkronus. “Artinya, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa dan mahasiswa mengerjakan tugas tersebut, kemudian dibahas melalui teknologi yang ada,” tambahnya. Menyiasati mahasiswa yang belum mempunyai smartphone atau laptop, nantinya UM akan menyediakan modul atau strategi khusus yang harus disiapkan oleh dosen. Sebab, sebelum perkuliahan belum mulai dosen dituntut harus punya variasi dan inovasi. Hal itu untuk menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi selama pembelajaran daring, sehingga semua mahasiswa mendapatkan pelayanan yang sama dari dosennya. Kemungkinan lain, akan ada gadget yang dapat dipinjamkan kepada mahasiswa untuk bisa mengakses bahan ajar yang diberikan dosen. Harapan dan Pesan Menyambut Pembelajaran Daring “Harapannya, pembelajaran dapat berjalan secara efektif, artinya kalaupun pembelajaran dilaksanakan secara daring kualitas pembelajarannya tetap mencapai target kurikulum. Sehingga semua pihak dapat outcome pelayanan yang memuaskan. Proses dapat berjalan maksimal,” harap Wayan, pria yang murah senyum itu. Karena semua proses pembelajaran akan dilaksanakan daring dan UM telah menyiapkan Sipejar, Wayah berharap mahasiswa dan dosen bisa lebih akrab dengan Sipejar dan bisa menggunakan secara optimal. “Kalau ada hambatan segera informasikan kepada LP3, sehingga kami bisa membantu,” tutupnya mengakhiri wawancara. Peran Sipejar UM dalam Rencana Perkuliahan Daring Semester Gasal 2020/2021 Sipejar dapat terintegrasi dengan Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Indonesia. Spada Indonesia adalah salah satu produk dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran yang bermutu di perguruan tinggi. Fitur Sipejar saat ini sudah sangat lengkap. Ada video conference, chatting, fitur materi dalam bentuk video maupun multimedia, koneksi ke sumber belajar online lainnya, dan masih banyak lagi. Sipejar juga bisa dikoneksikan dengan platform pembelajaran daring lain seperti Zoom, WA, Google Meet, Classroom, dan sebagainya. “Sedangkan untuk persiapan teknis Sipejar, setiap semester selalu ada penambahan server khusus,” ungkap Mahmudin Yunus, S.Kom., M.Cs., Kepala UPT PTIK UM. Selain optimalisasi pemakaian Sipejar, pada semester gasal nanti UM akan memberikan bantuan kuota paket data internet untuk mahasiswa mulai September—Desember. Besaran kuota tersebut hingga 10 giga byte (GB) per bulan untuk masingmasing mahasiswa. Irkhamin/Tanzilla


Up To Date

Menilik Konsep PKKMB Daring di Tengah Pandemi

P

Ketua Pelaksana PKKMB 2020. Lebih lanjut, Adi menyampaikan bahwa peserta juga akan diberi materi pengenalan fakultas dan prodi masing-masing, Memanfaatkan Sistem Informasi Akademik (Siakad), tugas PKKMB dapat diunduh melalui akun masing-masing mahasiswa. Sebaliknya, mahasiswa juga bisa langsung mengunggah jawaban mereka di sana. Tugas yang diberikan kepada peserta bisa berupa merangkum materi, menjaring pendapat atau persepsi peserta PKKMB terkait isu yang diangkat, project based Learning (PBL), dan pilihan ganda. “Di dalam PKKMB ini evaluasi bersifat wajib. Mahasiswa baru wajib mengerjakan tugas-tugas sesuai materi. Tugas itu diunggah dan kami melakukan penilaian. Sehingga, tidak otomatis mahasiswa baru langsung lulus. Setelah kami nyatakan lulus, insyaallah mereka akan mendapat sertifikat elektronik. Jadi, kalau mahasiswa tidur dan tidak mengerjakan maka tidak dinyatakan lulus karena materi baru bisa dikerjakan setelah peserta PKKMB mengikuti materi tersebut,” jelas Adi. “Kami berharap dengan dilaksanakan PKKMB UM 2020 ini, agar mahasiswa baru dapat enjoy dan kerasan kuliah di UM, semakin semangat belajar dan menempa diri di UM baik kegiatan akademik maupun nonakademik seperti ormawa dan pengabdian masyarakat,” pungkasnya. Izam

dok. Komunikasi

engenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) pada (14-18/9) nanti tetap digelar meski di tengah pandemi Covid-19 yang masih merebak. Tentunya, PKKMB tahun ini memberikan tantangan tersendiri bagi Universitas Negeri Malang (UM) untuk menciptakan kreativitas dan berinovasi teknologi. PKKMB 2020 ini dipastikan akan dilaksanakan secara full daring. Materi PKKMB UM tahun ini disajikan dalam satu paket dan dikembangkan sesuai panduan dari dirjen pendidikan tinggi (dikti). Setiap materi disuguhkan dalam format Power Point, makalah/suplemen, dan video. Pemaketan materi PKKMB tersebut dimaksudkan untuk menghemat konsumsi paket data para peserta. Selain diberi materi, peserta juga akan diberi tugas dan harus dikumpulkan tepat waktu sebagai bukti partisipasi sekaligus prasyarat kelulusan PKKMB UM 2020. “Kami berusaha menyesuaikan kebutuhan mahasiswa baru yaitu dengan memberikan materi keuniversitasan seperti pengenalan kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan gerakan nasional revolusi mental, sistem pendidikan tinggi di Indonesia (merdeka belajar dan kampus merdeka, red.), Jati diri UM sebagai The Learning University, Kurikulum UM 2020 di era revolusi industri 4.0, dan lain-lain,” ungkap Drs. Adi Atmoko, M.Si.,

dok. Komunikasi

Pemaparan materi PKKMB daring

Penerapatan protokol kesehatan COVID-19

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

9


Opini

Pendidikan Sebagai Pencarian Ilmu atau Pengejaran Popularitas (?) oleh Margo Teguh Sampurno

P

10 | Komunikasi Edisi 329

endidikan telah menunjukkan status sosial dalam masyarakat untuk sekadar menjaga nilainilai moralis yang dikonstruksi melalui proses pembelajaran. Kecenderungan ilmu pengetahuan yang dilembagakan, seolah terjadi kuasa atas ilmu pengetahuan yang diatur secara metodis dan paradigmatik dalam menciptakan kultur akademis. Pergeseran makna pencarian ilmu yang tujuannya untuk memperoleh kemuliaan, telah didistorsi berupa kemuliaan atas pencapaianpencapaian materiil semata. Sehingga, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa keberhasilan suatu pendidikan dengan tujuan akhirnya adalah kesuksesan pencapaian materiil (kaya). Cara berpikir semacam ini hampir menyeluruh dalam tiap lapisan masyarakat, dan tidak mengherankan jika pendidikan telah menciptakan kelas sosial melalui gelar-gelar akademik dan pengakuan pendapat ilmiah. Generasi milenial saat ini yang cenderung kehilangan semangat keilmuan dengan ‘minimnya’ kontribusi aktif dalam science for science. Ilmu justru hanya dijadikan ladang prestise, kewibawaan, dan kemuliaan di hadapan orang lain. Lalu, muncullah kalimat satire yang menyatakan, “jika kalian menganggap pendidikan adalah sekolah, lantas mengapa saya tidak melihat orang bersekolah tetapi tak berpendidikan�. Mari sejenak menilik lingkungan pendidikan tinggi yang mencetak cendekiawan bangsa dalam berbagai sektor. Dalam beberapa kasus, mahasiswa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi setelah lulus sekolah

menenagan untuk mengisi kekosongan status moral di masyarakat. Kuliah seolah hanya dijadikan tren masyarakat agar tidak dicap pengangguran dan mendapat prestise lebih tinggi daripada bekerja atau menikah. Dalam bahasa lain, kebutuhan kuliah hanya dilandasi karena keterpaksaan sosial. Beberapa orang juga melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan tujuan untuk memperoleh ijazah dan mendapatkan pekerjaan yang bergaji tinggi. Boleh-boleh saja, tetapi sebagai umat beragama, melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seharusnya juga disertai niat untuk meraih keberkahan ilmu dan dijadikan sarana mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketakutan akan kondisi masa depan seperti kemiskinan, kehilangan duniawi, dapat dikatakan telah melecehkan Tuhan. Demikianlah konsep mencari ilmu yang hanya berwujud fisik, tanpa menyentuh substansi ilmu yang diperoleh. Lulus hanya sekedar lulus, tetapi menjadi asing di masyarakat. Akibatnya, ribuan sarjana menumpuk dan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak bisa menampung seluruhnya. Pengejaran popularitas hidup yang dibingkai dalam nuansa keilmuan memang justru merusak esensi ilmu itu sendiri karena terkadang terdapat kekeringan spiritualitas yang diakibatkan oleh nikmatnya dunia. Tujuan pendidikan nasional yang memuat nilai luhur bangsa Indonesia dalam menempuh proses pendidikan akhirnya perlu diterjemahkan ulang dengan kondisi kekinian. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan nilai-nilai dan


Opini

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

wujud implementasinya. Begitupun kajian kurikulum yang dilaksanakan harus dijalankan secara tertib dan profesional. Pendidikan nasional harus mencegah praktik kapitalisasi pendidikan yang menyatakan pendidikan hanya diperuntukkan kaum-kaum tertentu dan dijadikan barang dagangan. Hal yang tidak disadari bagi sebagian orang dalam menempuh pendidikan adalah tujuan dan proses. Dua hal tersebut perlu dikonsepsikan di awal karena kaitannya dengan esensi ilmu itu sendiri. Seseorang dapat menjadi mulia karena ilmu, tetapi dapat juga menjadi hina karena ilmu yang diwujudkan dengan profesi keilmuan masing-masing. Sungguh risau kiranya ketika melihat banyaknya para lulusan akademik dengan keilmuan masing-masing, justru menjadi

hina karena ketika implementasi ilmu yang diwujudkan dalam sebuah lembaga dilakukan secara tidak benar. Contohnya, masih banyaknya kasus korupsi yang justru menjerat para sarjana di instansi pemerintahan. Hal tersebut dapat dikategorikan praktik penyelewengan keilmuan yang hanya dilandasi oleh pemenuhan nafsu pribadi. Keputusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seharusnya dibarengi dengan kebergunaan diri, baik secara pemikiran maupun sosial. Sehingga, lulusan perguruan tinggi bisa menyumbang berkontribusi yang besar bagi masyarakat. Para sarjana terdidik sudah saatnya berinovasi dan tergerak untuk mengatasi problematika masyarakat sekitar dengan bekal keilmuan masing-masing. Sebagai

pengingat, mari kita renungkan kembali sajak Seonggok Jagung karya W.S. Rendra, “Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, jika pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, ia berkata: di sini aku merasa asing dan sepi!�

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

11


Seputar Kampus

Semarak Sertifikasi Halal melalui

dok. Komunikasi

Training Calon Penyelia Halal

P

12 | Komunikasi Edisi 329

usat Halal Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) hadir dalam acara Training Calon Penyelia Halal (28/7). Acara tersebut berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan pertemuan secara luring. Training calon penyelia halal ini merupakan kelanjutan dari acara Workshop Calon Penyelia Halal yang telah dilaksanakan sebelumnya pada (14/7). Selama kurang lebih 4 jam lamanya acara tersebut berlangsung mulai pukul 09.00-13.00 WIB. Peserta training ini hanya dikhususkan untuk warga UM dan alumni UM. Acara tersebut turut mengundang pakar-pakar dalam bidang sertifikasi halal, yakni Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq,

Training Sedang Berlangsung Via Zoom Meeting

M.A,. Guru Besar UIN Walingsongo LPPOM MUI; Hj. Siti Aminah, M.Pd.I., Kepala Pusat Pembinaan Pengawasan BPJPH Kementerian Agama; dan Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D., Staf Ahli Wakil Rektor III sekaligur Auditor Halal UM. Ditemui saat acara berlangsung, Andro Agil Nur. R, S.E.I., M.E., Ketua Pelaksana Kegiatan menyebutkan, “dengan adanya Training Calon Penyelia Halal, seluruh peserta baik praktisi maupun akademisi dapat menelaah lebih dalam tentang konsep penyelia halal dan mampu menerapkannya secara baik.” Meski diselenggarakan secara daring di tengah pandemi Covid-19, acara ini tetap mendapatkan antusias yang tinggi dari para pesertanya. Terbukti dari jumlah peserta yang berpartisipasi sebanyak 125 orang. “Training Calon Penyelia Halal ini dapat bertujuan untuk

memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang sistem jaminan halal dan profesi penyelia halal. Sejalan dengan implementasi UU 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal, sehingga diharapkan pelaku usaha yang memproses sertifikasi halal produknya wajib memiliki penyelia halal dan lembaga pemeriksa halal wajib memiliki auditor halal,” terang Prof. Dr. Heri Pratikto, M.Si., Kepala Pusat Halal LP2M UM saat diwawancarai via WhatsApp. Ia juga menambahkan bahwa sertifikat calon penyelia halal bisa juga dilampirkan sebagai sertifikat pendamping ijazah bagi calon lulusan sarjana. Rencananya kegiatan ini akan mendapatkan tindak lanjut dan akan dilaksanakan acara rutin tahunan yang mengangkat topik tentang halal itu sendiri. Niken.

dok. Komunikasi

Pembukaan acara KKN Kertagena Laok Pemaparan Materi oleh Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A.


