Majalah Edisi Ke-Empat PK identitas Unhas Desember 2022

Page 28

Riset:

Atasi Food Loss dengan

Kemasan Ramah

Lingkungan/14

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat NO. 934, TAHUN XLVIII, EDISI DESEMBER 2022
Temukan kami melalui: identitas_unhas Identitas Online identitasunhas.com @identitasonline identitas Unhas Identitas Unhas

SELAMAT HARI NUSANTARA

13 DESEMBER 2022

“Laut bukan pemisah, melainkan pemersatu bangsa.”

FOTO: IDENTITAS/AINUN

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari.

ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial)

Ketua Pengarah: Jamaluddin Jompa

Anggota Pengarah: Muhammad Ruslin, Subehan, Farida Patittingi, Adi Maulana, Sumbangan Baja

Penasehat Ahli: Anwar Arifin, M Dahlan

Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir

Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi

Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi

Ketua Penyunting: Ahmad Bahar

Ketua Penerbitan: Fajar S. Juanda

Penyunting Pelaksana: Risman Amala Fitra

Koordinator Liputan: Annur Nadia Felicia

Denanda

Sumber Daya Manusia: Anisa Luthfia Basri

Litbang Data dan Riset: Nur Ainun Afiah

Bendahara: Friskila Ningrum Yusuf

Sekretaris: Nurul Hikma

Staf Penyunting: Arisal

Fotografer: Oktafialni Rumengan

Marketing: Nur Alya Azzahra

Editor: Khairil Anwar

Reporter: Ivana Febrianty, Muhammad Alif, Winona Vanessa HN

Tim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam

Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin

Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad

Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus

Alamat Penerbitan: Kampus Unhas

Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt. 1

Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245

Website: www.identitasunhas.com

E-mail: onlineidentitas@gmail.com

EDISI DESEMBER 2022

REKOMENDASI

RESENSI

Heartbreak Motek: Melankoli Aktris di Balik Layar 12

Meniti Jati Diri Unhas 32

Koordinator: Anisa Luthfia Basri 46

Desain Sampul: Rizka Raisa F. R.

Layouter: Annur Nadia F. Denanda

Nur Muthmainah

LIPUTAN KHUSUS

Perekonomian Globa 2023 Gelap Gulita, Bagauimana dengan Indonesia? 34

WAWANCARA KHUSUS

RISET

Lontara Yusring, Harmonimasi

Aksara Lontara dan Teknologi

4
identitas Unhas

Memaknai Nilai-Nilai Maritim Unhas

“Maritim”, dapat dipastikan civitas

akademika Unhas sangat familiar dengan kata ini. Bukan saja karena Indonesia yang

dijuluki sebagai “Benua Maritim”, tetapi juga

Unhas yang senantiasa menggunakan istilah ini.

Bagi mahasiswa yang kuliah tahun 2003, istilah benua maritim telah ditemui pada mata kuliah Wawasan Sosial Benua Maritim (WSBM). Istilah Benua Maritim juga sering

kita temui terpampang pada visi dan misi

Unhas mulai dari tingkat universitas, fakultas, hingga program studi.

Istilah Benua Maritim pertama kali

dicetuskan oleh Charles Ramage tahun 1968.

Secara sederhana, istilah ini didefinisikan sebagai wilayah kepulauan yang luasnya disandingkan dengan benua. Benua Maritim

kian populer tatkala digaungkan pada

Perayaan Tahun Bahari Internasional disertai dengan penandatanganan Deklarasi

Bunaken dan The Ocean Charter oleh Presiden

BJ Habibie di Bunaken, 26 September 1998.

Unhas telah mendeklarasikan diri sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada bidang

ilmu kelautan sejak 1975 dalam Pola Ilmiah

Pokok (PIP) Unhas. Fokus ini kemudian mempengaruhi julukan Unhas, mulai dari

Kampus Bahari hingga Kampus Maritim.

Indonesia yang 70 persen didominasi oleh

wilayah laut, sungguh disayangkan bila

hanya potensi darat saja yang dimaksimalkan.

Namun, sangat sulit untuk melakukan

ekspedisi pada sumber daya yang ada di laut dengan berbagai alasan. Mulai dari

biayanya yang mahal, hingga kurangnya

sumber daya manusia yang memadai.

Celah inilah yang ingin diisi oleh Unhas sebagai institusi pendidikan.

Meskipun telah hampir setengah abad

berfokus pada laut dan maritim, masih

banyak yang belum mengerti makna

Unhas sebagai Kampus Maritim.

Hal ini karena maritim

hanya dikaitkan erat dengan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Padahal, yang seharusnya diimplementasikan adalah nilai dari maritim itu.

Unhas sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia timur memiliki banyak keistimewaan. Salah satunya lokasi yang sangat strategis sebagai pusat pengembangan kemaritiman. Belum lagi nenek moyang Suku Bugis-Makassar yang terkenal sebagai pelaut ulung yang gemar menjelajah samudra.

Nilai inilah yang sesungguhnya perlu dipahami dalam implementasi Unhas sebagai Kampus Maritim. Tidak bisa dipungkiri bahwa FIKP memang memiliki peran dominan dalam pengembangan benua maritim di Unhas. Namun, nilai-nilai kemaritiman tetap dapat melekat dalam segala bidang yang ada di Unhas. Misalnya saja nilai tentang bagaimana para leluhur Suku Bugis-Makassar dengan berani mengarungi lautan. Seperti itu pula semangat yang perlu diteladani dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Berbagai nilai dan keuntungan maritim yang dimiliki Unhas merupakan anugerah yang tidak boleh disia-siakan. Cukup dengan memahami nilai kemaritiman, sudah menjadi upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung Unhas. Sudah seharusnya Unhas menjadi pusat pengembangan benua maritim, terlebih untuk mendukung Indonesia sebagai Poros Benua Maritim,

EDITORIAL

The Sun Will Rise and We Will Try Again.

