aktivitas seksual menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual dapat dijerat dengan Pasal 4 ayat (2) Jo. Pasal 30: Pasal 4 ayat (2) UU Pornografi: “Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, menyajikan secara eksplisit alat kelamin, mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual alat kelamin atau Pornografi”. Pasal 30 UU Pornografi: “Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliyar rupiah)”. Perbuatan yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 30 UU Pornografi dapat dilakukan dengan live action atau langsung maupun tidak langsung. Jika langsung biasanya terjadi di tempat hiburan malam atau night club dan karaoke bebas, apabila tidak langsung biasanya dilakukan menggunakan media komunikasi online. Di Singapura jenis eksploitasi seksual yang berkaitan dengan pornografi diatur dalam Pasal 376EE Penal Code Singapura. Dalam pasal ini menyebutkan bahwa termasuk tindak pidana jika seseorang melakukan aktivitas atau gambar seksual eksploitatif di hadapan anak di bawah umur atau di atas 16 tahun tetapi di bawah usia 18 tahun (Pasal 376EE Penal Code Singapura). Pasal ini secara spesifik mengatur bahwa yang menjadi korban adalah anak di bawah umur atau di atas 16 tahun tetapi di bawah usia 18 tahun. Selain itu, Singapura juga memiliki aturan pidana terkait tindak pidana eksploitatif terhadap komunikasi seksual dengan anak di bawah umur atau di atas 16 tahun tetapi di bawah 18 tahun (Pasal 376EC Penal Code Singapura) yang menjadi korbannya pun sama seperti sebelumnya, yaitu anak. Lebih lanjut, menurut Pasal 377BL Penal Code Singapura, disebutkan bahwa termasuk tindak pidana eksploitasi terhadap materi yang melecehkan anak di bawah umur atau di atas 16 tahun tetapi di bawah 18 tahun. Sama dengan pasal di atas, korban dalam ketentuan pasal ini adalah anak-anak. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Singapura memiliki pengaturan kekhususan eksploitasi seksual yang berkaitan dengan pornografi yang lebih menekankan pada perlindungan anak serta lebih bervariasi, yakni yang mencakup aktivitas atau gambar seksual, komunikasi seksual, dan materi yang melecehkan serta