Seputar Kampus

Foto bersama pengurus sebelum melakukan sesi wawancara

Tetap Dilaksanakan Di Tengah Pandemi

A

srama Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) kembali membuka Penerimaan Warga Baru (PWB) bagi mahasiswa baru yang berlangsung selama (13-17/7) untuk sesi seleksi wawancara yang dilaksanakan di asrama putri Tulip dan Dahlia serta asrama putra Lili. Penerimaan warga baru asrama ditujukan untuk mewadahi mahasiswa baru yang memerlukan tempat tinggal di Malang, PWB kali ini berbeda dengan sistem PWB di tahun-tahun sebelumnya dikarenakan maraknya pandemic, PWB tahun ini menggunakan sistem daring/online. “Adanya larangan berkumpul untuk menjaga kesehatan dari cawaba (calon warga baru, red.) maupun panitia, jadi kita melaksanakan penerimaan warga baru ini secara online untuk sesi wawancara. Dengan sistem online melalui video call begitupun dengan proses lainnya seperti pendaftaraan dan pengembalian formulir, dsb. dilaksanakan secara online,� ujar Rafika Setiawan, ketua pelaksana PWB. Kegiatan penerimaan warga baru ini sebenarnya sudah berlangsung sejak (27/4-12/7) untuk sesi pengambilan dan pengembalian formulir. Kemudian untuk sesi seleksi wawancara pada (1317/7) dilaksanakan dua kali yakni sesi pagi dan sesi siang. Untuk sesi pagi, dimulai dari jam 08.0011.00, sedangkan untuk sesi siang dimulai dari jam 13.00-15.00. Pada tanggal (20/08) pengumuman hasil seleksi cawaba wawanacara gelombang 1 dikeluarkan, dengan total jumlah pendaftar sejumlah 109 orang. Pendaftar putra sebanyak

dok. Komunikasi

Penerimaan Warga Baru Asrama UM 20 orang dan pendaftar putri sebanyak 89 orang. “Untuk pembukaan gelombang selanjutnya masih menyesuaikan. Kemungkinan besar ada gelombang kedua,� tegas Rafika. Prosesi PWB berjalan lancar, adapun kendala berasal dari buruknya koneksi atau jaringan saat sesi seleksi wawancara. Mahasiswa perempuan yang akan menempati asrama UM di kampus induk akan ditempatkan di asrama Tulip dan Dahlia, sedangkan mahasiswa putra yang akan menempati asrama di kampus induk UM akan menempati asrama Lili. Di kampus 2 UM mahasiswa baru yang akan menempati asrama akan ditempatkan di asrama Matahari, sedangkan di kampus 3 UM mahasiswa baru yang akan menempati asrama akan ditempatkan di asrama Mawar. Rencananya mahasiswa baru yang sudah melakukan registrasi dan lolos seleksi warga asrama bisa mulai check in asrama pada tanggal (04-06/09). Fasilitas yang akan didapatkan oleh setiap mahasiswa baru yang akan menempati asrama UM yakni akan mendapatan satu kamar yang diisi dengan dua orang untuk asrama putri Dahlia dan satu kamar diisi satu orang untuk di asrama putri Tulip, serta satu kamar diisi satu orang di asrama putra Lili. Sistem ini diberlakukan sejak maraknya pandemi. Sebelum pandemi, untuk asrama Dahlia dihuni 4 orang, Tulip dihuni 3 orang, dan Lili dihuni 2 orang. Fasilitas tambahan dekat dengan gedung perkuliahaan, perpustakaan, dan kantin asrama, serta adanya jaringan hotspot/WiFi. Nurul. Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

13


Seputar Kampus

Al-Quran Camp Tetap Hadir di Tengah Pandemi

U

nit Kegiatan Mahasiswa Al-Qur’an Study Club Universitas Negeri Malang (UKM ASC UM) mengadakan Al-Qur’an Camp 2020 (3/8). Al-Qur’an Camp tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya karena diselenggarakan di masa pandemi dan via daring dari masing-masing rumah pesertanya. Al-Qur’an Camp 2020 ini dilaksanakan selama 14 hari mulai tanggal (2-16/8). Kegiatan ini merupakan program dari bidang Bimbingan Baca Tulis Qur’an (BTQ) dari Unit UKM ASC UM yang bertujuan untuk memperbaiki bacaan dan menghafal Al Qur’an Juz 30. Dalam susunan rangkaian acara Al-Qur’an Camp ini sebelumnya, telah dilakukan pembukaan dan pembekalan via YouTube ASC. Terdapat placement test yang bertujuan pembagian kelas-kelas bagi peserta melalui WhatsApp dan adanya pengarahan hafalan perdana yang berisi tentang teknik maupun tatacara menghafal Al-Qur’an hingga terdapat juga motivasi keagamaan lainnya. Rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan yakni hafalan Al-Qur’an, setoran hafalan, muroja’ah bacaan, pembinaan tartil Al-Qur’an hingga postest untuk sesi terakhir acara tersebut. Tidak hanya dari internal UM, acara ini juga berhasil menggaet total 89 peserta dari luar UM, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, UIN Syarif Hidayatullah, ITS, pelajar hingga pegawai perkantoran dan lain sebagainya. Peserta tersebut dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan hasil pretest, tiap-tiap kelas nantinya akan mendapatkan pendampingan oleh mentor. Kelas-kelas dalam AlQur’an Camp ini terdiri dari kelas A, B, dan C. Kelas A ditargetkan dapat hafal dari Surah An-naba hingga

14 | Komunikasi Edisi 329

dok. Komunikasi

Pembinaan Tartil oleh Ustadz Littausil Arzaq

An-nas dengan Mahkroj dan Tajwid yang benar. Kelas B ditargetkan dapat hafal dari Surah Al-a’la hingga An-nas dengan Mahkroj dan Tajwid yang benar. Kelas C dapat hafal dari Surah Adh-dhuha hingga An-nas dengan Mahkroj dan Tajwid yang benar. “Kegiatan ini sangat bermanfaat, khususnya buat saya pribadi karena selain belajar menghafal Al-Qur’an, saya juga diajari cara penyebutannya. Terkadang untuk pengucapannya rawan terjadi kesalahan jadi (kegiatan ini, red.) benar-benar bermanfaat, sih,” Ungkap salah satu peserta Al Quran Camp, Fitri Wulan Purnama yang merupakan mahasiswa dari jurusan Administrasi Pendidikan. Al-Qur’an Camp ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya karena di tengah kondisi pandemi ini yang mengharuskan seseorang untuk lebih baik berdiam diri di rumah sehingga dapat mengisi waktu luangnya dengan meningkatkan keimanan melalui acara tersebut. Muhammad Ridlwan Ahady, ketua pelaksana Al-Qur’an Camp berharap bagi peserta dapat menjalankan seluruh rangkaian acara sampai selesai dan dapat meningkatkan ketaqwaan serta keimanan diri kepada Allah SWT dengan selalu mengingatNya melalui bacaan Al-Qur’an ini. Tak hanya itu, ia juga berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai Al-Qur’an Camp selesai, tetapi peserta juga tetap menghafalkannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an Camp yang diselenggarakan melalui daring ini menjadi sebuah kegiatan yang bermakna di tengah pandemi Covid-19 ini. Acara ini rencananya akan terus diagendakan setiap tahunnya. Niken


Seputar Kampus

Poster webinar series yang diadakan Fakultas Sastra

F

akultas Sastra Universitas Negeri Malang (FS UM) sukses menyelenggarakan webinar series di masa pandemi Covid-19 dengan Research Approaches to Technology-Echanched Learning. Webinar Series ini dilakukan pada (2/7), (9/7), dan (16/7) melalui Zoom Meeting. Meskipun diadakan secara daring, Webinar series mendapat antusias yang luar biasa dari para peserta, series pertama diikuti oleh 150 peserta dari kalangan mahasiswa, series kedua diikuti oleh 150 peserta dari akademika FS, dan mahasiswa dan series ketiga diikuti oleh 300 peserta yang berasal dari luar UM. Pemateri Webinar Series ini pun tak tanggungtanggung, ia adalah Dr. Phil. Sandra Schon, sosok yang ahli dalam bidang teknologi pembelajaran yang berasal dari Jerman. Hal ini tentu saja membuktikan bahwa FS telah sukses menyelanggarakan Webinar Series dengan topik kekinian dan pemateri yang andal di masa Pandemi Covid-19. Dr. Phil. Sandra Schon adalah Adjunct Professor di Fakultas Sastra yang berasal dari Jerman. Kiprahnya di bidang teknologi pembelajaran tentu tidak dapat diragukan lagi, selain itu ia juga seorang peneliti senior. Karirnya di bidang penelitian dimulai sejak tahun 1999 di German Youth Institute yang meneliti tentang anak-anak dan ia juga seorang peneliti senior di Salzburg Reasearch sejak tahun 2006. Perempuan kelahiran 6 September 1976 ini telah menghasilkan lebih dari 200 karya di bidang publikasi baik penelitian maupun non-penelitian. Tidak hanya dalam bidang penelitian dan teknologi pembelajaran, Sandra Schon juga seorang anggota redaksi untuk tulisan-tulisan tentang pendidikan dan teknologi pembelajaran sejak tahun 2004. Berkat karya-karyanya, Dr. Phil. Sandra Schon

dok. Komunikasi

Wojowasito Lecture : Penelitian dan Teknologi Pembelajaran memperoleh banyak penghargaan. Tercatat setidaknya ada 9 penghargaan yang pernah ia peroleh sebagai seorang peneliti dalam bidang pendidikan. Salah satu penghargaan yang pernah ia peroleh adalah gelar Adjunct Professor yang diberikan oleh FS UM. Penghargaan tersebut merupakan gelar kehormatan diberikan kepada orang yang ahli di dalam penelitian ilmiah atau bidang tertentu, yang berjasa dan berkarya bagi pengembangan UM. Sandra Schon sebagai seorang peneliti dan orang yang ahli dalam bidang teknologi pembelajaran layak mendapatkan gelar tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan persyaratan calon adjunct professor, Ia memiliki pengalaman dalam bidang penelitian lebih dari 20 tahun sejak keaktifannya dalam bidang ini. Selain itu, karya-karyanya juga telah dipublikasikan di jurnal-jurnal terkenal di Jerman. Tentunya kedatangan Dr. Phil Sandra Schon dalam Webinar Series FS merupakan pilihan yang tepat karena prestasi dan karya-karyanya yang luar biasa. “Ya, jadi tujuannya memang untuk mahasiswa yang berminat pada teknologi pembelajaran agar dapat belajar kepada Dr. Phil. Sandra Schon,” jelas Wakil Dekan III FS, Yusuf Hanafi. Tidak hanya itu saja, Webinar Series FS kali ini juga menghadirkan keunikan tersendiri dengan munculnya ”Wojowasito Lecture”. Wojowasito ini sebenarnya adalah nama seorang dosen senior dan dekan pertama di Fakultas Sastra. “Beliau adalah seorang Dosen Bahasa Indonesia dan hebat,” jelas Yusuf Hanafi. Berkat karya-karya dan perannya, FS UM berinisiatif memberikan penghargaan dengan memberikan nama “Wojowasito Lecture” pada kuliah umum yang dilakukan oleh FS dengan tema Research Approaches to Technology-Echanched Learning. Safira

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

15


Seputar Kampus

dok. Komunikasi

Cangkrukan PLS

A

Peanyampaian Materi Cangkrukan PLS Part-4

danya pandemi Covid-19 menyebabkan hampir semua kegiatan dilakukan secara daring. Meskipun demikian, tak menyurutkan semangat perkumpulan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang (UM) untuk bertukar pikiran, dengan mengadakan tradisi cangkrukan secara daring. Cangkrukan sendiri merupakan suatu tradisi komunikasi individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok yang melekat dalam masyarakat, khususnya di Malang sebagai sarana komunikasi, belajar bersama, sosialisasi, pusat informasi, hiburan, bertukar pengalaman, dan pengetahuan di ruang publik. Saat pandemi, para dosen PLS UM mengubah tradisi cangkrukan menjadi Cangkrukan PLS yang memiliki khas menginspirasi dan mengimplementasi Cangkrukan Daring menggunakan media Zoom Webinar dan YouTube. Cangkrukan PLS yang dimulai sejak bulan Juni dan dilaksanakan setiap Rabu malam ini dikemas dalam suasana tidak formal, guyub, suasana santai sambil menikmati kopi dan panganan tradisional, seperti singkong rebus, kacang rebus, wedang jahe, teh panas yang sudah dihidangkan saat diskusi oleh peserta di rumah masing-masing. Tujuan pertama Cangkrukan PLS untuk menyampaikan informasi dan sosialisasi tentang pendidikan luar sekolah baik S1, S2, dan S3 serta ingin mempromosikan Jurusan PLS UM khususnya S2 dan S3. Tujuan yang kedua berdiskusi menyampaikan pengetahuan keilmuan dan pengalamanpengalaman alumni jurusan PLS S1, S2, dan S3. Alumni jurusan PLS S1, S2, dan S3 Cangkrukan PLS ini, tersebar mulai dari sabang sampai merauke yang sudah sukses di bidang masing-masing. Cangkrukan PLS sudah terselenggara sebanyak empat kali kegiatan Zoom Webinar. Cangkrukan PLS Part-1 bertemakan “Be Smart People with PLS” dengan moderator Dr. Umi Dayati, M.Pd seorang dosen PLS sekaligus motivator nasional. Sesi ini mengundang pembicara di antaranya

16 | Komunikasi Edisi 329

Prof. Dr Supriyono, M.Pd., dosen PLS UM sekaligus Ketua BAN PAUD dan PNF Kemdikbud; Dr. Ach. Rasyad, M.Pd, dan Dr. Hardika, M.Pd., dosen Jurusan PLS FIP UM, serta alumni Prodi S3 PLS sekaligus anggota DPRD Kediri, Dr. Hj, Anik Wahjuningsih, ST, MSi. Cangkrukan PLS Part-2, bertemakan “Optimalisasi Pembelajaran” yang dimoderatori Dr. Ach. Rasyad, M.Pd., dosen PLS FIP UM dengan beberapa pembicara yakni Dr. Zulkarnain, M.Pd., M.Si., dosen sekaligus Kajur PLS FIP; Dr. H. Abd Latif Bustamasi, M.Si., dosen Sosiologi FIS UM; Mahmuddin Yunus, S. Kom, M.Cs., Kepala UPT PTIK UM; serta Dias Putri Yuniar, S.pd., M.Pd., alumni S2 PLS sekaligus dosen Universitas Trunujoyo. Sementara itu Cangkrukan PLS Part-3, bertemakan “Sinau Bareng Srikandi PLS” yang dimoderatori Dr. Umi Dayati, M.Pd dengan beberapa pembicara yakni Dr. Sri Wahyuni, M.Pd, Dr. Ellyn Sugeng, M.Pd, dan Dr. Endang Sri Redjeki, M.S, ketiga pembicara dosen tersebut adalah dosen Jurusan PLS UM. Cangkrukan PLS Part 4, bertemakan “Be Impactful in Society with PLS” dengan moderator Dr. Hardika, M.Pd., dosen PLS UM dan beberapa pembicara di antaranya Drs. H. Sucipto, M.S., dosen Jurusan PLS UM; Ambara S, M.Pd., alumni S2 PLS UM sekaligus Co Faounder Komunitas Belajar Lentera Alam Kupang, serta Dr. Irmayati Hasibuan, M.S., alumni S3 PLS UM sekaligus dan Pendamping Masyarakat Bidang Kesejateraan Sosial Ponpes SPMAA Cabang Batam. “Alhamdulillah Cangkrukan PLS ini menjadi rujukan semua Jurusan PLS di seluruh Indonesia. Harapannya cangkrukan ini tetap kita selenggarakan secara berkala, bisa sebulan dua kali. Sasarannya tidak pada para alumni PLS saja, tetapi juga kepada mahasiswa S1 kita agar nanti mendapatkan pengetahuan, pengalaman-pengalaman dari senior-senior bagaimana nanti kalau mereka menghadapi dunia pekerjaan,” harap Dr. Zulkarnain, M.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan PLS untuk kegiatan Cangkrukan PLS ini. Ia juga menambahkan jikalau kegiatan ini sifatnya kolaboratif, sehingga kerekatan silaturahmi antaralumni dan jurusan PLS bisa terus terjalin erat. Waviq.