FOTO: IDENTITAS/ACHMAD GHIFFARY M.

Pemimpin sebagai Representatif Adat bagi Masyarakat Toraja

Memasuki era reformasi, kondisi sistem politik di Indonesia turut berubah. Hal tersebut dilakukan untuk meninggalkan kontrol ketat dari pemerintah. Salah satunya pemberangusan praktik nilai-nilai adat. Dalilnya, pada masa orde baru hal seperti itu dianggap berpotensi menjadi pemicu konflik.

Bagi suku Toraja, kepala

daerah adalah cerminan

pemerintah formal yang

memimpin masyarakat di bawah nilai-nilai adat.

Sehingga posisi kepala

daerah menjadi penting dalam konteks sosial dan budaya mereka. Maka tak

heran jika adat dijadikan sebagai suatu ideologi.”

Pemerintah akhirnya melakukan perubahan signifikan yakni sistem pemilihan kepala daerah. Perubahan tersebut kemudian mengarah pada sistem politik lokal. Kecenderungan sistem politik lokal dapat dijumpai dalam kelompok etnis Toraja.

Di Toraja, peristiwa politik tidak jauh dari keberadaan adat. Contohnya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), hampir semua yang terpilih pasti orang Toraja dan biasanya beragama kristen.

Realita ini membuat Dr Phil Sukri MSi melakukan penelitian tentang pengaruh adat sebagai ideologi dalam peristiwa politik. Ia menyebut hal seperti itu sebagai bentuk ‘Ketorajaan’.

“Ketorajaan artinya orang Toraja itu berpikir bahwa orang yang memimpin adalah orang yang harus sesuai dengan nilai-nilai dasar kami,” ucap Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Senin (5/9).

Nilai dasar yang dimaksud dalam konteks suku Toraja yaitu adat. Itulah yang membuat Dosen Ilmu Politik tersebut tertarik untuk meneliti tentang adat yang dijadikan sebagai ideologi.

Seiring waktu, telah banyak orang Toraja yang mengenyam pendidikan dan berinteraksi dengan banyak orang di luar dari suku mereka. Namun, nyatanya adat tetap menjadi sesuatu yang berpengaruh.

8 identitas Unhas Riset

Anggapan bahwa orang yang telah sekolah dan tinggal di luar Toraja itu telah berpikir modern ternyata tak sesuai. Sekalipun terpapar globalisasi, di Toraja, adat istiadat tetap mendapat tempat spesial.

“Banyak yang seperti itu. Walau sudah jadi guru besar tetapi ketika kembali ke daerahnya mereka akan tunduk pada adat,” jelas Dekan Fisip itu.

Tak hanya itu, masyarakat Toraja juga merepresentatifkan tokoh adat sebagai orang Toraja pada umumnya. Mereka disebut orang yang berperilaku baik dan sangat paham akan adat.

Maka dari itu, selama melakukan penelitian ini, Sukri menggunakan metode etnografi. Informan yang ia wawancarai pun seperti tokoh adat, bupati, tokoh politik, pendeta dan masyarakat setempat

Syarat pemimpin sesuai aturan adat

Salah satu bentuk peristiwa politik yang ditemukan dalam kegiatan adat yakni di acara Rambu Solo atau upacara kematian. Sejumlah calon memanfaatkan situasi tersebut untuk berkampanye. Dalam acara seperti ini seorang yang ingin maju menjadi kepala daerah namanya akan disebut.

“Ketika namanya disebut, maka akan menjadi doa bersama keluarga. Dan di Toraja ikatan keluarga sangat kuat,” pungkas Sukri.

Dari situ dapat dilihat bahwa orang-orang lebih memanfaatkan acara adat sebagai ajang kampanye dibanding secara formal. Karena selain memobilisasi massa, mereka yang bicara dianggap sebagai simbol kebenaran dan kebaikan.

“Prinsipnya, kalau bukan orang Toraja sudah tidak bisa,” tambah Dosen Ilmu Politik itu.

Sosok pemimpin bagi suku Toraja harus seorang yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Olehnya, terdapat empat kriteria berdasarkan adat yang harus dimiliki agar pantas menjadi kepala daerah, yakni kemampuan atau kapabilitas, sikap arif, kaya, dan yang terpenting adalah dari kalangan bangsawan. Hal ini telah menjadi sebuah keharusan bahwa seorang keturunan

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 9
FOTO: IDENTITAS/FRISKILA

bangsawan haruslah menjadi pemimpin.

Pada kondisi ini adat cenderung mengatur orang Toraja untuk memilih pemimpin daerahnya dalam konteks sosial dan budaya. Dalam sistem pemilu, adat mengalami penyesuaian fungsional. Namun karena suku Toraja telah mengklaim daerahnya sebagai tanah yang suci, maka pemimpin mereka haruslah sesuai dengan preferensi suku Toraja.

Bahkan dalam peristiwa politik, partai pengusung juga sangat memperhatikan aspek adat. Dalam suku Toraja terdapat stratifikasi sosial yaitu Tana’ Bulaan (kastra bangsawan tertinggi), Tana’ Bassi (golongan bangswan mengengah), Tana’ Karurung (golongan orang merdeka) dan Tana Kua-kua (golongan hamba atau budak).

Sukri menyebutkan bahwa di Toraja, yang bisa jadi pemimpin berada di dua golongan teratas yakni Tana’ Bulaan dan Tana’ Bassi. Itu golongan para bangsawan yang berada di kasta emas dan besi. “Hanya mereka yang dianggap pantas untuk memimpin,” ucapnya.

