Sejati di Papua: (1) STEM Project dan outdoor learning/pembelajaran di alam terbuka dengan cara memfasilitasi siswa untuk mengeksplor alam sebagai sumber belajar, (2) kegiatan pendampingan guru, (3) pembelajaran di alam sebagai pusat unggulan sekolah melalui pengembangan budidaya kantong semar. Dalam melakukan kegiatan seperti pendampingan guru selalu berkoordinasi dengan dinas pendidikan. Intervensi pendampingan dilakukan tiga tahun untuk satu kali pendampingan dalam satu kelompok sekolah dan pendekatannya menggunakan pendekatan per kabupaten untuk literasi baca tulis. Ada piloting dan pengimbasan dengan menyasar KKG untuk sekolah yang tidak mendapatkan intervensi kemudian direplikasi. Sehingga model-model ini dirasa efektif ketika memperluas layanan pendampingan. Dalam skema program ini tidak hanya dengan pendonor tetapi juga memberi jatah kepada pemda untuk mengintervensi beberapa sekolah walaupun jumlahnya kecil agar dapat menambah sekolah layanan. Fasilitator-fasilitator digunakan tidak semuanya dari ormas-ormas pendidikan tetapi juga ada fasilitator kabupaten yang merupakan pengawas sekolah. Pengawas ini diseleksi sesuai dengan keterikatan program dan konsisten mengikuti kegiatan sampai akhir mengingat ada kebutuhan prioritas program yang harus dilaksanakan. Dari sisi pendampingan menyentuh 3 aras, yaitu: (1) advokasi kepada pemda terkait apa-apa saja yang dilakukan dengan tujuan setelah tiga tahun selesai masa intervensi pemda memiliki informasi yang lengkap untuk kemudian menjadi mandiri; (2) pilar 1 mendampingi sekolah dalam hal ini kepala sekolah tentang manajemen berbasis sekolah dan pendampingan kepada guru dalam proses pembelajaran, untuk tenaga kependidikan melalui revitalisasi perpustakaan dan administrasi sekolah; (3) pilar 2 karena Papua adalah masyarakat adat maka setelah kunjungan sekolah maka fasilitator melakukan kunjungan ke pemerintah kampung dan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian anak terhadap pendidikan, memberdayakan orang tua atau pemuda kampung menjadi tutor.
C.
Tari Sandjojo, Psi (Sekolah Cikal)
Usaha Inovatif Sekolah Cikal untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dari awal Cikal berkomitmen untuk menjadi sekolah yang inovatif. untuk menjadi sekolah inovatif tidak ada panduannya dan berpegang pada kurikulum berbasis kompetensi, dan pendidikan berpusat pada anak. Inovasi dalam pendidikan harus dibarengi dengan kesadaran untuk memastikan bahwa kualitas pembelajaran siswa tetap terbaik dan sesuai dengan tujuan. Setelah pandemic setiap institusi pendidikan melakukan inovasi untuk tetap bisa memberikan proses belajar yang baik dan menarik bagi siswa termasuk Cikal. Sekolah Cikal memiliki 5 kompetensi yang menjadi tujuan bersama, yaitu (1) self-regulated learner, (2) emotionality, morality, and spirituality rich, (3) skillful and and effective thinker, (4) broadminded and physically sound, dan (5 empowering member of just, sustainable and peaceful global society. Kompetensi kemudian diturunkan menjadi dimensi yang berkaitan erat dengan karakter (14 karakter). Memastikan semua program atau mata pelajaran di sekolah difokuskan pada dimensi tertentu. Selama dua tiga tahun terakhir ini sekolah cikal berusaha mengurangi learning objectives (tujuan pembelajaran) yang hanya berpusat pada pengetahuan dan memperbanyak tujuan pembelajaran yang bisa dikaitkan dengan dimensi-dimensi yang lain.
56