Seputar Kampus

Bangkitkan Gelora Berkarya lewat NOST(ART)GIA

LS

D

emi menggugah kembali semangat berkarya di masa pandemi, mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (PSR UM) angkatan 2019 menggelar pameran virtual bertajuk NOST(ART)GIA. Sejumlah 32 karya seni dapat diakses melalui ruang virtual Artsteps selama tiga hari (25-27/7), memberikan kesan bahwa pengunjung sedang mengunjungi ruang pameran secara langsung. Tema ‘reinkarnasi’ diusung dalam pameran ini dengan latar belakang kebijakan New Normal yang mengisyaratkan untuk bangkit dan kembali merakit kehidupan. Pameran ini merupakan salah satu bentuk adaptasi dengan keadaan yang ada untuk mewujudkan ide yang lebih revolusioner dalam berkarya. “Kami rindu berkarya bersama. Keadaan saat ini membuat kita tidak lagi bisa berkarya bersama secara langsung, tetapi bukan berarti kita berhenti berkarya walaupun jarak memisahkan kita untuk bertemu. Dengan rasa ‘semangART’, kita tidak boleh berhenti berkarya,” Dimas Aji Fahrezi, ketua

pelaksana pameran, menjelaskan dalam sambutannya yang diunggah di akun instagram resmi pameran ini (@ psrum19). Pameran in diselenggarakan secara spontan untuk mengisi waktu luang di tengah berlangsungnya pandemi. Karya yang ditampilkan pun terbuat dari berbagai macam media, mulai dari yang paling sederhana seperti pensil di atas kertas, hingga karya dengan media campuran. Selama tiga hari penyelenggaraan pameran, akun instagram resmi pameran juga diramaikan rangkaian acara yang berbeda. Hari pertama pelaksanaan pameran dibuka dengan performance art oleh Izzadith Taqwa Ramadhani. Pada hari kedua dilangsungkan sarasehan bersama Dra. Lilik Indrawati, M.Pd. dan tutorial melukis menggunakan cat air oleh Nada Manaah Faadhilah. Hari terakhir ditutup oleh tutorial melukis menggunakan cat akrilik bersama Muhammad Fannyl ‘Adtsy. Semua rangkaian acara tersebut telah diunggah di IGTV @ psrum19 sehingga dapat ditonton ulang. Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran juga telah diunggah di akun instagram tersebut sehingga

dok. Komunikasi

Ruang virtual pameran NOSTARTGIA

masih dapat dinikmati meskipun penyelenggaraan pameran telah usai. Kendati pengunjung pameran tidak dapat mengapresiasi karya yang disuguhkan secara langsung, Aji merasa bahwa pameran ini telah berhasil membangkitkan semangat mahasiswa, khususnya jurusan PSRU Angkatan ’19 UM, dalam kembali berkarya. “Meskipun tidak semua mahasiswa PSRU Angkatan ’19 berpartisipasi, jumlah karya yang ditampilkan sudah memenuhi target,” terangnya. Dalam persiapan penyelenggaraan pameran, miskomunikasi pun sering terjadi akibat panitia tidak dapat berkoordinasi secara langsung. Namun, kesalahpahaman tersebut dapat diatasi dengan baik. NOST(ART)GIA diadakan agar gairah berkarya kembali hidup setelah sekian lama terbelenggu dalam keterbatasan melakukan aktivitas. Aji berharap penyelenggaraan pameran virtual pertama oleh mahasiswa Angkatan ’19 PSR UM ini dapat menjadi wahana dalam mengekspresikan kreativitas para seniman. Selain itu, ia berharap pameran ini mampu mewadahi pencapaian dan gagasan baru sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan orang lain. Zahirah Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

17


Seputar Kampus

Peran Mahasiswa Bahasa Arab Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

dok. Komunikasi

Sambutan ketua HMJ Sastra Arab

Sesi penyampaian materi seminar

Peserta seminar

18 | Komunikasi Edisi 329

S

eminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa Universitas Negeri Malang (Semnasbama UM) diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Arab UM (HMJ Sastra Arab). menjadi wadah untuk mengasah kemampuan dalam bidang karya tulis ilmiah yang dilombakan dalam acara ini bagi mahasiswa bahasa arab dari 33 universitas di Indonesia. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting pada sabtu (18/7) dan diikuti oleh 288 peserta dalam negeri dengan perincian 152 pemakalah, 47 non-pemakalah, 4 peserta terdiri dari guru & dosen, serta 91 panitia. Acara ini merupakan acara tahunan dengan mengusung tema “Peran Mahasiswa Bahasa Arab Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0”. Acara ini diharapkan dapat mengasah kemampuan mahasiswa Sastra Arab dalam bidang karya tulis ilmiah dan menumbuhkan semangat minat mahasiswa Sastra Arab dalam menulis yang setiap tahunnya meningkat. Rangkaian acara Semnasbama terdiri dari 2 kegiatan utama yakni seminar pararel dan seminar utama. Seminar pararel adalah kegiatan diskusi atau presentasi dari mahasiswa yang mendaftar sebagai pemakalah (15/07) sebelum seminar utama. Sedangkan, seminar utama yakni sesi sharing materi kepenulisan karya tulis ilmiah dengan pembicara utama dari timur tengah langsung. “Karena dalam perkuliahan atau dunia kampus karya tulis ilmiah sangat diunggulkan. Kita mencoba membuka peluang untuk mahasiswa Sastra Arab dalam meningkatkan karya tulisnya,” ujar Nadya Amri Fauzi, ketua pelaksana Semnasbama. Dalam forum seminar dihadirkan dua pemateri yang langsung berasal dari timur tengah yakni Prof. Dr. Ali Abdul Mohsen, guru besar program studi kurikulum dan metode pembelajaran Bahasa Arab Madinah, serta Dr. Fahmi Younes Abdul Karim Balwneh, Direktur Hawwaz training multimedia pembelajaran Yordania. Turut hadir Wakil Dekan III Fakultas Sastra, Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M. Fil; Kepala Jurusan Sastra Arab UM Dr. Hanik Mahliatussikah, M. Pd; Koordinator Program Studi S-2 Keguruan Bahasa Arab, Dr. Ahsanuddin M. Pd; serta para dosen Jurusan Sastra Arab. Pelaksanaan Semnasbama tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Perbedaannya pada konsepan acara dan pelaksanaannya. ”Tahun lalu di luar jaringan dan benar-benar pelaksanaan untuk seminar utama dilaksanakan di Aula Ava, Gedung Fakultas Sastra. Tahun lalu, peserta seminar pararel dinilai langsung oleh juri di kelas-kelas, sedangkan tahun ini peserta diminta mengumpulkan video presentasi mengenai artikelnya dan diseleksi 10 terbaik untuk dipresentasikan secara langsung melalui platform Google Meet,” Tegas Nadya. Fasilitas yang diperoleh dari mengikuti Semnasbama yakni E-sertifikat dan E-prosiding sebagai pemakalah dan mendapatkan ilmu untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam bidang karya tulis ilmiah. Nurul.


Seputar Kampus

Para dosen dan ibu-ibu PKK berfoto dengan hasil batik ecoprintingnya

Dongkrak Potensi Ekowisata, Dosen UM Ajarkan Batik Ecoprinting

R

abu (15/7) Dosen Universitas Negeri Malang, Heny Kusdiyanti bersama seluruh timnya pergi ke Desa Poncokusumo, Kabupaten Malang. Melalui observasi yang telah dilakukan sebelumnya, Heny melihat potensi wilayah Desa Poncokusumo yang begitu luar biasa terutama dari sisi kekayaan sumber daya alamnya. Dari potensi tersebut, Heny berinisiatif memberikan pelatihan pembuatan batik ecoprinting. “Sebelumnya saya memang sudah sering berkunjung ke Poncokusumo untuk mengantarkan mahasiswa KKN. Dari situ saya mengetahui potensi desanya yang luar biasa, kemudian coba saya carikan ide untuk mengemasnya dan menjadi nilai rupiah bagi warga sekitar,” jelasnya. Pelatihan batik Ecoprinting kali ini diikuti oleh 25 Ibu-Ibu PKK Masyarakat Desa Poncokusumo. Bukan tanpa sebab, ecoprinting diambil sebagai pelatihan kali ini. Dosen Fakultas Ekonomi tersebut melanjutkan, bahwa Desa Poncokusumo selain memiliki potensi Sumber Daya Alam yang melimpah juga memiliki Potensi Wisata yang luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya destinasi yang ada, termasuk menjadi jalur strategis menuju Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dari kondisi tersebut, Dosen yang akrab dipanggil Bunda oleh mahasiswanya ini merasa ada sektor yang dapat digarap dan saat ini kurang tersentuh, yaitu cinderamata atau oleh-oleh. “Ecoprinting saya pilih tentunya telah melalui hasil diskusi bersama tim. Kami melihat tren batik yang terus meningkat bisa dijadikan sebagai ciri khas Desa Poncokusumo dan Ecoprintingya sendiri supaya lebih memudahkan masyarakat untuk mendapatkan bahan bakunya,”

lanjut dosen kelahiran Kalimantan ini. Ecoprinting sendiri memang merupakan salah satu teknik membatik dengan pemanfaatan bahan-bahan alam seperti daun atau batang yang memiliki getah. Keunikan dari teknik ecoprinting adalah motifnya mengikuti daun yang dipilih serta kreativitas pembuat dalam menata pola akan menentukan keindahan hasilnya. Ketua kelompok PKK, Denok Sumarharti mengungkapkan bahwa mewakili kelompok, dirinya sangat senang dan atusias untuk turut berbagi pengalaman seputar dunia batik. Pasalnya, beberapa tahun terakhir dirinya juga telah aktif belajar dan menjadi praktisi di bidang membatik. “Saya sangat senang dengan adanya perhatian dari perguruan tinggi kepada masyarakat yang ada di desa seperti ini. Kebetulan sekali pelatihannya juga cocok dengan keahlian saya yang belakang ini saya tekuni. Bahkan saya juga baru pulang dari Papua beberapa hari kemarin untuk produksi batik juga di sana,” jelas Denok yang sekaligus Bu Lurah setempat. Tentunya kegiatan semacam ini tidak ingin menjadi yang terakhir kalinya. Denok Kembali melanjutkan, agar pelatihan atau kegiatan pengabdian masyarakat semacam ini dapat terus berlanjut, hendaknya pihak penyelenggara bisa bekerja sama dengan pemerintahan setempat. Hal ini tentunya demi kebaikan masyarakat itu sendiri. “Melalui adanya kegiatan semacam ini, ibuibu di sini yang mayoritas adalah petani dan juga ibu rumah tangga bisa lebih terbuka lagi wawasannya, serta memiliki keahlian lain. Tentunya saya berharap melalui bertambahnya kemampuan, kehidupan mereka juga bisa lebih baik,” pungkasnya. MNZ

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

19


dok. Pribadi

Profil

Austin berpose

er kebanggannya

dengan almamat

r e tt e B o D d oo Do G

"

Lebih Mengenal Mawapres UM 2020 sang Perintis Start-Up DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap TTL Fakultas/Jurusan Agama Akun IG Motto

: R. Austin Fascal Iskandar : Jombang, 4 September 1998 : FT/Teknik Elektro : Islam : @austinfascal : Be good, do good to do better

Riwayat Pendidikan • • • •

(2005 - 2011) SD Negeri Kepuhkembeng Jombang (2011 - 2014) SMP Negeri 1 Jombang (2014 - 2017) SMK Negeri 3 Jombang (2017- sekarang)Universitas Negeri Malang

(2017) Juara 1 LKS Nasional Software Creation oleh Kemendikbud RI (2018) Best 40 Startup of The Year Bank Indonesia Institute oleh Bank Indonesia (2018) Selected Champion for Best Start-up in Creative Summer Campoleh Dayeh University Thailand (2018) Juara 1 Essay Nasional Psychology Intelectual Competition oleh UIN Sunan Ampel (2019) Finalis 150 Besar Startup Terbaik se-Indonesia Ajang Kompetisi Thinkubator (2019) Juara 1 - Musabaqah Tilawatil Qur’an XVI, di

Riwayat Prestasi dan Penghargaan • • • • •

20 | Komunikasi Edisi 329

Universitas Syiah Kuala, Aceh. Cabang Desain Aplikasi Komputer Alquran oleh Ristekdikti • (2019) Juara 3 - Poster dan Presentasi PIMNAS ke32 2019, di Universitas Udayana, Bali • (2020) Delegasi Indonesia Delegasi Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) oleh Konsulat Amerika, YSEALI, Kenan Foundation Economic Empowerment FuturePreneurs, Bangkok, Thailand • (2020) Juara 2 – Kewirausahaan Kreatif Young Creative Idea (YCI) Halo, Komunikan! Sudah tahu jawara Mawapres UM 2020, kan? Tentu kalian sudah tidak asing lagi dengan nama Austin Fascal. Yap, mahasiswa berprestasi yang berkecimpung di dunia IT. Mau tahu bagaimana perjuangannya menjadi Juara Mawawpres UM? Yuk simak wawancara kru Komunikasi bersama Fascal! Apa kesibukan Anda saat ini? Saat ini saya sedang mengembangkan beberapa start-up bersama rekan rekan saya, salah satunya yaitu KerabaTani. Selain itu, saya juga bekerja freelance membuat desain poster, UI mockup, dan 3D modelling. Terkadang juga saya bersama dengan PUI DLI UM diajak untuk mengisi berbagai workshop yang berkaitan dengan UI/UX. Dari mana Anda belajar tentang IT dan siapa yang paling berperan membantu Anda dalam bidang tersebut? Ketertarikan saya di dunia IT sudah sejak lama, yaitu saat