Lebih lanjut, Dekan FISIP Unhas tersebut mengatakan ketika partai tidak memenuhi salah satu kriteria yang diinginkan masyarakat Toraja, maka partai tidak akan mencalonkannya. Hal ini karena orang itu memiliki ‘kelemahan bawaan’.

“Kelemahannya yang dimiliki di awal sudah tidak sesuai dengan keinginan masyarakat Toraja, dan jelas saja ia juga tidak mungkin dipilih,” tutur Sukri.

Itulah mengapa partai sangat memperhatikan aspek seperti itu. Mereka akan diseleksi dengan

10 identitas Unhas
Riset

betul-betul. Karena jika tidak, nantinya menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Dosen Departemen Ilmu Politik itu juga menyampaikan bahwa bila berbicara tentang prinsip demokrasi di negara Indonesia, maka tentunya membahas mengenai apa keinginan rakyat. Maka dari itu, masyarakat Toraja menginginkan pemimpin yang sesuai dengan preferensi mereka.

“Justru jika kita paksakan cara berpikir kita yang berbeda, bukankah itu menjadi otoriter. Tidak ada yang dilanggar, karena itu adalah representatif dari cara masyarakat berpikir,” pungkas Sukri.

Sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai yang diturunkan dari adat. Kriteria pemimpin yang dimiliki oleh masyarakat Toraja tentunya bukan hal yang negatif atau salah. Justru hal tersebut harus ditafsir ke kerangka yang lebih baik.

Pemimpin harus kaya. Tapi maknanya bukan berarti seorang kepala daerah harus bagi-bagi uang. Tetapi menjadi pemimpin yang peduli akan kebutuhan rakyat.

“Sehingga tidak masalah adat menjadi sumber preferensi perilaku,” tutup Sukri.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 11 No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022
ILUSTRASI: IDENTITAS/NUR MUTHMAINAH

HEARTBREAK MOTEL:

MELANKOLI AKTRIS DI BALIK

akan membuat kita mengangguk setuju atau menggelengkan kepala karena gemas, tidak setuju.

Buku ini menceritakan perkembangan jalan pikir tokoh utama dengan sangat baik. Mulai dari bagaimana Ava merasa kesal karena mendapat cibiran dan komentar dari netizen terkait dirinya juga kehidupannya, hingga bagaimana ia mulai mencoba untuk bersikap tidak peduli. Mencoba menerima bahwa risiko bekerja di dunia hiburan sebagai aktris, artinya ia tidak akan memiliki hidup yang ‘normal’ seperti orang pada umumnya.

Ava mulai belajar bahwa hidupnya, kesehariannya, tindakannya, akan menjadi makanan publik. Baik atau benar bukan perkara penting karena orang-orang hanya ingin melihat dan mendengarkan hal yang mereka inginkan dan mereka anggap benar. Seiring perkembangan karirnya, Ava belajar untuk bersikap tidak peduli dan mengabaikan suara-suara sumbang netizen terkait dirinya.

“Begitu kita berhenti terlalu mendengarkan kata orang, hidup memang terasa lebih gampang. Most of them are just noises anyway, not voices. Gaduh itu, jika diberi ruang, hasilnya cuma rusuh.” - Halaman 93.

dunia hiburan, menjadi seorang aktor, penyanyi, komedian, selebriti, dan lainnya, maka kamu harus siap kehilangan ‘kebebasan’ . Akan selalu ada mata yang mengikuti setiap langkah, setiap gerakgerik, dan setiap tindakan yang kamu lakukan. Hal-hal yang dulunya pribadi akan menjadi konsumsi publik.

Itulah kisah yang diungkapkan Ika Natassa dalam bukunya Heartbreak Motel. Sebuah karya yang menampilkan behind the scene seorang aktris bernama Ava Alessandra dalam menjalani kehidupan di dunia hiburan.

Menggunakan sudut pandang pertama, penulis membuat kita merasakan bagaimana jalan pikiran Ava bekerja. Segala kekalutannya, pertanyaannya, hingga proses pengambilan keputusan yang

Membaca buku ini di bab awal, saya bertanya-tanya mengapa ada perbedaan antara sinopsis di belakang buku dengan isi yang ditampilkan? Sebab di awal penulis memulai dengan situasi kekerasan rumah tangga antara Raisa dan Imam, bukannya Ava Alessandra. Namun, masuk bab selanjutnya, saya akhirnya menemukan jawabannya. Penulis menceritakan adegan film yang tengah digarap oleh pemeran utama bersama dengan mantan pacarnya, Reza Malik. Peran yang berhasil membangkitkan lagi kenangan lamanya bersama pria itu.

Dari novel ini saya belajar bahwa sebenarnya profesi seorang aktris/aktor bukan hanya perkara bertindak berpura-pura menjadi orang lain untuk menghasilkan sebuah film, tapi ada lebih dari itu. Seorang aktris/aktor

12 identitas Unhas
Resensi

harus menjadi ‘orang lain’ sesuai dengan peran yang diberikan, melupakan dan melepas sepenuhnya siapa dirinya. Sepenuhnya.

Ini jugalah yang membuat pemeran utama selalu pergi ke sebuah hotel setelah merampungkan filmnya. Ava menjadikan hotel tempat pelariannya.Tempatnya mengembalikan dirinya sebagai ‘Ava’ dan melenyapkan sisa-sisa jejak peran yang dimainkannya. Berada di dalam salah satu kamar hotel di lantai 22 yang terletak di pusat kota namun tetap terisolasi menjadi tempat ternyaman meredakan badai setelah menjalani peran sebagai orang lain.

