Sumber: https://unsplash.com
de Jen
la
og l o e T
i
Pembentukan Spiritualitas dan Perawatan Jiwa
Usulan bagi Persoalan Kemandekan Pertumbuhan Rohani Berikut ini lanjutan tulisan bagian ke 2 Apakah yang perlu dilakukan agar jiwa sehat dan dari dalam diri kita mengalir aliran-aliran kehidupan (Amsal 4:23) ?
Sumber: https://unsplash.com
1. Jiwa Haruslah Melekat dan Berpusat pada Allah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi jiwa yang hidup. Jiwa diciptakan oleh Allah, dan memerlukan Allah. Tanpa Allah, jiwa terhilang dan mati. Tuhan Yesus berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku…dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksud-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya. (Yohanes 7:37-39a). Mereka yang percaya kepada Kristus, jiwanya bersatu kembali dengan Allah dan dihidupkan.
Namun demikian, merujuk kepada perumpamaan penabur dalam Markus 4:1-20, ada banyak tantangan bagi jiwa untuk menerima Firman dan bertumbuh. Adalah Iblis yang mengambil Firman (Mrk.4:15), ketidakberakaran (Mrk.4:1617), kekhawatiran hidup, tipu daya kekayaan dan keinginan akan berbagai hal (Mrk. 4:18-19) menghambat jiwa memperoleh kehidupan sehingga mati. Di sisi lain, penyembahan berhala adalah dosa paling serius dalam Perjanjian Lama, sampai seorang sarjana berkesimpulan bahwa prinsip utama Perjanjian Lama adalah perlawanan terhadap penyembahan berhala. Penyembahan berhala, menurut Timothy Keller adalah dosa di bawah dosa. Ia berkata setiap kali saya berbuat dosa, saya membiarkan keinginan tertentu menyaingi dan memilik prioritas yang lebih tinggi dari Allah dan kehendak Allah bagi hidup saya (Ortberg, 2015, h.82-83). Ketika jiwa melekat pada berhala, maka jiwa menjadi mati dan terhilang. Seperti halnya dikatakan Yesus dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh,”Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu.” (Lukas 12:20). Demikianlah jiwa harus hidup dalam relasi dengan Allah dalam Kristus, melekat dan berpusat pada Allah, beristirahat dalam penerimaan sejati oleh salib Kristus, dan bersyukur dalam perasaan cukup oleh anugerah Allah.
Jendela Teologi
17