Profil menginjak bangku kelas 6 SD. Saat itu saya mulai tertarik pada pemrograman. Kemudian, seiring berjalannya waktu saya terus belajar dan belajar tentang IT hingga saya menemukan sosok guru yang telah membantu dan membimbing saya untuk mengembangkan skill yang saya miliki. Beliau adalah Bu Amiroh, guru SMKN 3 Jombang di Teknik Elektro. Beliau tidak pernah segan untuk membagikan ilmunya kepada saya, terutama seputar mengajar. Walaupun saya bukan dari bidang pendidikan, tetapi selain pemrograman dan desain, saya juga sangat senang untuk membagikan ilmu yang telah saya dapatkan kepada siapapun melalui berbagai macam workshop. Semasa SMK saya sering diajak mengikuti workshop dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi seputar produk Microsoft kepada para peserta. Selain beliau, ketika saya berada di bangku perkuliahan saya bertemu dengan Pak Ashar, dosen pembimbing saya di Teknik Elektro. Beliau juga memiliki peran yang besar terhadap pencapaian saya hingga saat ini terutama di bidang IT. Lalu, bersama teman saya, Ari Gunawan, kami bisa belajar banyak seputar dunia entrepreneurship atau kewirausahaan hingga akhirnya kami dapat membangun start-up sendiri bersama Pak Ashar. Apa saja yang Anda persiapkan untuk mengikuti ajang Mawapres UM kemarin? Proses seleksi mawapres cukup ketat. Pendaftaran dimulai dari fakultas yang kemudian dinilai melalui serangkaian tes untuk menentukan tiga nominator terbaik fakultas. Setelah itu, proses seleksi berlanjut ke tingkat universitas. Peserta harus submisi dan presentasi karya tulis ilmiah, portfolio prestasi, tes bahasa Inggris aktif, tes kepribadian dan Leaderless Group Discussion (LGD). Karya yang saya angkat bertema kebudayaan yang berfokus pada perancangan suatu media pembelajaran berbasis edutainment dengan menggabungkan media belajar fisik yang menyediakan berbagai miniatur aset kebudayaan nasional, serta menyediakan visualisasi informasi berupa Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Pelestarian aset budaya nasional sangat penting. Mengingat, warisan budaya memiliki nilai dan keunikan tinggi dan yang terikat pada suatu bangsa. Namun, terdapat sejumlah masalah seperti kesulitan menghubungkan budaya dengan masyarakat, kurangnya pengakuan warisan budaya, sulitnya mempertahankan transfer pengetahuan antargenerasi, dan klaim asing terhadap warisan budaya Indonesia. Mengenai media pembelajaran edutainment yang sedang Anda gagas, apa harapan Anda? Harapannya, produk ini dapat memberikan nilai tambah pada produk para UMKM lokal, terutama yang bergerak di bidang kerajinan tangan. Merekalah yang akan berperan penting untuk menyediakan konten pembelajaran produk ini. Kedua, harapan saya semoga aset warisan kebudayaan lokal di Indonesia dapat terus terjaga dan memberikan daya tarik yang tinggi kepada masyarakat khususnya siswa SD—SMA dalam mempelajari budaya Indonesia, baik yang sifatnya benda wujud maupun tak benda. Dengan adanya metode edutainment, harapannya pembelajaran yang semula bersifat konvensional dapat terdigitalisasi dan memberikan pengalaman belajar yang tidak membosankan. Apa tantangan terberat yang Anda hadapi saat seleksi pemilihan Mawapres? Tantangan terbesar saya adalah belajar untuk menyusun KTI

yang baik dan benar. Walaupun saya pernah mengikuti beberapa LKTI dan lomba esai, saat itu saya tidak terlalu memiliki peran yang besar dalam proses penyusunannya. Jadi, saya hanya fokus pada asset/resources yang dibutuhkan seperti implementasi produk maupun desain serta penyampaian presentasi. Namun, seiring berjalannya waktu, dengan memiliki pemikiran terbuka, terus belajar, menerima berbagai saran dan kritik, alhamdulillah terbiasa dan merasa lebih mudah. Saya sangat berterima kasih kepada para dosen dan sahabat atas bimbingan yang diberikan dalam proses penyusunan KTI. Selain itu pada saat penjurian di masa karantina peserta, saya juga sempat jatuh sakit demam berdarah. Syukurlah atas bantuan para sahabat dan orang tua, sakit ini tidak berlangsung lama dan bisa segera mengejar ketertinggalan saya dalam proses karantina. Bagaimana perasaan Anda saat dinobatkan menjadi jawara Mawapres UM? Speechless! Alhamdulillah, setelah pernah gagal dalam seleksi Pilmapres sebelumnya, saya merasa bersyukur dan senang bisa meraihnya. Saya semakin bahagia dan bersyukur ketika melihat senyuman dari orang tua atas pencapaian yang telah saya raih. Menjadi Mawapres UM merupakan amanah yang penting untuk mampu memberikan manfaat bagi sesama dan dituntut untuk maju ke nasional yang merupakan suatu kebanggaan dan sekaligus kehormatan bagi saya. Saat ini saya sedang mempersiapkan tahap seleksi nasional yang kedua yang berfokus pada gagasan tertulis. Tentunya, saya masih melakukan konsultasi kepada beberapa dosen yang telah dipilih untuk mendukung dan memberikan masukan yang membangun untuk gagasan tertulis yang akan diajukan. Apa harapan Anda dalam seleksi Mawapres Nasional yang sudah lama Anda impikan? Semoga mendapatkan hasil yang terbaik. Melalui ajang ini semoga dapat mendukung pengembangan produk yang saya angkat sehingga dapat segera memberikan kebermanfaatan yang berkelanjutan kepada masyarakat. Menambah koneksi dan daftar pengalaman diri melalui kompetisi ini juga menjadi jembatan bagi saya untuk mempersiapkan masa depan. Apa pesan Anda untuk teman-teman mahasiswa UM? Jangan pantang menyerah. Jangan takut untuk mencoba dan keluar dari zona nyaman. Selalu bekerja keras, bekerja cerdas dan berusaha sebaik mungkin untuk meraih impian yang dimiliki. Bekerjalah sesuai dengan passion yang dimiliki. Tekuni passion dan tetaplah bertahan walaupun harus melalui masa-masa sulit. Jangan pernah takut untuk gagal. Jangan minder dulu, harus yakin dan percaya diri. Sebuah hasil tidak akan mengingkari sebuah proses, tapi perlu diingat jangan terlalu ambisius. Kita boleh berambisi, tapi jangan berlebihan dan jangan menjadi obsesif. Jangan sampai merugikan diri sendiri, mengganggu kehidupan orang lain, dan dibutakan hasil. Ketahui kapan harus rehat, kapan harus kerja, jangan sampai lupa diri. Jadi, nikmati prosesnya dan terus konsisten melakukan sebisa mungkin, sebaik mungkin. Satu hal yang paling penting, jangan lupa untuk diimbangi dengan berdoa, karena doa tanpa usaha itu kebohongan dan usaha tanpa doa adalah kesombongan. Semoga kita semua dapat meraih impian-impian kita. Do good, do better. Nilam Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

21


dok. Komunikasi

Laporan Khusus

Workshop penyelia halal

Halal Center, Wujud Halal Awareness UM

W

ilayah Malang Raya telah menjadi destinasi pariwisata domestik maupun mancanegara. Sebab itu, produk-produk lokalnya sudah seharusnya memperhatikan urgensi kehalalan. Penyediaan dan penjaminan produk halal merupakan hal yang penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen sesuai peraturan perundang-undangan. Merespons hal tersebut, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) telah membentuk Halal Center atau Pusat Halal sejak Februari 2019. Pusat Halal tersebut akan melakukan pendampingan terhadap para pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar halal. Pusat Halal juga akan membantu para pelaku usaha mengajukan sertifikat halal ke Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Menurut UU RI Nomor 33 Tahun 2014 dan PP Nomor 31 Tahun 2019 tentang Jaminan Produk Halal, Pusat Halal dibentuk oleh lembaga pemerintah, yayasan Islam, perguruan tinggi negeri (PTN), dan perguruan tinggi swasta (PTS) dari yayasan Islam. “Banyak pelaku usaha yang belum mempunyai penyelia halal, padahal kalau hendak mengajukan sertifikat halal mereka wajib punya itu. Oleh karena itu, Halal Center ini hadir untuk mendampingi para pelaku usaha tersebut,� ujar Prof. Dr. Heri Pratikto, M.Si., Kepala Halal Center UM. Lebih lanjut, Heri menjelaskan bahwa Pusat Halal UM adalah pusat halal kelima yang ada di wilayah Malang setelah pusat halal milik Universitas Brawjiaya (UB), Universitas Islam Negeri Malang (UIN Malang), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan Universitas Islam Malang (Unisma).

22 | Komunikasi Edisi 329

Sejauh ini sudah ada beberapa pelaku usaha, khususnya di bidang makanan dan minuman yang meminta pendampingan Pusat Halal UM untuk mengajukan sertifikat halal. Selanjutnya, Pusat Halal melakukan pendampingan sampai dengan pendaftaran ke BPJPH dan proses auditor oleh Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). Setelah itu, BPJPH akan mengeluarkan sertifikat halal berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di samping membantu para pelaku usaha, Pusat Halal UM juga bertujuan menghasilkan publikasi karya akademik dan pengabdian bidang produk halal melalui seminar serta jurnal nasional maupun internasional. Pusat Halal tersebut juga diharapkan dapat menghasilkan SDM ahli sebagai auditor dan penyelia halal yang memiliki kompetensi melakukan pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk melalui penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Pusat Halal UM juga bekerja sama dengan BPJPH dan MUI dalam proses sertifikasi jaminan produk halal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pusat Halal UM menyelenggarakan Workshop Penyelia Halal pada Selasa (14/7) dengan pemateri Prof. Dr. M. Bisri, Guru Besar UB dan Prof. Dr. Elfi yang merupakan Auditior Halal dan Kalab UMM, Kepala Pusat Halal UM, serta tim Auditor Halal dan Penyelia Halal UM. Workshop tersebut diikuti oleh para dosen, mitra catering, dan 75 UMKM di Malang. Pusat Halal UM juga telah menyelenggarakan training calon penyelia halal secara daring pada Selasa (28/7) dengan tujuan memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai sistem jaminan halal dan profesi penyelia halal. “Dengan adanya kegiatan ini, harapannya akan ada banyak mahasiswa UM yang memiliki sertifikat Penyelia Halal. Itu juga akan berguna di SKPI.� pungkas Heri. Azril


dok. Komunikasi

Laporan Khusus

Merilis Gemakarsata pada Tahun Ajaran Baru

U

Wawancara bersama Bapak Hendra di Graha Rektorat

niversitas Negeri Malang (UM) kembali meluncurkan program baru bertajuk Gerakan Mahasiswa Satu Karya Satu Tahun (Gemakasata). Program ini resmi diluncurkan pada (3/8) di Graha Rektorat UM. Program tersebut didasarkan pada Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2020 tentang Rekognisi Karya Prestasi Mahasiswa UM. Gemakasata dirancang untuk mendorong mahasiswa agar terus berkarya dalam bidang akademik dan nonakademik. Peluncuran program ini dilatarbelakangi oleh kosongnya Sistem Aktivitas Mahasiswa (Simawa). Banyak mahasiswa UM yang memiliki karya dan prestasi membanggakan selama menjadi mahasiswa, tetapi tidak dimasukkan ke Simawa, sehingga munculah program Gemakarsata untuk lebih mendisiplinkan pengisian Simawa mahasiswa. Dengan adanya Gemarsata, seluruh mahasiswa UM pada berbagai jenjang wajib memiliki minimal satu karya dalam satu tahun dan diunggah ke Simawa. Apabila mahasiswa tidak melaksanakan program Gemakasata, mereka tidak bisa memproses kartu rencana studi (KRS). Hendra Susanto, S.Pd,, M.Kes., Ph.D., staf ahli WR III menggungkapkan

bahwa adanya program ini UM untuk mengapresiasi semua karya mahasiswa. Karya dapat berupa puisi, cerpen, kaligrafi, dan lain-lain sesuai kemampuan masingmasing mahasiswa. “Kami berusaha mengapresiasi mahasiswa, tidak harus berprestasi. Apa pun karya yang bisa di-publish ke khalayak akan ditampung di situ. Misal pernah dimuat di media masa atau punya e-book atau apa pun, cukup buktikan dengan tautan dan bisa diunggah di Simawa. Minimal di database dia punya karya,� jelas Hendra. Gemakarsata merupakan program jangka panjang yang membantu mahasiswa mengembangkan potensi dirinya melalui media yang ada di UM. Karya dan presatasi mahasiswa yang sudah diunggah di Simawa akan menjadi bahan isian Surat Keterangan Pendamping Ijazah. Secara tidak langsung, adanya Gemakarsata ini menolong mahasiswa untuk mengaktualisasi kreativitasnya. Kalau karya mereka ada yang berprestasi bisa direkognisi dan dibuat ekavalensi terhadap mata kuliah dan tugas akhir. Jika karyanya bisa menembus tingkat internasional atau prestasi lain yang dapat menjadi pengganti mata kuliah atau skripsi, hal itu akan membantu mahasiswamempersingkat masa studinya. Berlian

Tampilan SIAKAD dan SIMAWA

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

23


Cerita Mereka

Hadapi Fitnah dengan Tawakal pada Mahakuasa

P

andemi Covid-19 masih menyelimuti dunia. Makhluk kecil ini telah memengaruhi berbagai sektor kehidupan. Bahkan, tak terhitung jumlah keluarga yang harus mengikhlaskan anggota keluarganya. Di sisi lain, pasien positif yang sembuh juga menggembirakan dan harus disyukuri, salah satunya adalah Dr. H. Kholisin M.Hum.. Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) yang pernah dinyatakan positif Covid-19 kini telah dinyatakan sembuh dan telah beraktivitas normal. Kabar bahwa Kholisin positif Covid-19 sempat menjadi sorotan di berbagai media Malang Raya, bahkan ada beberapa kabar hoaks tentang dirinya. Menelusuri memori beberapa bulan lalu, Kholisin bercerita pada kru Komunikasi. Bermula pada bulan Rabu siang (18/3), Kholisin pulang dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya setelah mengikuti pembekalan terintegrasi calon petugas haji 2020 selama sepuluh hari. Saat itu keadaannya sehat. Namun, Minggu sore (22/3), dirinya merasa demam dan berobat ke klinik. Di sana dia diperiksa, diambil sampel darah, dan rekam jantung untuk diuji laboratorium. Hasilnya tidak ada masalah, dia hanya diberi obat dan diperbolehkan pulang.

P dok. Pribadi

“Dua hari berikutnya karena masih belum sembuh total, saya berobat lagi. Saya ditanya tentang riwayat bepergian. Saya jawab apa adanya dan akhirnya identitas saya didata,� terangnya. Kemudian, Kholisin dites rapid di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepanjen pada (29/3) dan hasilnya negatif. Meskipun telah dinyatakan negatif, Kholisin tetap dites swab beserta delapan orang peserta pelatihan dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) pada (3/4). Sebelum hasil tes swab keluar, istrinya juga jatuh sakit. Menurut dokter yang memeriksa, sang istri sakit tifus dan akhirnya dirawat di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang pada (6/4).