Tidak seperti yang saya harapkan, tidak begitu banyak adegan romance di novel ini, jika pun ada rasanya sebagai pemanis dari jalannya cerita saja, bukan menjadi konflik utamanya. Walau begitu, hal itu tak lantas membuat novel ini jadi tidak menarik. Menurut saya porsinya sudah pas, tidak berlebihan. Walau dalam kisah percintaan pemeran utama bukanlah sebuah plot twist, dan bahkan sedikit bisa ditebak, namun tetap membuatnya menarik.

Selain itu, interaksi antara Ava dan sahabatnya Lara juga menjadi bumbu tersendiri yang membuat kisah ini menjadi lebih menarik. Saya tidak bisa menahan tawa dan senyum tiap kali adegan interaksi keduanya muncul. Bagi saya, sosok Lara adalah satu tokoh yang memberikan kesan mendalam, terutama kesetiaannya dan

cara lucunya menghibur Ava.

Namun, saya harus mengakui, di beberapa bab saya sempat merasa bingung dan kurang nyaman karena penulisan masa lalu dan masa kini yang tidak memiliki batasan. Saat saya sedang asyik membaca adegan masa kini, tiba-tiba saja adegan melompat ke masa lalu, kemudian melompat lagi dari masa lalu ke masa lalu lainnya, dan tanpa aba-aba atau tanda apapun akan melompat kembali ke adegan masa kini. Sebagai pembaca, hal itu cukup mengganggu saya dalam menikmati jalannya cerita yang ingin disampaikan penulis. Seolah imajinasi yang saya bangun dari membaca dibuyarkan oleh adegan lain. Walau begitu, di bab-bab selanjutnya saya mulai terbiasa dan menikmati jalannya kisah dalam novel tersebut. Ada pepatah yang mengatakan setiap buku adalah jendela ilmu, artinya di setiap buku yang kita baca akan ada pesan atau pelajaran yang dapat kita petik. Dari buku setebal 400 halaman ini pembaca dapat mengenal lebih jauh dunia entertainer, mulai dari orang-orang yang terlibat hingga rahasia-rahasia di dalamnya, yang mungkin selama ini tidak diketahui oleh orang pada umumnya. Selain itu saya belajar bahwa setiap pekerjaan memiliki risiko yang harus ditanggung, mungkin mempengaruhi keseharianmu hingga perasaanmu.

Judul Buku:

Heartbreak Motel

Penulis:

Ika Natassa

Penerbit:

Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2021

Halaman: 400

Kategori: Novel

FOTO: IDENTITAS/ MUHAMMAD NUR ILHAM

FOOD LOSS ATASI DENGAN

KEMASAN CERDAS

RAMAH LINGKUNGAN

Saat ini, food loss menjadi isu penting di seluruh dunia. Food loss atau sampah makanan

merupakan sampah yang berasal

dari bahan pangan. Sampah

ini juga akibat dari penurunan mutu bahan

pangan yang tidak digunakan dan hanya

menjadi limbah. Mirisnya, Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah

makanan terbesar di antara negara ASEAN. Mengacu pada data yang dihimpun oleh

Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional 2021, angka food loss and food waste di Indonesia mencapai 115 kg per kapita tiap

14 identitas Unhas
FOTO: IDENTITAS/YASRIL

tahunnya. Dampak dari food loss tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga berdampak bagi ekonomi. Salah satu komoditi paling banyak berakhir menjadi food loss adalah daging. Kerugian food loss komoditi daging menginjak 10 triliun rupiah per tahun atau mencakup 30 persen dari food loss yang yang ada.

Secara umum, food loss dihasilkan pada rantai pasok mulai dari tahap produksi hingga pengemasan. Daging merupakan salah satu komoditi yang menjadi penyumbang food loss terbesar setelah sayuran dan buah-buahan. Sifatnya yang mudah rusak (high perishabel) membuat daging memiliki umur simpan relatif singkat. Selain bersifat high perishabel, kemunduran mutu daging didorong oleh kualitas kemasan yang buruk.

Urgensi tersebut kemudian mendorong

Daging-daging tanpa smart packaging memiliki resiko kerusakan yang besar dan mengurangi masa simpan.

pembuatan inovasi kemasan yang mampu mempertahankan mutu serta meningkatkan umur simpan dari bahan pangan. Inovasi ini dirancang oleh Dosen Departemen Teknologi Pertanian Unhas, Prof Ir Andi Dirpan STP MSi PhD. Ia mengembangkan kemasan aktif dan sensor cerdas dalam menjaga kualitas bahan pangan.

“Memang sudah banyak yang meneliti tentang kemasan aktif (active packaging) dan sensor cerdas (smart packaging), tapi kebanyakan hanya diteliti secara terpisah. Makanya, saya berpikir jika kemasan aktif dan sensor cerdas pada pengemasan daging tersebut dapat digabung dalam satu sistem,” jelasnya Selasa, (29/11).

Sensor cerdas merupakan indikator yang menjadi penanda saat mutu bahan pangan yang terdapat dalam kemasan mengalami

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 15

Banyak potongan daging digantung dan diletakkan di lapak salah satu pedagang Pasar Bacan. Tanpa pengemasan yang baik, penurunan mutu bisa sangat cepat.

penurunan dengan prinsip monitoring. Prof Dirpan menambahkan bahwa sejak tahun

2016, ia mulai aktif meneliti mengenai kemasan aktif. Namun, penggabungan sensor cerdas dan kemasan aktif merupakan terobosan baru yang ia gagas bersama dengan

Dosen Teknologi Pertanian Unhas, Muspirah

Djalal STP MSc dan Irma Kamaruddin.

