Agama
Reaktualisasi Jejak Cinta Ibrahim as di Tengah Pandemi
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Oleh Muslihati
B
ulan Dzulhijjah, bulan bertabur kasih sayang. Rangkaian ibadah haji, perayaan Iduladha dan ibadah kurban menjadi buktinya. Ketika umat Islam tetamu Allah sedang khusyuk bermunajat dalam wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, sebagian umat Islam di belahan bumi lainnya sedang bersiapsiap menyongsong Iduladha dan berkurban. Meski prasyarat setiap ibadah tersebut berbeda, tetapi semuanya memerlukan modal yang tidak sederhana, khususnya modal kekuatan cinta. Jejak Cinta Nabi Ibrahim as. Ibadah haji dan kurban berakar dari sejarah Nabiyullah Ibrahim as. Masyhur cerita dari generasi ke generasi menuturkan kesalehan dan keikhlasan pemuda belia Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayahnya sendiri demi mematuhi perintah Allah SWT. Keiklasan itu pun berbuah manis karena Allah SWT mengganti dirinya dengan hewan berupa domba. Peristiwa ini diabadikan sebagai ibadah Kurban. Kita juga sering mendengar narasi perjuangan Siti Hajar yang berlari-lari tujuh kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah demi mencari air untuk bayi buah hatinya yang sedang kehausan. Perjuangan ini diabadikan menjadi salah satu rukun ibadah haji dan umrah yaitu sa’i. Jejak luar biasa keluarga Ibrahim tidak berhenti sebatas itu saja. Beliau bersama Siti Hajar dan
28 | Komunikasi Edisi 329
Ismail belia secara heroik berjibaku melempar batubatu kecil demi mengusir setan yang terus berupaya menggoyahkan iman dan keikhlasan mereka ketika akan mengorbankan sang anak kesayangan. Peristiwa ini juga diabadikan dalam ibadah haji yaitu lempar tiga jumroh. Pendek kata, seluruh situs penting dan bersejarah berikut rangkaian ritual ibadah haji tidak lepas dari jejak penuh karomah dari sosok mulia Nabi Ibrahim as. Saya menyebutnya sebagai jejak cinta. Lalu, bagaimana relevansi jejak cinta Ibrahim as dengan situasi penuh perjuangan di masa pandemi Covid-19 ini? bagaimana pula umat manusia khususnya umat Islam dapat menyerap inspirasi dari jejak cinta sang bapak para nabi agar survive dan produktif di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai ini? Tidak lengkap rasanya mengulas dua hal tersebut tanpa membuka kembali ihwal kehadiran keluarga Ibrahim di tanah Arab. Jejak cinta Ibrahim yang berabad kemudian melahirkan Nabi Muhammad SAW berawal dari keikhlasan beliau menempatkan istrinya Siti Hajar dan bayi Ismail di lembah tak berpenghuni di sisi Baitullah. Kisah ini tergambar jelas dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 37 yang artinya,“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-