Kholisin saat berwisata di kebun melon

24 | Komunikasi Edisi 329

Selasa sore (7/4) muncul berita menghebohkan yang menyatakan Wakil Katib Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Malang tersebut positif Covid-19. Saat itu kondisi bapak tiga anak ini sehat dan sedang menjaga istri di rumah sakit bersama anaknya. Namun, dosen yang berdomisili di


dok. Pribadi

dok. Pribadi

Cerita Mereka

Menjemput mahasiswa FS PPL di Thailand

Bululawang ini tetap menjaga istrinya dengan mematuhi protokol Covid-19 karena sudah masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP). Tidak lama setelah itu, dia didatangi dua orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD) dan mengabarkan bahwa berdasarkan hasil swab, Kholisin dinyatakan positif. “Kaget. Karena waktu itu orang positif Covid itu masih jarang, apalagi di Malang. Di Malang selatan, saya termasuk yang generasi pertama,” tuturnya bercerita. Meskipun petugas tidak membawa surat maupun bukti secara fisik, dia mengikuti semua proses tanpa perlawanan. Kholisin kemudian diisolasi sendirian, sedangkan istrinya yang kala itu hasil swab-nya belum keluar digabung bersama empat orang dalam satu ruangan. Sejak Kholisin dinyatakan positif, berita tentang kondisi dosen Jurusan Sastra Arab UM ini terus berseliweran dan rata-rata tidak diketahui sumbernya. Menurut Kholisin, banyak kabar hoaks tentang dirinya yang tersebar luas. Kabar hoaks tersebut antara lain tentang dirinya yang baru pulang dari

Singapura, anaknya bersembunyi karena takut diperiksa, dan tentang dirinya yang menolak diperiksa. Kholisin juga disebut-sebut tidak mematuhi aturan atau imbauan terkait Covid-19. “Faktanya, kami mengikuti semua proses yang diminta dari puskesmas atau dinkes. Semua laporan itu banyak bohongnya karena tidak pernah konfirmasi ke saya langsung. Seperti itulah yang kemudian menjadi bola liar di ranah publik. Jadilah berita-berita negatif yang menyudutkan saya dan keluarga,” jelasnya. Jangankan berita yang tidak jelas sumbernya, laporan resmi tentang Kholisin tertanggal 7 April juga banyak ngawurnya. “Ejaan tulisan nama saya salah, usia salah, kronologi tanggal saya pulang dari Surabaya salah. Katanya, saat itu saya dirawat di RS Kanjuruhan, itu juga bohong karena saat itu saya berada di RSSA mendampingi istri,” sanggahnya. Kholisin menegaskan, tidak satu pun dari pihak media yang menghubungi dirinya maupun keluarganya. Menanggapi berita bohong yang beredar, Kholisin mengaku dirinya biasa saja. “Itu namanya fitnah, fitnah tidak usah dituruti,” ucapnya. Untuk mengimbangi berita, Kholisin kemudian menceritakan kisah yang dialami pada rekan media Malang Post dan Kumparan agar fitnah yang dilayangkan sedikit ternetralisir. “Saya diisolasi di rumah sakit ya tenang-tenang saja cuman secara psikologis yaitu terganggu sekali,” terang dosen Fakultas Sastra ini. Selain dampak secara psikologis, Kholisin menceritakan bahwa dampak dari Covid-19 yang menimpa tidak hanya dirasakan oleh dirinya dan keluarga, tetapi juga dirasakan oleh warga desa. “Pokoknya ada orang keluar desa, mau beli apa ke desa lain itu tidak akan diterima waktu itu. Uangnya nggak berani pegang. Kerja di luar juga tidak boleh. Biasanya orang kerja tukang batu, tukang bikin rumah gitu langsung diberhentikan saat itu ketika dengar saya kena Covid,” kenangnya menceritakan kondisi saat itu.

Setelah tujuh hari menjalani isolasi di RS dr. Saiful Anwar, Kholisin dan istri menjalani isolasi lagi selama 18 hari di Safe House Kepanjen sejak (13/4). Dia menyibukkan diri dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan beribadah dan membaca AlQur’an. Sebagai seorang dosen, dia juga mengisi waktu dengan kuliah daring. Bapak tiga anak ini menganggap hal tersebut adalah sebuah ujian baginya. “Ada konsep sabar dan tawakal. ‘Kamu tiap hari ngajar sabar tawakkal, sekarang kamu saya coba seperti itu saya kasih ujian seperti ini kamu sabar apa enggak, kamu tawakkal apa enggak.’ Dalam pikiran saya seperti itu,” jelasnya. Menurut Kholisin, berita hoaks adalah penyakit masa kini. Kholisin yang juga Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini kemudian menghubungkan dengan ayat dalam Surah al-Hujurat. “Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa… Jangan kalian mencari-mencari kesalahan orang lain dan janganlah kalian menggunjing...” lanjutnya. Dia menuturkan, sebagai orang bijak, sudah seharusnya memfilter segala hal yang dikonsumsi dari media. Setelah menjalani karantina, tepat pada (30/4) Kholisin dan istrinya diperbolehkan pulang. Dari pandemi Covid-19 yang pernah menimpanya, dia melakukan refleksi atas kekurangannya dan keluarga dalam hubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Kholisin juga telah menyusun makalah berjudul “Tetaplah Positif Walau Pandemi Telah Usai”. Melalui makalah tersebut, dia mengajak masyarakat untuk saling memahami bahwa Covid-19 bukanlah aib. Menurut Kholisin, sakit yang disebabkan oleh Covid-19 hanya 10%, tetapi 90% dampaknya lebih menyakitkan, mulai dampak sosial, psikologi, hingga ekonomi. “Jaga kesehatan jangan sampai terpapar Covid-19, dan ikuti semua dengan baik dan cerdas tidak perlu lebay, tapi juga tidak sembrono,” tutupnya mengakhiri wawancara.Diah

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

25


Info

dok. Pribadi

Fitri Ariska, Si Pantang Menyerah pemenang Essay Challenging

Raih Kemenangan Meski Dihadapkan Banyak Rintangan

"S

26 | Komunikasi Edisi 329

esungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan” kutipan tersebut nampaknya sesuai untuk mendeskripsikan pengalaman Fitri Ariska ketika mengikuti ajang Essay Challenging yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Indonesia (HIMATEKK UISI) selama kurang lebih dua bulan (23/05-09/07). Perjalanannya dalam meraih posisi pertama dalam kompetisi tersebut penuh dengan lika-liku. Ketika mendapat informasi mengenai lomba dari salah seorang teman. Fitri belum mempunyai ide mengenai apa yang akan ia tuangkan pada esai. Seiring waktu berlalu, ia masih memikirkan gagasan yang akan ia angkat nantinya. Lambat laun, ia justru lupa akan kompetisi ini karena ia juga tengah disibukkan oleh pembuatan karya tulis lainnya. Ia baru mulai mengerjakan esainya enam hari sebelum tanggal pengumpulan. Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini tidak berharap lebih akan hasilnya karena ia berniat menambah pengalaman serta mencari ilmu setiap kali mengikuti perlombaan. Pada waktu diumumkannya finalis, pihak panitia mengabarkan bahwa Fitri lolos, sehingga ia perlu membuat video presentasi untuk melaju ke babak final. “Saya merasa begitu bersyukur, tetapi rasa senang tersebut sirna mengingat kaki saya saat itu sedang infeksi. Digunakan untuk berdiri saja tidak bisa, bagaimana saya akan membuat video?” kenang Fitri ketika diwawancara Kru Komunikasi. Masalah kesehatan yang dialami Fitri membuat mahasiswi tersebut ragu untuk melanjutkan perjuangannya, tetapi dukungan dari orang-orang terdekat berhasil memantik kembali api semangat dalam dirinya. “Awalnya saya tidak ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya. Saya sempat sharing mengenai lomba ini kepada kakak tingkat yang membimbing saya di UKMP (Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis) dan beliau mengirimkan contoh video presentasi yang bisa saya pelajari. Namun kaki saya masih menjadi kendala untuk membuat video.

Saya juga mengutarakan niat untuk berhenti berjuang kepada ibu saya, tetapi ibu justru mendukung saya dan berpesan bahwa bagaimanapun hasil videonya, saya harus berusaha semaksimal mungkin,” tuturnya. Video pun berhasil dibuat dibantu oleh sang ibu, tetapi kendala yang dihadapi Fitri tidak berhenti sampai di titik tersebut. “Pada hari pengumpulan video, sinyal di daerah tempat tinggal saya sangat buruk, sehingga ibu sampai membelikan saya simcard baru. Video saya berhasil terkirim, tetapi begitu melakukan konfirmasi, panitia berkata video saya belum ada. Saya sangat panik karena saat itu merupakan menit-menit terakhir deadline pengumpulan. Saudara saya menyarankan untuk mengirim ulang video tersebut, dan Alhamdulillah video saya akhirnya sampai ke pihak panitia,” tutur mahasiswi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan tersebut. E-voting video ialah tahap terakhir sebelum ditentukannya pemenang lomba. Fitri mengajak temantemannya untuk memberikan like serta komentar di postingan videonya. Perjuangan Fitri-pun terbayar ketika esai buatannya diumumkan sebagai pemenang pertama kompetisi tersebut. Karya Fitri terinspirasi dari banyaknya mayarakat yang melanggar protokol kesehatan dengan tidak menjaga jarak. “Saya mengangkat suatu gagasan yaitu Automatic Distance Detection atau Pendeteksi Penataan Jarak Kumpul di Tempat Umum sebagai upaya mitigasi penyebaran COVID-19. Diharapkan teknologi ini dapat membantu masyarakat menjaga jarak sambil tetap menjalankan aktivitas,” jelasnya. Motivasi Fitri yang besar untuk menulis salah satunya datang dari kutipan Pramoedya Anata Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Dengan pengalaman yang telah ia peroleh, Fitri-pun semakin bersemangat untuk mengikuti kompetisi lain dan bertekad untuk tidak mudah menyerah dengan segala rintangan yang ada di depannya kelak. Zahirah


dok. Humas UM

Info

Pemasangan poster di tempat umum Desa Banjarejo

UM Jadi Salah Satu Pusat UTBK Perbedaan lainnya ada pada penentuan tanggal ujian. Peserta UTBK tahun dua tahun lalu bebas memilih waktu pelaksanaan ujian, sedangkan pada tahun ini jadwal ujian ditentukan melalui sistem dan hanya bisa mengikuti ujian satu kali. Berhubung UTBK dilaksanakan pada saat masa tanggap darurat Covid-19, pelaksaan UTBK dilaksanakan menggunakan protokol kesehatan nasional, seperti pengukuran suhu sebelum memasuki ruangan, penyemprotan penyanitasi tangan, disinfeksi ruangan secara berkala, dan setiap peserta wajib memakai masker atau pelindung wajah. Dalam melaksanakan UTBK, UM menjalin kemitraan dengan beberapa perguruan tinggi di Malang, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Malang (Unisma), dan Universitas Merdeka Malang (Unmer). “Kemitraan ini diselenggarakan dalam bidang pengadaan komputer. Selain itu pengawas juga ada beberapa yang berasal dari universitas mitra,” papar Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd., Koordinator Pelaksana UTBK UM. Kehadiran peserta juga menarik untuk dilihat. Rata-rata tingkat kehadiran peserta UTBK tiap sesinya adalah 93-94%, sedangkan 6% peserta tidak hadir ujian. “Keterlambatan bisa jadi penyebab peserta tidak hadir dalam ujian karena kami hanya mendata peserta yang hadir tepat waktu saja,” imbuh Kepala UPT UM ini. Ayu

dok. Humas UM

P

ara lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat diberi pilihan untuk melanjutkan hidupnya. Beberapa memilih langsung mencari pekerjaan, tidak jarang pula yang melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan atau sekolah tinggi. Bagi lulusan yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), diwajibkan mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Universitas Negeri Malang (UM), sebagai salah satu PTN di Kota Malang dipercaya oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Negri (LTMPT) untuk menjadi salah satu penyelenggara UTBK. Selain diikuti oleh para lulusan tahun 2020, UTBK juga diikuti oleh lulusan SMA tahun 2018 dan 2019. UTBK tahun ini diadakan sebanyak dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan tanggal (514/7) dan tahap kedua dilaksanakan tanggal (20-29/7). Selama pelaksanaan UTBK, setiap harinya, diadakan dalam dua sesi. Pembagian sesi UTBK yang sebelumnya terbagi ke dalam empat sesi diperingkas menjadi dua sesi. Peserta yang sebelumnya berada pada waktu sesi kedua dan keempat diminta untuk mencetak ulang kartu peserta. Berbeda dari tahun sebelumnya, proses UTBK kali ini digabung dengan SBMPTN 2020 yang akan diumumkan hasilnya secara daring pada tanggal (20/8).

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

27


Agama

Reaktualisasi Jejak Cinta Ibrahim as di Tengah Pandemi

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Oleh Muslihati

B

ulan Dzulhijjah, bulan bertabur kasih sayang. Rangkaian ibadah haji, perayaan Iduladha dan ibadah kurban menjadi buktinya. Ketika umat Islam tetamu Allah sedang khusyuk bermunajat dalam wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, sebagian umat Islam di belahan bumi lainnya sedang bersiapsiap menyongsong Iduladha dan berkurban. Meski prasyarat setiap ibadah tersebut berbeda, tetapi semuanya memerlukan modal yang tidak sederhana, khususnya modal kekuatan cinta. Jejak Cinta Nabi Ibrahim as. Ibadah haji dan kurban berakar dari sejarah Nabiyullah Ibrahim as. Masyhur cerita dari generasi ke generasi menuturkan kesalehan dan keikhlasan pemuda belia Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayahnya sendiri demi mematuhi perintah Allah SWT. Keiklasan itu pun berbuah manis karena Allah SWT mengganti dirinya dengan hewan berupa domba. Peristiwa ini diabadikan sebagai ibadah Kurban. Kita juga sering mendengar narasi perjuangan Siti Hajar yang berlari-lari tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah demi mencari air untuk bayi buah hatinya yang sedang kehausan. Perjuangan ini diabadikan menjadi salah satu rukun ibadah haji dan umrah yaitu sa’i. Jejak luar biasa keluarga Ibrahim tidak berhenti sebatas itu saja. Beliau bersama Siti Hajar dan

28 | Komunikasi Edisi 329

Ismail belia secara heroik berjibaku melempar batubatu kecil demi mengusir setan yang terus berupaya menggoyahkan iman dan keikhlasan mereka ketika akan mengorbankan sang anak kesayangan. Peristiwa ini juga diabadikan dalam ibadah haji yaitu lempar tiga jumroh. Pendek kata, seluruh situs penting dan bersejarah berikut rangkaian ritual ibadah haji tidak lepas dari jejak penuh karomah dari sosok mulia Nabi Ibrahim as. Saya menyebutnya sebagai jejak cinta. Lalu, bagaimana relevansi jejak cinta Ibrahim as dengan situasi penuh perjuangan di masa pandemi Covid-19 ini? bagaimana pula umat manusia khususnya umat Islam dapat menyerap inspirasi dari jejak cinta sang bapak para nabi agar survive dan produktif di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai ini? Tidak lengkap rasanya mengulas dua hal tersebut tanpa membuka kembali ihwal kehadiran keluarga Ibrahim di tanah Arab. Jejak cinta Ibrahim yang berabad kemudian melahirkan Nabi Muhammad SAW berawal dari keikhlasan beliau menempatkan istrinya Siti Hajar dan bayi Ismail di lembah tak berpenghuni di sisi Baitullah. Kisah ini tergambar jelas dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 37 yang artinya,“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-