Keunikan dari kemasan aktif tidak hanya dilihat dari kemampuannya dalam meningkatkan umur simpan. Inovasi dari

Kepala Editor Canrea Journal ini juga

menerapkan sistem yang berkelanjutan yaitu ramah lingkungan. Kemasan aktif yang sering dijumpai dalam bentuk sachet dinilai belum ramah lingkungan.

Pembuatan kemasan aktif dengan

memanfaatkan ekstrak bawang putih berbentuk sediaan bantalan merupakan solusi dalam mengembangkan kemasan aktif ramah lingkungan. Pemanfaatan ekstrak

bawang putih dinilai efektif karena dapat

mengeluarkan sistem pertahanan berupa

senyawa allicin yang dikenal sebagai senyawa bioaktif. Senyawa tersebut mampu berperan

sebagai agen antimikroba yang bekerja secara efektif dalam membunuh bakteri.

Selain itu, Prof Dirpan menegaskan bantalan yang mengandung senyawa bioaktif dari bawang putih tidak akan mempengaruhi rasa daging.

Sensor cerdas yang digunakan juga menerapkan sistem ramah lingkungan, dengan memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa yang menjadi indikator penentu mutu daging. Keunggulan dari sensor cerdas dilihat berdasarkan kemudahan konsumen dalam mengidentifikasi kemunduran mutu bahan pangan dalam kemasan, tanpa perlu menyentuh atau mengamati secara teliti. Cukup dengan mengamati perubahan warna indikator kemasan.

“Perubahan warna terjadi karena selulosa yang digunakan mengikat larutan bromotimol biru. Salah satu ciri suatu daging mengalami kemunduran mutu yaitu menghasilkan amonia. Unsur H dari amonia akan dideteksi oleh larutan indikator sehingga warna yang mulanya jingga atau menandakan kesegaran

16 identitas Unhas

bahan akan berubah seiring penurunan mutu menjadi hijau tua,” terang Prof Dirpan.

Penelitian yang menggabungkan kemasan aktif dan sistem cerdas ini tidak terlepas dari berbagai kendala. Prof Dirpan mengaku bahwa keterbatasan alat di laboratorium membuat penelitian berlangsung lama, terutama pada tahap pengujian zona hambat. Ia mengungkapkan, tidak tersedianya alat yang mengukur zona hambat dari bakteri Staphylococcus aureus di Fakultas Pertanian membuatnya harus mengantri di laboratorium mikrobiologi milik Fakultas Kedokteran Unhas.

Selain itu, sumber bahan baku produk juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan penelitiannya. Daging sapi yang diujikan merupakan potongan tenderloin yang bersumber dari tempat potong hewan. Menurutnya, perolehan sumber daging yang akan digunakan dalam penelitian harus terjamin kesegarannya.

Meski demikian, penelitian yang telah diterbitkan pada 11 Januari 2022 di jurnal terakreditasi Internasional ini terbukti efektif

dalam memperlambat penurunan mutu daging. Kemasan ini dapat menambah waktu penyimpanan daging selama empat jam dan penggunaan sensor cerdas dapat memonitor adanya kemunduran mutu pada daging yang dikemas.

Penelitian ini belum dirancang untuk dikomersialkan. Prof Dirpan mengaku kemasan aktif dan sensor cerdas tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut sebelum dilanjutkan ke tahap komersialisasi. Kemasan aktif dengan penggabungan sensor cerdas sendiri belum secara luas diterapkan dalam pengemasan di Indonesia. Oleh karena itu, Prof Dirpan berharap agar penerapan jenis kemasan aktif lebih dimasifkan penggunaannya di Indonesia karena dapat mendukung keamanan pangan dan menekan makanan yang terbuang.

Ivana Febrianty Perubahan warna pada indikator kemasan cerdas yang berarti perubahan kualitas pada daging. FOTO:
IDENTITAS/YASRIL SUMBER FOTO: SENSORS

MENGABDI DI BUMI PAGUNTAKA

Aku ingin menceritakan tentang pengalaman pertama jauh dari kota kelahiranku. Agak berlebihan, tapi begitulah adanya. Ini cerita perjalananku ke pulau kecil di Kalimantan Utara, Pulau Tarakan.

Aku bersama 49 orang lainnya melakukan pengabdian di Tarakan. Melalui kegiatan pengabdian yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin.

Aku datang mewakili identitas Unhas, bertugas meliput setiap rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan BEM Unhas di Bumi Paguntaka itu. Tak hanya meliput, tapi juga dilibatkan langsung dalam pengabdian.

Kami berangkat menggunakan kapal.

Pada 3 November sekitar pukul 6 pagi, kapal meninggalkan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Selama di kapal, kami tidur di dek enam, tempat yang diagungkan oleh orang-

orang. Katanya, tempatnya bagus, jauh dari kebisingan, dan tidak panas. Aku di tempatkan di kamar 6017 bersama dua orang lainnya.

Selama di kapal, kami melakukan beberapa hal, bermain kartu joker, bermain lego, berkeliling kapal, hingga menonton bioskop melalui kaset bajakan yang diputar.

Perjalanan hampir tiga hari ditengah laut, akhirnya kami tiba di Tarakan. Dijemput menggunakan bus yang disediakan Pemerintah Kota Tarakan. Rasanya, pengabdian ini seperti healing.

Sesampainya di penginapan, aku tercengang. Kupikir kami akan tidur beralaskan karpet, kepanasan, dan hal umum lainnya ketika melakukan pengabdian. Siapa sangka, setiap orang disediakan kasur dan kamar berpendingin udara.

Pembukaan dilakukan pada 7 November di Kantor Walikota Tarakan. 50 peserta dibagi menjadi beberapa tim berdasarkan program

18 identitas Unhas
DOKUMENTASI PRIBADI Lintas

yang akan dijalankan, di antaranya edukasi stunting, scaling dan pencabutan gigi, operasi bibir sumbing, sirkumsisi, sosialisasi pembuatan pupuk, serta vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak.

Aku ditempatkan bersama tim agrokompleks. Tim yang bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Kota Tarakan. Hari pertama, aku ikut bersama pembina sekaligus dosenku. Kami melihat tanaman yang dibudidayakan di daerah ini. Seperti daerah lain, Tarakan juga kaya akan komoditas seperti cabai, jagung, hingga melon. Uniknya, tanaman ini tumbuh baik di daerah berpasir, pasir pantai tepatnya.

Setelah berjalan cukup jauh, kami kembali ke tim inti yang sedang melakukan vaksinasi dan pemasangan ear tag pada ternak warga. Berbeda dari daerah lain, di Tarakan, pemasangan ear tag bertujuan untuk menandai ternak yang telah di vaksin PMK. Sama halnya sistem 'peduli lindungi' pada manusia.

Pukul tujuh malam, Walikota Tarakan mengadakan malam ramah tamah bersama alumni-alumni Unhas di Tarakan. Kami bergabung dalam kegiatan itu dan bercengkrama dengan alumni Unhas lainnya. Tiga kegiatan dalam satu hari, membuat kami cukup kelelahan.

Hari kedua, aku bersama beberapa anggota tim melakukan sosialisasi pembuatan pupuk. Materi ini dibawakan oleh dosenku, Ibu Marhama. Aku kagum padanya, ia mampu menjawab permasalahan petani di daerah itu, membagikan campuran pupuk serta tanaman indigofera yang dibawanya dari Makassar. Tanaman ini berpotensi tinggi sebagai sumber pakan ternak berkualitas dan mampu meningkatkan status bahan organik dan kadar nitrogen dalam tanah.

Setelahnya, kami bergabung melanjutkan vaksinasi. Seorang warga bercerita tentang sapi yang dimilikinya, Shela dan Mei-Mei. Shela, sapi betina berusia 13 tahun telah melahirkan 8 kali, salah satu anaknya adalah Mei-Mei. MeiMei lahir pada bulan lima, namanya berasal dari bulan itu. Tak mau kehilangan kesempatan, aku menyuntikkan vaksin PMK untuk si kecil Mei-Mei.

Malam harinya, aku menyempatkan diri bertemu pers mahasiswa Universitas Borneo

Tarakan (UBT) di salah satu kafe. Yang membuatku sedikit terkejut, mereka berasal dari Enrekang, Bulukumba, Sinjai, dan daerah lainnya di Sulawesi. Hal ini membuat ku semakin membenarkan bahwa anak Sulawesi memang darah perantau.

Sebelum meninggalkan Tarakan, kami diajak berkeliling Kota Tarakan. Namun, kondisi cuaca yang kurang mendukung sehingga kami tak banyak mengunjungi tempat wisata. Rencana kami melihat bekantan harus ditunda di lain kesempatan.

Perjalanan menuju hingga kembali dari Tarakan, kapal berlabuh di empat pelabuhan, yakni Pelabuhan Parepare, Pelabuhan Semayang Balikpapan, Pelabuhan Pantoloan Palu, dan Pelabuhan Tunon Taka Nunukan. Nunukan, rasanya sedikit lagi aku sampai Negeri Jiran, Malaysia.

Empat hari di Tarakan dan enam hari melintasi Selat Makassar menjadi pengalaman tak terlupakan. Dari pengalaman ini, aku mengenal teman dan memiliki pengalaman baru yang menjadi cerita berharga bagiku yang belum pernah jauh dari keluarga.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 19
Nur Ainun Afiah FOTO : IDENTITAS/AINUN Foto Shela dan Mei-Mei.

Nelayan:

Seorang nelayan dan anaknya berdiri di atas deretan perahu mamandang awan hitam kian mendekat. Ini adalah tempat bersandar kapal-kapal nelayan lokal di Barombong, Sabtu (29/10).

FOTO : IDENTITAS/M. RIDWAN

Meniti Jati Diri Unhas

Pasir putih demikian mengilat, samudra nan luas, berisi berbagai misteri yang belum ditemukan. Indonesia memiliki semua hal itu, bahkan menurut sejarah dan budaya, nenek moyang kami adalah pelaut ulung, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan.

Letak geografis, budaya maritim dan sejarah menjadi alasan mengapa warna keilmuan Unhas adalah Ilmu Kelautan. Jati diri atau biasa disebut Pola Ilmiah Pokok (PIP) menjadi pembeda antara kampus lain. PIP perguruan tinggi sesuai pada potensi di wilayah tersebut.

Identitas universitas secara formal dapat ditemukan dalam statuta perguruan tinggi dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Unhas sendiri menetapkan Ilmu Kelautan dalam rapat Senat Unhas dan dituangkan di Surat Keputusan Rektor No. 1149/UPUH/1975 pada 27 Desember 1975.

Anggota Tim Pembentuk PIP Unhas, Prof Natsir Nessa mengatakan PIP menjadi kebijakan kementerian bahwa tiap perguruan tinggi harus punya identitas sendiri. “Artinya, setiap kampus punya kekhasan,” ungkapnya, Sabtu (29/10).

Seperti yang tertulis pada terbitan identitas Awal Februari 2002, Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto, mengungkapkan harapannya kepada Unhas di bidang Ilmu Kelautan.

“Unhas memilih Ilmu Kelautan, sebab letak geografis universitas berada di timur Nusantara dengan luas wilayah lautnya. Harusnya Unhas tidak hanya memikirkan,

22 identitas Unhas LIPUTAN KHUSUS
FOTO : IDENTITAS/AMAR

tetapi memegang peranan di bidang Ipteks (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) yang berbasis Ilmu Kelautan,” jelasnya pada Dies Natalis Unhas ke-25, September 1981 silam.