Agama tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. Ayat ini menggambarkan betapa Ibrahim as dan istri beliau memiliki keikhlasan, kepasrahan, keimanan, dan cinta yang sangat kuat pada Allah SWT, hingga apa pun yang diperintahkan-Nya akan dilakukan tanpa tawar-menawar. Tampaknya, kedahsyatan resonansi iman Ibrahim as. terinternalisasi kuat ke dalam nurani Siti Hajar. Ketika ditinggal berdua dengan bekal seadanya di tempat asing demi mematuhi perintah Allah SWT, wanita mulia itu menjalani dengan ikhlas, gagah, dan penuh keyakinan akan pertolongan Sang Khalik. Sungguh gambaran kualitas iman dan cinta yang luar biasa. Bagi manusia kebanyakan, tinggal berdua di tempat sunyi saja sudah pasti menghadirkan ketakutan, belum lagi ancaman kehabisan pasokan bahan makanan dan gangguan binatang buas. Namun, Hajar bukan wanita sembarangan, dia pejuang penuh iman. Bayangkan saja bagaimana kesanggupannya berlari tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah yang jaraknya sekitar 500 meter dalam kondisi panas terik di medan terjal. Hanya wanita luar biasa dengan motivasi baja saja yang mampu menjalaninya tanpa keluh kesah. Buah manis karomahnya dapat dinikmati hingga detik ini, air zamzam yang menyegarkan dan penuh khasiat mengalir tiada henti beratus-ratus tahun lamanya. Jangan bandingkan bebukitan Mekkah di masa lampau dengan kondisi saat ini, perbedaannya ibarat langit dan bumi. Kala itu Makkah sangat gersang dan panas, sementara saat ini jalur sa’i—monumen perjuangan—Siti Hajar ra. telah berubah drastis berlantai marmer, beratap beton, berpendingin ruangan, juga lebih landai. Bukit Shafa dan bukit Marwah telah dipapras dan dikondisikan agar memudahkan para jamaah haji dan umrah ketika melintasinya. Edukasi iman dan cinta Allah SWT juga meresap kuat ke jiwa Ismail as anak kesayangan Ibrahim as. Terbukti ketika beliau menyampaikan perihal mimpi perintah Allah SWT untuk menyembelihnya, sang Nabi belia menyatakan kesediaan tanpa ragu sedikitpun. Dalam Al-Qur’an Surat As-Shaaffat ayat 102 disebutkan ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Kerelaan hati untuk mengorbankan nyawa menjadi bukti betapa kokohnya rasa cinta putra Ibrahim as. pada Allah SWT tentu saja bukan sekedar cinta biasa. Memaknai Jejak Cinta Nabi Ibrahim as di Tengah Pandemi Kisah-kisah dalam jejak cinta Ibrahim as, sejatinya mengajarkan pada umat manusia agar mampu mencapai kualitas kemanusiaannya yang hakiki yaitu menghamba dan beribadah dengan penuh cinta tanpa syarat. Ibrahim as menginspirasi kita semua untuk menerima dan mematuhi perintah Allah SWT walau terlihat sangat sulit dan di luar kewajaran. Tidak mudah bagi seorang suami dan ayah yang

penyayang meninggalkan anak istrinya di lembar gersang, tapi Ibrahim melakukannya dengan ikhlas. Ditinggal berdua di tempat asing juga bukan hal yang ringan bagi seorang perempuan, tapi Hajar menjalani dengan gagah. Tidaklah gampang mempercayai isyarat mimpi yang memerintahkan untuk menyembelih buah hati yang sangat dicintai, tapi Ibrahim as mampu memenuhinya. Bukanlah sesuatu yang sederhana bagi seorang anak untuk merelakan nyawa sebagai persembahan kepatuhan sang ayah pada Tuhannya, tapi Ismail menyanggupinya. Bandingkan dengan kondisi saat ini. Deraan ancaman pandemi Covid-19 telah membuat hati kita semua kecut dan kerdil. Kondisi yang tak lagi sama dengan sebelumnya, menumbuhkan deretan keluh kesah tiada henti. Padahal kita tinggal di tengah-tengah keluarga dan tetangga, yang insyaallah akan membantu jika kita mengalami kondisi susah. Padahal Hajar telah memberi teladan dalam menghadapi ancaman kelapangan dan kehausan. Teladan juang inilah yang perlu kita rujuk untuk memompa semangat dan tegar menghadapi risiko akibat pandemi. Salah satu pesan cinta yang dapat dipetik adalah jangan mudah menyerah, teruslah berusaha. Doa Nabi Ibrahim ketika meninggalkan anak istrinya patut menjadi sumber inspirasi untuk terus berhusnuzon, beribadah shalat sekaligus memohon keberkahan dan kemampuan bersyukur dalam menghadapi kondisi seberat apa pun. Bagi calon jamaah haji yang tertunda karena kebijakan pemerintah Arab Saudi, ketabahan Ibrahim as dan Ismail as menerima perintah kurban perlu menjadi sumber inspirasi dalam menerima takdir Allah SWT. Yakinlah bahwa setiap keikhlasan akan berbuah manis, sebagai yang telah ditunjukkan dalam kisah Nabi Ibrahim dan Ismail. Bagaimanapun juga, pandemi Covid-19 adalah takdir Allah SWT, tunduk pada takdir berarti mengimani dan mematuhi ketentuan Allah SWT. Menerima takdir tertundanya ibadah haji bagi mereka tentu menjadi wujud implementasi dari rasa iman itu sendiri. Mudahkan hati dan jiwa untuk meyakini takdir Allah SWT tentang haji tahun 2020, pasrahkan pada Sang Penentu segala kejadian. Sementara itu, jejak cinta yang tidak kalah pentingnya adalah esensi kurban dan lempar jumroh. Kedua ibadah ini adalah teladan pembersihan jiwa dari kontaminasi karakter negatif. Ibadah kurban sejatinya adalah detoksifikasi jiwa manusia dari pengaruh negatif sifat-sifat hewani: tamak, rakus, suka mengeluh, tidak bersyukur. Sedangkan lempar jumroh merupakan upaya pembersihan diri dari karakter setan: ingkar, kufur, tidak patuh, dan pembangkang yang sering menyusup mencemari karakter manusia. Jiwa dan hati yang bersih memungkinkan bersemainya iman dan cinta Allah SWT dengan subur. Subhanallah, setiap perintah ibadah bertujuan memuliakan manusia, sebagaimana teladan jejak cinta dari nabi-nabi Allah dan keluarganya yang diutus untuk memaklumatkan Keesaan Allah sebagaimana Nabi Ibrahim as., Nabi Ismail as., dan Siti Hajar ra. Memang terbukti, tiada yang lebih mulia dari cinta luar biasa pada Sang pencipta. Penulis adalah dosen Jurusan Bimbingan Konseling dan anggota penyunting majalah Komunikasi

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

29


Curhat

Semangat Mengasah Bakat dan Minat!!! ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Assalamualaikum, Wr.Wb. Saya mahasiswi Jurusan Sastra Inggris. Saya memiliki cukup banyak hobi dan minat, seperti menulis, menyanyi, menari, atau menggambar. Selama melakukan kegiatan di rumah saja sebenarnya saya ingin mengasah kemampuan saya di beberapa bidang tersebut, tetapi akhir-akhir ini saya selalu dihantui rasa takut bahwa apa yang akan saya lakukan akan sia-sia atau tidak akan sebaik karya orang lain. Oleh karena itu, saya cenderung menunda-nunda dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Apakah ada solusi supaya saya kembali bersemangat untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang dulunya sangat saya sukai? Terima kasih banyak atas jawaban yang diberikan. H Wassalaikumsalam, Wr.Wb. Jawaban: Waalaikumsalam, Wr.Wb Kita seringkali mempunyai banyak rencana ketika mengetahui akan ada waktu luang, misalkan pada saat akhir pekan, libur panjang kuliah dan saat study from home (SFH) seperti saat ini. Namun yang sering terjadi adalah kita berlama-lama tidur, lihat televisi atau berselancar dalam jaringan. Sehingga rencana untuk olahraga, merapikan rumah, belajar bahasa asing, atau aktivitas mengasah minat bakat akhirnya batal dilaksanakan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kita merasa masih banyak waktu dan merasa dapat dilakukan hari esok. Inilah yang disebut prokrastinasi. Prokrastinasi adalah perilaku menunda melakukan atau menyelesaian suatu tugas atau kegiatan prioritas dengan berbagai alasan. Penyebabnya bisa bermacam-macam, antara lain banyaknya aktivitas, tidak dapat mengatur waktu, ada pengaruh dari teman untuk melakukan kegiatan lain, motivasi kurang, atau bisa juga karena kepribadiannya. Pada permasalahan Anda, ada kecenderungan menunda aktivitas prioritas karena faktor kepribadian, yaitu belum memadainya kepercayaan diri, harga diri dan efikasi diri.

30

Jawaban oleh: Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM Minat yang Anda miliki perlu dilatih terus secara konsisten agar berkembang, sehingga memberikan nilai lebih terutama untuk diri Anda sendiri. Karena minat ini merupakan hobi, maka lakukan kegiatan ini dengan senang. Bisa jadi, awalnya hobi tapi nanti berkembang menjadi aktivitas professional, asalkan dilatih secara konsisten. Agar dapat secara optimal mengembangkan minat dan bakat, Anda disarankan untuk:  Menjaga motivasi dengan cara memikirkan manfaat apa saja yang akan didapatkan dengan menjalankan hobi tersebut. Misalkan, Anda akan merasa sehat karena menari merupakan olah tubuh.  Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Sebaiknya Anda fokus pada perkembangan diri sendiri. Kemampuan apa yang sudah berkembang saat ini dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu, kemudian rencanakan langkah selanjutnya.  Karya atau keberhasilan orang lain dijadikan penyemangat. Pelajari bagaimana orang tersebut bisa memiliki kemampuan yang baik itu. Jadikan ia sebagai role model.  Anda diharapkan yakin dengan kemampuan diri sendiri (efikasi diri). Latihan akan membuat karya-karya Anda semakin baik, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri.  Ikutilah lomba-lomba untuk mendapatkan umpan balik atau saran yang objektif.  Tingkatkan kemampuan mengatur diri sendiri. Buat jadwal harian, lakukan terlebih dahulu kegiatan prioritas, dan konsisten. Anda dapat mengatakan pada diri sendiri, “sebelum saya selesai latihan, saya tidak boleh menggunakan media sosial”.

Demikian saran pengembangan dari saya, semoga bermanfaat.

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac. id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2020. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. | Komunikasi Curhat AndaEdisi akan 329 kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.


Pustaka

MENILIK SISI LAIN KOREA SELATAN DI FILM PARASITE oleh Maria Ulfa ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

UM

B

Judul Tahun rilis Sutradara Pemain Genre

: Parasite : 2019 : Joon-ho Bong : Kang-ho Song, Sun-kyun Lee, Yeo-jeong Jo : Comedy, Drama, Thriller

icara mengenai Korea Selatan, bayangan yang pertama kali muncul dalam kepala adalah k-pop idol, drama korea, dan Seoul dengan segala keglamorannya. Namun bayangan indah itu tidak berlaku bagi keluarga Kim. Pengambilan gambar awal memperlihatkan sepasang kaus kaki yang dijemur dalam ruangan berjendela terali besi yang lebih rendah dari permukaan tanah. Suasana muram karena kurangnya cahaya di ruangan tersebut menggambarkan kehidupan empat anggota keluarga Kim yang miskin. Hal itu diperjelas dengan adegan membajak wi-fi tetangga karena jaringan telepon dan internet sudah terputus sembari menyusuri setiap jengkal rumah untuk mendapatkan sinyal yang kuat. Kedua orang tua Ki-woo dan Ki-jung bekerja serabutan yang nyaris dikatakan pengangguran. Mereka mengandalkan gaji dari hasil melipat kotak pizza yang tak seberapa. Meski begitu, Pak Kim rupanya tidak berkecil hati, buktinya ia sering melemparkan humor satir yang kadang membuat hati getir. Tak menunggu lama, babak barupun dimulai ketika teman Kiwoo, Minhe, menawarkan pekerjaan padanya untuk menjadi tutor bahasa Inggris untuk orang kaya. Tak tahan dengan jeratan kemiskinan, Ki-woo mengambil pekerjaan itu meskipun ia harus memalsukan kartu hasil studinya. Padahal Ki-woo bukanlah seorang mahasiswa. Jalan Kevin (Ki-woo) sebagai tutor begitu mulus, Nyonya Park langsung menyukai dan percaya padanya. Ia tidak segan menaikkan gaji Kevin dengan alasan harga bahan pokok sedang naik. Terlebih ibu dua orang anak itu juga tak ragu mempercayakan urusan mencarikan guru seni untuk anak bungsunya pada Kevin. Jessica, adik perempuan Kevin, lalu mengikuti jejak Kevin menjadi terapis seni. Nyatanya Jessica memang pintar memanipulasi gambar di Photoshop, kartu KHS Kevin adalah karyanya. Berbekal bakatnya itu ia mengaku belajar Art Psychotherapy lulusan Amerika. Kebohongan demi kebohongan dibuat agar bisa mendapatkan bayaran tinggi. Tak berhenti di Jessica, Pak Kim kemudian bekerja menggantikan supir muda nan tampan yang telah diperdaya. Sama halnya dengan pembantu Moon-Gwang yang dipecat agar posisi tersebut bisa ditempati oleh ibu Kevin. Begitulah kehidupan keluarga Kim yang diam-diam menginvansi rumah keluarga Park. Singkat cerita, jadilah mereka keluarga penipu. Selain sukses sebagai pemenang Festival Film Cannes 2019, film besutan Bong Joon-ho ini juga sukses membuat penonton bimbang. Pasalnya, apa yang dilakukan keluarga Kim tentu tidak bisa diterima. Namun melalui sudut pandang mereka, terlihat jelas ketimpangan sosial di Negeri Gingseng tersebut yang juga mewakili negara-negara lain. Penonton seakan dipaksa untuk memahami

latar belakang perbuatan mereka. Konflik dalam film ini disusun bertahap dengan intens dan realistis. Kala keluarga Park dapat menikmati hujan sembari mengawasinya dari ruang tamu dengan dinding kaca transparan, Keluarga Kim hanya bisa berpuas diri berandai-andai. Mereka berpura-pura menjadi pemilik rumah mewah itu saat keluarga Park sedang pergi berkemah. Bong Joon-ho sangat piawai memainkan perasaan penontonnya. Adegan tenang tiba-tiba menjadi menegangkan saat mereka tahu keluarga Park batal kemah dan sedang dalam perjalanan pulang. Penonton lagi-lagi dibuat menahan napas saat Pak Kim, Kevin dan Jessica bersembunyi dari pemilik aslinya. Mereka dengan segera membereskan segala kekacauan yang mereka buat sepeninggal keluarga Park. Salah satu kerusuhannya adalah kembalinya dengan Moon-Gwang, pembantu rumah tersebut sejak awal pemilik sebelumnya tinggal, yang menjadi bumbu thriller film ini. Film yang berdurasi selama dua jam dua belas menit ini jelas tahu kapan memunculkan ketegangan hingga membuat penonton ikut was-was. Salah satu adegan cerdas dalam film ini adalah pergantian lampu di rumah keluarga Park dan rumah keluarga Kim yang yang berkedap-kedip membuat sandi morse yang berarti tolong. Ada keluarga yang sedang terancam nyawanya. Di sisi lain ada keluarga yang berjuang menyelematkan barang-barang karena rumah mereka tenggelam banjir setinggi leher orang dewasa. Tampaknya, isu sosial seperti kesenjangan sosial menjadi komoditi utama film ini. Sutradara film Okja dan The Host juga tidak segan memasukkan adegan thriller dengan musik bertempo lambat yang kontras. Di luar nalar dan berani adalah kata yang tepat untuk penyandang kategori Sutradara Terbaik di Festival Film Cannes 2019. Parasite menekankan bahwa kehidupan di Korea Selatan tidaklah seindah yang diceritakan dalam drama-drama korea. Tentu, potret perkampungan kumuh tempat keluarga Kim tinggal mewakili keadaan aslinya. Sebut saja Guryong Village. Film ini menjadi gambaran betapa kerasnya kehidupan di Korea Selatan hingga ada yang rela mengotori tangannya untuk bertahan. Film ini diramu dengan komposisi drama, komedi, dan thriller dengan porsi yang pas. Penonton mungkin akan menggelengkan kepala, mengernyit, atau bahkan turut bersimpati. Sampai akhir film, penonton boleh jadi masih bimbang dengan keberpihakan pada tokoh protagonis dan antagonis. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris dan Juara Harapan 2 Kompetisi Penulisan Pustaka majalah Komunikasi