Maka tak keliru, Unhas memilih Ilmu Kelautan sebagai PIP dalam pengembangannya di lingkungan akademik. Kemudian akan mewarnai setiap bentuk luaran Unhas di pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Polemik 1980 antara 1990-an

Upaya merealisasikan kekhasan Unhas, melalui Direktorat Jenderal (Dirjen)

Pendidikan Tinggi (Dikti) menunjuk enam perguruan tinggi, salah satunya Unhas untuk membentuk Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan (PSITK) pada 1985.

Pelaksanaan ide tersebut tiga tahun kemudian (1988) terbuka PSITK secara lintas fakultas yakni dibawahi Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, dan Fakultas MIPA.

Pada 1989, Unhas menyusun panitia pembentukan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kelautan (FITK). Seiring berjalannya waktu, FITK diakui secara statuta dan universitas, namun belum diresmikan di pusat (Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara).

Seiring berjalannya waktu, mahasiswa FITK meminta kejelasan terhadap kurikulum

lantaran minimnya muatan terhadap Ilmu

Kelautan sendiri. “Bisa dikatakan 95 persen mata kuliah sama dengan disiplin Ilmu

Perikanan, padahal dikelola oleh tiga fakultas,” ucap mahasiswa ITK Lili Yuliati pada terbitan identitas edisi khusus Agustus 1991.

Desakan mahasiswa FITK, berujung

dengan pembentukan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) dengan keluarnya SK

dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pada 1996. Pembentukan FIKP

dari Jurusan ITK dan Jurusan Perikanan yang ada di Unhas. Pengembangan PIP dinilai semakin surut setelah ITK dan Ilmu Perikanan bergabung menjadi satu fakultas (FIKP).

Polemik tahun 2000-an

Langkah lain dalam mewujudkan kekhasan Ilmu Kelautan di Unhas yakni membentuk lembaga penelitian. Lembaga Pengkajian dan Penerapan Pola Ilmiah Pokok (LPP-PIP) dibentuk dalam pengembangan PIP Unhas pada 2000. Akan tetapi hanya bertahan selama setahun, dibubarkan dengan berbagai kendala dalam penerapannya.

Tahun berikutnya (2001), Prof Radi A Gany memperbarui kabinet dengan menambah Pembantu Rektor (PR) V atau yang sekarang disebut Wakil Rektor. PR V khusus menangani PIP, namun pada ujungnya dibubarkan karena dinilai mubazir dan bernuansa politis. Civitas akademika saat itu menilai bahwa PR V dibentuk sebagai loncatan untuk menjadi rektor.

Dalam wawancara dengan Sekretaris LPPPIP, Prof Budimawan kala itu, mengatakan alasan dibubarkan Pembantu Rektor V ini.

“Pada saat itu orang belum memiliki pemahaman sama soal PIP, apalagi petinggipetinggi Unhas. Apa sih itu PIP? Sehingga perlahan-lahan hilang,” tuturnya di Ruangan Sekretaris Senat Akademik Rektorat Unhas, Senin (31/10).

Walaupun mengalami kendala, PIP sebagai roh pengembangan IPTEKS di Unhas tetap dipertahankan. Selain berdirinya FITK dan sejumlah program studi berbasis kelautan, Unhas juga mengupayakan menerjemahkan PIP dalam pengajaran.

Oleh karena itu, awal 2003 pimpinan universitas mengharapkan ada mata kuliah khusus untuk mengakomodir konsepkonsep PIP Ilmu Kelautan. Ditindaklanjuti dengan keluarnya Surat Keputusan Rektor No.2110/J.04/KP.44/2003 tentang pembentukan tim perumus mata kuliah, dari tim lahir satu mata kuliah dengan nama “Wawasan Sosial Budaya Maritim”.

Hingga kini, 47 tahun PIP Unhas sejak ditetapkan pada Desember 1975, bagaimana wujudnya?.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 23 LIPUTAN KHUSUS

DARI BAHARI KE BENUA MARITIM

Pelbagai perubahan dilakukan, tetapi tujuan yang diidam-idamkan masih jauh di depan. Mampukah peralihan slogan dari Bahari ke Maritim membentuk jati diri Unhas?

Setelah 47 tahun dicetuskan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Ilmu Kelautan di Unhas, penerapan kekhasan ini mengalami pasang surut. Unhas mengubah slogannya dari Ilmu Kelautan menjadi Bahari pada 2003. Visi universitas adalah pusat unggulan pengembangan Budaya Bahari.

Budaya Bahari menjadi landasan pokok dalam penentuan rencana jangka panjang

menjabat Sekretaris Lembaga Pengkajian dan Penerapan Pola Ilmiah Pokok (LPP-PIP) Unhas, mengatakan Budaya Bahari tidak lepas dari kehidupan masyarakat pesisir.

“Bahari melekat pada budaya masyarakat yang menggantungkan banyak hal pada sektor kelautan. Dari menetap, menangkap ikan, hingga menciptakan wisata di laut,” jelasnya di Ruangan Sekretaris Senat Akademik Unhas,

24 identitas Unhas LIPUTAN KHUSUS

langkah untuk menginternalisasi PIP terhadap mahasiswa.

“Unhas telah memaknai PIP sebagai jiwanya yang tercantum pada visi dan misi untuk menjadikan pola ilmiah kelautan sebagai konstruksi dasar kurikulum. Hal ini terbukti dengan dibentuknya WSBM untuk semua jurusan yang ada di Unhas,” ungkap Hilda, Kamis (13/10).