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

31


dok. Komunikasi

dok. Komunikasi dok. Komunikasi

Wisata

Wisatawan menunjukan produk makanan dan minuman Rokettobus

Suasana hangat di dalam Rokettobus

RokettoBus

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

Ngopi Sambil Keliling Kota Malang

Senyum bahagia para wisatawan

32 | Komunikasi Edisi 329

Tempat nongkrong yang Ciamik ala Rokettobus


Wisata

B

elum lama ini Kota Malang melahirkan kafe berjalan atau kafe dalam bus yang diberi nama Rokettobus. Setelah melewati tahap transisi new normal, industri wisata mulai bangkit dan berinovasi, salah satunya dengan kemunculan Rokettobus. Kafe berjalan ini merupakan terobosan baru hasil kerja sama Roketto Café, Inspired27, dan 27Trans. Dengan menaiki Rokettobus, wisatawan bisa menikmati keindahan Kota Malang sembari menikmati kopi atau makanan ringan. Nah, sebelum menjajal Rokettobus, wisatawan harus tahu asal-usul lahirnya Rokettobus. Inovasi cemerlang ini berawal dari keprihatinan sang penggagas melihat banyaknya bus pariwisata yang berhenti beroperasi dan akhirnya rusak. “Kami juga sempet mencoba berjualan air mineral, hingga supir dan kernet saya sempat saya kerjakan untuk berjualan air mineral agar tidak menganggur. Karena bukan basic-nya, ya tidak jalan. Akhirnya, keluarlah ide kafe berjalan ini. Kami memodifikasi bus layaknya sebuah kafe kekinian dengan memberikan kenyamanan bagi penumpang. Jika di setiap jadwal keberangkatan jumlah penumpang tidak memenuhi kuota tempat duduk, kami tetap berangkat. Prinsip kami, komitmen memberikan kepuasan kepada penumpang kami. Alhamdulillah, dinas pariwisata mendukung adanya kafe berjalan ini,” ujar Fery, pengelola Rokettobus. Hanya dengan Rp50.000,00 per orang wisatawan sudah mendapatkan satu kopi dan satu snack dari Roketto Café, sekaligus bisa menikmati indahnya pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan dengan durasi 60 menit. Tak hanya itu, wisatawan bisa menikmati fasilitas yang diberikan selama meluncur bersama Rokettobus seperti fasilitas karaoke. Wisatawan juga akan mendapatkan voucher belanja senilai Rp50.000,00. Sangat disayangkan bila Anda melewatkan momen spesial bersama Rokettobus. Jika kalian sudah bosan keliling Kota Malang, Rokettobus juga menawarkan special trip Kota Batu dengan budget Rp75.000,00 per orang, tetapi wisatawan harus bersabar karena hanya bisa dilayani pada Sabtu dan Minggu.

Selama berkeliling Kota Malang wisatawan didampingi pemandu wisata yang menjelaskan sisi historis setiap tempat atau jalan yang dilewatinnya, salah satunya tentang sejarah Jl. Kayutangan yang pada masa kolonial disebut jalan Kajoetanganstraat dan sekarang bernama Jalan Jenderal Basuki Rahmat. Mengajak anak-anak menaiki Rokettobus, mengapa tidak? Sebari jalan-jalan menikmati keindahan Kota Malang, mereka juga akan mendapatkan edukasi mengenai Malang tempo dulu. Asik sekali, bukan? Pada era pandemic ini, Rokettobus juga menerapkan protokol kesehatan. Sebelum wisatawan masuk ke bus, mereka wajib memakai masker, melakukan pengukuran suhu tubuh, memakai hand sanitizer, serta menerapkan physical distancing. Jika wisatawan ketahuan sakit tidak diizinkan masuk. Bukan hanya wisatawan yang harus mematuhi protokol di atas, semua pekerja juga harus mematuhinya. Sementara, untuk armada bus setiap hari rutin disemprot cairan disinfektan untuk seterilisasi pencegahan penyebaran Covid-19. Rute yang dilalui Rokettobus dimulai dari Store Utama Inspired27 Jl. Soekarno Hatta No. D—511, menuju Kayutangan, Alun-alun Kota Malang, Kampung Warna-warni, Alun-alun Tugu, Jl. Ijen Boulevard, dan berakhir di Store Utama Inspired27 lagi. Untuk jadwal keberangkatan terdiri dari empat sesi. Sesi pertama berangkat pukul 14.00 WIB, dilanjut dengan keberangkatan kedua pukul 16.00 WIB, keberangkatan ketiga dimulai pukul 18.00 WIB, dan ditutup dengan keberangkatan keempat pukul 20.00 WIB. Tentunnya bus ini beroperasi setiap hari. Kalian Tinggal langsung datang setiap hari ke Store Utama Inspired27, Jl. Soekarno Hatta No. D-511, Roketto Coffe, Jl. Kendalsari No. 6 Kota Malang, atau kalian bisa booking atau reservase terlebih dahulu via What’sApp. Setelah itu, kalian akan diarahkan untuk memilih nomer bangku dan menu makanan. Tertarik? Sangat disayangkan jika Anda melewatkan wisata ini. Izam

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

33


Rancak Budaya

Gubuk Cendana

“S

oleh Fatima Tuzzahro

uatu hari kau akan masuk ke dalam sana” itu kata-kata terakhir kakek sebelum dia masuk ke dalam gubuk cendana di belakang rumah. Gubuk cendana, salah satu hal menarik dari rumahku. Letaknya di belakang rumah dengan ukuran seluas rumah kecil kami. Seluruh bangunannya dibuat dari kayu cendana. Pada malam-malam tertentu aromanya akan menguar hingga ke sudut desa. Membuat anak-anak mengintip penuh penasaran dari balik pagar. “Hanya orang-orang pilihan yang boleh memasukinya” itu omongan yang santer di desa. Pada kenyataannya tidak seperti itu. Gubuk cendana hanya bisa dimasuki oleh anggota keluarga kami. Itu pun dengan syarat tertentu. Keluarga kami berasal dari kasta Brahmana di kalangan masyarakat Bali. Memimpin doa di pura milik desa sudah menjadi suatu kewajiban tak terbantahkan. Dari kakeknya kakekku, entah canggah atau buyut, hingga ayahku, lalu suatu hari nanti aku, serta anak cucuku. Kami yang menjaga pura di desa. Kami dihormati meski hidup seadanya. Kasta keluargaku membuat kami menjadi panutan warga desa. Seolah segala hal yang berasal dari keluargaku adalah sesuatu yang suci, termasuk gubuk cendana. Seringkali mereka bertanya usai sembahyang di pura, “Bisakah kami menengok gubuk cendana?” Ayahku akan tersenyum dan menolak lembut. “Ya, suatu hari nanti.” Suatu hari yang tidak akan pernah tercapai. Warga desa hanya mampu menelan mimpi palsu mereka. Gubuk cendana dibangun hanya untuk keluarga kami sebagai bentuk fanatisme terhadap upacara Ngaben yang utuh. “Ngaben harus dilaksanakan dengan tubuh yang utuh, melalui upacara besar dengan menara api yang menjulang tinggi ke langit. Kaum Brahmana harus melalui itu untuk mencapai kemuliaan akhirat yang sesungguhnya.” Itu wejangan yang telah diwariskan keluarga kami kepada keturunannya. Sama seperti warga desa yang bermimpi memasuki gubuk cendana, keluargaku bermimpi merasakan kehangatan Ngaben. Mimpi yang kusadari tak akan pernah tercapai

sejak usiaku 10 tahun. Ngaben adalah upacara agung yang membutuhkan biaya tinggi. Bisa seharga rumah minimalis di deretan perumahan ibu kota. Biaya yang mustahil dicapai keluarga kami. Keluarga kami hidup dengan sederhana, mendekati kata miskin. Tertutup bayangan kasta membuat keluarga kami tunduk pada sikap Brahmana yang sesungguhnya. Waktu yang dihabiskan merawat pura bisa lebih panjang daripada merawat wortel di kebun. Kitab Wedha bisa dibaca sepanjang hari, sementara kebun disiram seadanya. Tingkah ini yang membuat nasib keluarga kami menjadi begitu malang. Hampir setiap tahun kebun kami mengalami gagal panen. Hutang menumpuk untuk mengelola kebun. Terkadang warga memberi sedekah kepada kami.

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

34 | Komunikasi Edisi 329


Rancak Budaya Dapat dikatakan kami hidup seperti pengemis yang terhormat. Istilah yang cukup membuatku begidik setiap malam membayangkan diriku akan mewarisi kehidupan yang sama. Terkadang, sedekah dari warga tak mencukupi. Hal ini membuat bapak mencuri sesaji di pura untuk kami makan. “Kita sudah sangat berbakti kepada mereka. Sudah sewajarnya mereka membantu kita di kala susah. Sesaji mereka adalah milik kita juga.� Begitu penjelasan bapak ketika kukatakan bahwa dia telah mencuri. Dalam hati aku teriakkan bahwa bapakku munafik. Keluarga kami munafik dengan fanatisme terhadap Ngaben dan surga. Aku percaya, tak ada seorang pun yang senang jika barangnya dicuri, termasuk para dewa di pura. Aku percaya Ngaben keluarga kami akan terasa seperti neraka dunia. ****** Fanatisme keluarga kami terkurung di dalam gubuk cendana. Keluarga kami merawat gubuk cendana seperti merawat seorang bayi kecil. Kayu cendana yang lapuk akan segera diganti. Rumput liar disekitar gubuk akan selalu dicabuti. Atap yang rusak akan segera digantikan dengan yang baru. Bisa kukatakan rumah kami tak seindah gubuk cendana. Tiap bulan, ibu bisa menghabiskan ratusan ribu untuk membeli dupa, juga bunga-bunga. Semua itu untuk memastikan gubuk cendana selalu wangi. Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa gubuk cendana kami itu harus selalu wangi. Ya, di dalam gubuk cendana keluarga kami menyimpan rahasia besar. Warga desa tidak pernah tahu. Gubuk yang mereka agungkan itu menyimpan kebusukan keluarga kami. Aku sampaikan kebusukan ini dalam makna sesungguhnya, bukan sebagai suatu kiasan. Gubuk cendana adalah tempat menyimpan mayat kering anggota keluarga kami. Mayat-mayat itu tak boleh hancur sebelum mereka terima Ngaben yang sakral dan bermartabat. Lalu, bagaimana mayat-mayat itu mengering tanpa membusuk? Entahlah, aku juga tak paham. Sepertinya rahasia pengeringan mayat ini hanya diwariskan pada para wanita di keluarga kami. Ambil contoh ibuku sebagai satu-satunya wanita di keluarga kami saat ini. Sebulan sekali, ibu akan membeli banyak rempah di pasar dan mengolahnya menjadi pasta kuning dengan aroma Wangi. Pasta yang aku yakini sebagai ramuan pengering tubuh manusia. Lebih mengerikan lagi, pengeringan mayat itu dimulai sebelum mereka menjadi mayat. Aku tahu hal ini sebulan setelah kakek dimasukkan ke gubuk cendana. Seminggu sekali tiap malam ayah akan mengendap ke dalam gubuk dengan semangkuk pasta rempah dan sepiring makanan. Bermodalkan rasa penasaran, aku mengintip dari balik cela yang tak pernah mereka ketahui keberadaannya. Dalam pendar lilin, terlihat bapak menyuapi kakek makan malam. Di dalam sana tubuh kakek terbaring kaku mengering. Hanya wajahnya yang terlihat hidup. Tanpa perlu menunggu bapak mengoleskan pasta rempah ke sekujur tubuh kakek, aku sudah dapat mengambil kesimpulan. Tubuh kakek dibunuh perlahan, hanya kepalanya yang dibiarkan hidup.

Kekonyolanku malam itu membuatku bermimpi buruk tiap malam. Dapat kubayangkan suatu hari nanti tubuhku terbaring kaku di sana. Menjadi kaku secara perlahan sementara wajahku merintih. Tak perlu menunggu tua. Bisa saja karena tingkah nakalku, bapak ibu dengan tega mengurungku di sana. Menjadikan tubuhku serupa tubuh kakek. Berkat trauma itu aku belajar mati-matian di sekolah. Akan kupastikan gubuk itu menghilang pada masaku. Akan kupastikan tubuhku bapak, aku, bahkan cucu-cucuku tak pernah merasakan dinginnya gubuk cendana. Ngaben keparat itu harus segera digelar sebelum kematian menyongsongku. Fanatisme gila atas impian Ngaben yang sesungguhnya harus berakhir di telingaku. Tak boleh tiba pada keturunanku. Pada akhirnya aku tumbuh dalam kengerian dan angan-angan kehancuran gubuk cendana. Aku belajar seperti orang kesetanan. Aku raih banyak prestasi hingga dapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Pada masa-masa itu aku dapat melupakan sejenak bayangan gubuk cendana. Meski beberapa kali sempat teringat sebab orang luar negeri sana begitu gila dengan budaya nusantara, khususnya Bali. Jika terpaksa, aku akhirnya bercerita singkat tentang budaya di Bali. Tentu saja dengan catatan, aku tak akan pernah membahas Ngaben sedikit pun! Tinggal di luar negeri seperti oase bagiku. Adatnya berbeda dan tak mengekang. negera liberal seperti Amerika memang luar biasa. Tak ada adat istiadat aneh yang diwariskan untuk mengurung anak turun keluarga. Tak ada hal-hal mistis seperti aroma dupa. Hanya ada aroma parfum Perancis yang dijajakan di pertokoan. Di sana aku terhipnotis dan hampir melupakan jati diri. Bayangan rumah sebenarnya masih menghantuiku. Aku berkencan dengan gadis Jerman di sini. Meski banyak kawankawan dari Indonesia, aku dengan sengaja lebih mendekati gadis asing. Dalam bayanganku, berkencan atau bahkan menikahi gadis negeri sendiri akan membawaku pulang ke tanah air, membawaku ke tempat mengerikan seperti gubuk cendana. Masa libur kuliah pun kuhabiskan di sana. Bapak terkadang menelepon dan mengeluhkan berbagai hal. Dia mengeluhkan tubuhnya yang mulai renta seperti kakek dulu. Dia juga menceritakan kondisi pura. Di antara semua keluhan, dia paling mengeluhkan kondisi gubuk cendana. Biaya merawat gubuk sialan itu meningkat dua kali lipat. Kondisi bapak yang memburuk memaksanya mempekerjakan pembantu untuk mengurus keperluan gubuk. Perawatan puluhan mayat di dalamnya juga membutuhkan biaya lebih. “Sepertinya bapak dan ibu akan segera tinggal dalam gubuk. Sebaiknya lepaskan studimu dan pulang ke rumah.� Tanpa perlu dijelaskan panjang lebar aku sudah paham keinginan bapak. Dia butuh pewaris gubuk cendana, juga mantu yang siap menggantikan tugas ibu membuat ramuan pengering tubuh. Fakta bahwa diriku terlahir sebagai anak tunggal sangatlah menyedihkan. Seandainya aku punya kakak atau adik, mungkin aku bisa lari dari beban mengerikan ini. Beban yang

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

35


Rancak Budaya senantiasa membawaku dalam bayang-bayang kematian dan panas api Ngaben. Sejak telepon terakhir bapak itu, aku tidak bisa hidup dengan tenang. Harusnya aku bisa kabur dari genggaman fanatisme Ngaben itu. Toh, bapak tak mungkin menyusulku ke Amerika. Aku sudah punya kerja sampingan di sini. Biaya kuliah dan hidup sehari-hari juga ditanggung penuh oleh pemberi beasiswa. Aku hanya perlu belajar lebih giat, lulus dengan sempurna, cari kerja, dan menjadi kaya. Dengan kekayaan itu aku bisa membakar habis isi gubuk cendana sekaligus fanatisme Ngaben di dalamnya. Bapak bisa masuk gubuk itu sendirian dan meminta ibu mengoleskan ramuan pengering ke tubuhnya. Semisal ibu harus masuk ke dalam gubuk itu juga, mereka bisa sewa orang untuk mengoleskan ramuan pengering itu. Tugasku hanya satu, mengumpulkan uang dan membakar habis segalanya. Keputusanku bulat, aku tak akan pulang sebelum mampu membakar gubuk cendana itu. Usai ambil keputusan itu, segera kuhubungi bapak. Kusampaikan bahwa aku tidak akan kembali ke rumah sebelum menjadi orang sukses, menghasilkan banyak uang, lalu memenuhi mimpi besar keluarga kami, ‘merasakan kehangatan api Ngaben dengan menara yang menjulang tinggi ke langit.’ Bisa kudengar hembusan napas berat bapak di seberang telepon. Hembusan yang membunyikan lonceng kemenanganku dengan merdu. “Tidak, kau pasti akan pulang ke rumah secepatnya.” Itu jawaban bapak atas keputusan bulatku. Sialnya, tiga hari setelah itu aku mengalami kecelakaan lalu lintas. Sebuah Bus yang Dibajak Pemabuk Bersenjata Menabrak Mahasiswa Asing di Jalanan Kota Los Angeles. Itu kalimat pembuka berita yang aku baca di koran saat berada di rumah sakit. Korban kecelakaan itu adalah aku. Kakiku remuk dan mengalami kelumpuhan total. Sementara, lidahku kelu membisu karena syarafnya terputus. Dalam kondisi mengenaskan itu, aku dipulangkan ke tanah air. Pihak pemberi beasiswa mengatakan bahwa berada di dekat keluarga akan menjadi obat terbaik bagiku. Aku tak memprotes sebab telah bisu. Toh, siapa yang mau meneruskan beasiswa untuk penyandang cacat. Begitu tiba di rumah ibu menyambutku dengan tangis dan memelukku erat-erat. Sementara, bapakku itu tersenyum di balik tubuh ibu. “Sudah kukatakan kau akan pulang ke rumah cepat atau lambat.” Dia berbisik dengan nada riang. Dibanding ibu, bapak yang paling perhatian merawatku. ‘Merawat’ dalam artian yang berbeda. Mungkin ibu akan melihat bapak sebagai sosok yang menyayangi anaknya. Padahal yang dilakukannya padaku hanyalah memberi siksaan batin. Setiap jam makan tiba dia akan menyuapiku dan memberikan wejangan-wejangan terkait gubuk cendana dan mimpi keluarga kami. Lalu, ketika tiba waktu tidur tiba dia akan kembali mendongeng, memberikan saran-saran kehidupan untukku. Sarannya yang paling kelewatan adalah memintaku tinggal di dalam gubuk cendana. Saran itu pada akhirnya dia laksanakan. Tanpa memedulikan penolakan ibu, aku dikurung dalam gubuk cendana. Bapak

36 | Komunikasi Edisi 329

bahkan dengan sengaja mengoleskan ramuan pengering tubuh ke kakiku. Terkadang dia ikat aku dengan tali tambang ketika memberontak. Malam di dalam gubuk sangatlah memuakkan. Aroma cendana bercampur dupa, juga apek mayat. Anggota keluarga yang sepenuhnya telah menjadi mayat akan ditumpuk di bagian ujung gubuk cendana. Tubuhnya kering tak bernyawa, tapi utuh seperti hidup. Aku bahkan masih mengenali wajah kakek di antara tumpukan mayat itu. Semakin hari, bapak mulai tidak waras. Seolah impian terbesarnya saat ini adalah membunuhku. Ramuan itu mulai dioleskan di bagian tubuhku yang lain. Perut, dada, juga tangan. Ukuran tubuhku menyusut drastis, tanganku mulai lumpuh. Mimpiku semakin mengerikan di tiap malam. Aku bisa membayangkan hari ketika tubuhku mati dan ditumpuk di atas tubuh leluhur akan segera tiba. Gubuk cendana adalah simbol kutukan keluarga kami, itu simpulan terakhirku sebelum jatuh dalam jurang keputusasaan. Tidak! Hyang Widhi, Tuhan, atau apa pun itu sepertinya masih peduli dengan sebuah mimpiku. Membakar habis gubuk cendana dan fanatisme di dalamnya itu tiba melalui ibuku. Malam itu bapak ada urusan di pura sehingga urusan merawatku diserahkan kepada ibu. Seperti bapak, dia masuk ke dalam gubuk cendana dengan membawa sepiring makan malam, semangkuk ramuan pengering tubuh, dan sebatang lilin. Wanita tua itu tersedu-sedu melihat kondisiku. Dia menyuapiku penuh kasih, mengoles tubuhku dengan ramuan biadab itu dengan lemah lembut. Jauh berbeda dengan perlakuan bapak selama ini. Hal berbeda lainnya adalah dia meninggalkan sebatang lilin sebab tak tega melihatku dikurung dalam kegelapan. Lilin dengan pendar api yang kecil. Gubuk cendana yang serupa menara Ngaben. Juga mayat-mayat yang utuh di dalamnya. Semua syarat seolah terpenuhi untuk laksanakan Ngaben. Malam itu, kuseret tubuhku mendekati tumpukan mayat leluhur dengan susah payah. Kubakar jari-jari kakiku yang tak bernyawa, kering sempurna seperti ranting pohon di hutan belakang pura. Api dengan cepat menjalar, membesar. Mayat-mayat terbakar seperti ranting di perapian dapur ibu. Aku tertawa dalam bisu. Membayangkan muka bapak menangisi gubuk cendana yang tinggal arang. Membayangkan akulah yang telah lakukan Ngaben secara utuh kepada para leluhur biadab. “Ngaben harus dilaksanakan dengan tubuh yang utuh, melalui upacara besar dengan enara api yang menjulang tinggi ke langit. Kaum Brahmana harus melalui itu untuk mencapai kemuliaan akhirat yang sesungguhnya.” Aku teringat wejangan itu dan tersenyum untuk terakhir kalinya. Sebelum api menjilat wajahku dengan sempurna.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara Harapan 2 Kompetisi Penulisan Cerpen majalah Komunikasi


Rancak Budaya

Kanvas Biru Toska Bunaken HUTAN Oleh Areta Shabiha R

Kala hari terbangun dari mimpi Di atas Segitiga Terumbu Karang ia menari Semburat cahya mentari merangkak telusuri negeri Di kanvas alam, lembayung senyum sapa Hutan‌ Hutan... Sampan yang kembali, identitasmu menghilang Dari kejauhan aku menatap seperti surga Tapi sekarang bentangkan layar penuh energi para flora fauna Warna hijaumu telah didominasi merah Siul camar bersautan selaksa lonceng pembangun negeri Suara-suara indah dari dalamnya terdengar Seolah-olah kobaranmu menunjukkan Nyiur kemayu melambai pikat sang laksamana Merdu mendayu layaknya seorang penyayi kemurkaan Nun di sana, raja klana menari mencumbu pagi

oleh Dimas Aldi Pratama

Pohon-pohon rindang menjulang tinggi ke Menghabisi segala yang ada atap langit Daun-daun kecoklatan beterbangan di sudut Gadis nan ayu, duduk di atas dermaga Menjadi ciri bahwa kau masih lestari negeri

sentuh lembut air biru toska Angin usil menggoda wajah merah merona Hutan‌ Rambut hitam pekat nakal berkelebat Kini asap hitam tebal menyelimutimu Mata lentiknya, bertamasya di bawah selapis air toska

Pohon-pohon tak berdaun menjadi saksi Ikan kecil singgah dalamRusakmu karang pertanda bahaya fauna merintih bangkai kapal jadi tempat bermain Para bak taman hiburanmenangis Manusia tercekik oleh asap Rumput laut bergoyang hibur alga hijau kesepian menanyakan di mana keadilan Bintang laut dan kerang duduk diamLalu selaksa bernostalgia

Mereka yang tak terucap, senandung lagu Syukur tuk Sang Maha Raya Hutan... Pesona birunya laut Tempatmu menjadi taman bermain fauna Gugah gairah cinta umat Tempatmu manusia menjadi ladang oksigen manusia Manjakan mata lagi hati tak dusta kaya akan sumber hayati Tempatmu Terlena air biru toska membasahi ragabukan tempat yang indah lagi Tempatmu

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Bunaken terjaga Bunaken Si Toska penuh damba Tanah air pujangga hapus luka dalam dada Adam-Hawa Lestari dari tangan pendosa umat Jangan bebaskan tangan kotor manusia menoda Mencabik, merusak, menindas cemari alam Tanah air kaya, mega megah tak terkira Citra Indonesia bak surga dunia

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sosiologi Juara Harapan III Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

37


Nama

: Nindya Seftiana

Fak/Jur

: Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Sekolah

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2020 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 Juli - Agustus 2020 |

38 | Komunikasi Edisi 329

35


Hidup bukan soal kekayaan ataupun kemegahan, melainkan kesejahteraan dan kenyamanan yang memberikan Anda kebahagiaan. Nama : Rifqi Fadillah Fak/ Jur : Teknik/Teknik Elektro Lokasi : Masjid Hagia Shopia, Turki

Puisi adalah gema yang meminta bayangan untuk menari bersama di atas pijakan matahari sendiri. Nama : Nur Aviatul Adaniyah Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Rura Luhur Lempuyang

emintang yang dibentangkan surga, lampu-lampunya diisi oleh minya abadi, memancarkan cahaya, memandu pengelana yang tersesat dan sedirian. Nama : Fitriyanti Bunga Fak/Jur : Sastra/Sastra Indonesia Lokasi : Stasiun Kota Baru, Malang

Kebebasan adalah jendela terbuka yang menuangkan sinar matahari dari jiwa dan martabat manusia. Nama : Sandra Ardiansyah Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Bumiaji

Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambatlambatnya tanggal 25 September 2020 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.


Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@ um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook

Articles inside

Gubuk Cendana

10min
pages 34-36

Roketto Bus: Ngopi Sambil Keliling Kota Malang

2min
pages 32-33

MENILIK SISI LAIN KOREA SELATANDI FILM PARASITE

3min
page 31

Semangat Mengasah Bakat dan Minat!!!

2min
page 30

Reaktualisasi Jejak Cinta Ibrahim as di Tengah Pandemi

6min
pages 28-29

UM Jadi Salah Satu Pusat UTBK

1min
page 27

Raih Kemenangan Meski Dihadapkan Banyak Rintangan

2min
page 26

Hadapi Fitnah dengan Tawakal pada Mahakuasa

4min
pages 24-25

Merilis Gemakarsata pada Tahun Ajaran Baru

1min
page 23

Halal Center, Wujud Halal Awareness UM

2min
page 22

Lebih Mengenal Mawapres UM 2020 sang Perintis Start-Up

6min
pages 20-21

Dongkrak Potensi Ekowisata, Dosen UM Ajarkan Batik Ecoprinting

2min
page 19

Peran Mahasiswa Bahasa Arab Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

2min
page 18

Bangkitkan Gelora Berkarya Bangkitkan Gelora Berkarya lewat NOST(ART)GIA lewat NOST(ART)GIA

2min
page 17

Cangkrukan PLS

2min
page 16

Wojowasito Lecture : Penelitian dan Teknologi Pembelajaran

2min
page 15

Al-Quran Camp Tetap Hadir di Tengah Pandemi

2min
page 14

Penerimaan Warga Baru Asrama UM Tetap Dilaksanakan Di Tengah Pandemi

2min
page 13

Semarak Sertifikasi Halal melalui Training Calon Penyelia Halal

1min
page 12

Pendidikan Sebagai Pencarian Ilmu atau Pengejaran Popularitas (?)

3min
pages 10-11

Menilik Konsep PKKMB Daring di Tengah Pandemi

1min
page 9

UM Siap Sambut Pembelajaran Daring

8min
pages 6-8

Mengirim Karya ke Komunikasi

1min
page 5

Tantangan Era Digitalisasi Dunia Pendidikan

4min
page 4
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.