Rektor Unhas periode 2006-2014, Prof Idrus A Paturusi, melihat pelaksanaan PIP saat masa kepemimpinannya masih kurang maksimal. Ia menilai mata kuliah WSBM tidak berjalan merata di setiap fakultas.

“Dulu kita sebarkan (WSBM), tapi tidak berkorelasi dengan fakultas lain. Kalau Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mungkin masih berhubungan, tapi fakultas lain susah. Misalnya pertanian, bagaimana caranya? Jadi terus terang tidak begitu berjalan mulus,” katanya kepada identitas, Sabtu (15/10).

Era kepemimpinan Idrus

Pada kepemimpinan periode pertama Idrus pada 2010 mengambil langkah berani dengan merombak visi Unhas. Kampus almamater merah awalnya memiliki visi berbasis Budaya Bahari diubah menjadi Benua Maritim.

Benua Maritim dimaknai sebagai cara pandang bahwa Indonesia secara maritim merupakan sebuah benua yang tercipta

dari hamparan pulau-pulau. Di dalamnya terkandung kesatuan alami antara darat, laut, dan udara.

Dalam terbitan identitas Edisi Mei 2010, perubahan dari Bahari ke Maritim disebabkan

adanya perbedaan persepsi dan kurangnya upaya penerapan di kalangan civitas akademika

Unhas. Wajah baru Benua Maritim Unhas dalam bentuk perubahan statuta perguruan tinggi dan ditetapkan dalam Rencana Panjang (RP) Unhas 2030.

Perubahan Bahari ke Benua Maritim tidak menjadikan titik akhir dari permasalahan terkait gagasan PIP Ilmu Kelautan yang dicetuskan sejak awal. Idrus berharap sekalipun ada pergantian kepimpinan, jati diri Benua Maritim dapat tetap dijadikan kekhasan Unhas.

“Saya tidak tahu atau tidak bagaimana perkembangan Benua Maritim sekarang. Setelah saya diganti, skala prioritas itu berbeda hingga apakah Benua Maritim masih jalan atau tidak, saya tidak tahu,” ungkap Rektor Unhas ke-11 itu, sembari mengulas masa lalu.

Saat dikonfirmasi, Rektor Unhas periode 2022-2026, Prof Jamaluddin Jompa, punya pendapat bahwa Benua Maritim memiliki makna yang luas. “Benua Maritim tidak melulu fokus dalam menjelajah dan mengeksplorasi laut, tapi juga membangun melalui daratan dan dua hal tersebut bergabung dalam satu kesatuan,” terangnya saat ditemui di Rektorat Lantai 8, Selasa (22/11).

Tidak hanya itu, Idrus mengakui bahwa sulit menjelaskan terkait konsepsi atau gagasan Benua Maritim pada visi Unhas. “Ini ‘berlian’ (Benua Maritim), yang berkaitan dengan visi misi Unhas. Tetapi saya rasa sulit untuk mendefinisikannya,” jelasnya.

Rupanya sejak 2003, telah terjadi perubahan Ilmu Kelautan menjadi Bahari, kemudian berubah menjadi Benua Maritim pada 2010 silam. Meski sampai saat ini, konsepsi Benua Maritim sudah ada pedoman pelaksanaan pada RP Unhas 2030, sayangnya belum terimplementasi di beberapa fakultas.

Koordinator: Muhammad Alif Anggota: Nur Alya Azzahra Zidan Patrio

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 25 LIPUTAN KHUSUS

MERAJUT MAKNA BENUA MARITIM

“Pergantian kepemimpinan, pergantian kebijakan.” Lazimnya terjadi ketika pergantian kursi pemimpin. Hal tersebut mendorong Rektor Unhas periode 2006-2014 Prof Idrus membentuk Rencana Pengembangan (RP) Unhas 2030. RP yang dibentuk pada 2014 diharapkan dapat melanjutkan visi dan misi Unhas.

Koordinator Tim Pembentukan

RP Unhas, Prof Natsir Nessa mengatakan tujuan pembentukan RP Unhas

2030 agar Benua Maritim tetap menjadi tujuan jangka panjang. “Kita membentuk RP Unhas 2030 agar rektorrektor selanjutnya ada pegangan. Jadi rektor

Unhas harus konsisten dengan visi-misi

Benua Maritim,” ucapnya Sabtu (29/10).

Sayangnya setiap fakultas memahami Benua Maritim berbeda-beda. Sekretaris

Lembaga Pengkajian dan Penerapan Pola

Ilmiah Pokok (LPP-PIP), Prof Budimawan membenarkan hal tersebut.

“Pemahaman berbeda-beda antara satu fakultas dengan fakultas lain. Makanya ada RP Unhas 2030 yang menjelaskan konsep tentang Benua Maritim,” ucapnya saat diwawancarai, Senin (31/10).

Dalam Buku RP Unhas 2030, digambarkan secara umum Benua Maritim. Khususnya membahas mengenai bagaimana mewujudkan visi dan misi Unhas. Selain itu, dibahas pula upaya yang diperlukan dalam rentang waktu tertentu.

Benua Maritim digambarkan tidak hanya mencakup laut dan pesisir, namun sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan udara. Unsur-unsur tersebut tertata secara unik dan menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik khas.

Oleh karena itu, kebijakan fakultas memiliki visi dan misi yang berkaca pada tujuan tersebut. Namun saat identitas menelusuri lebih lanjut mengenai visi dan misi fakultas di Unhas, dari 15 fakultas, hanya lima (Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan) yang mencantumkan Benua Maritim dalam visi dan misi.

Di kesempatan yang berbeda, Rektor Unhas periode 2022-2026, Prof Jamaluddin Jompa menanggapi konsep Benua Maritim akan diperkuat dan diterapkan ke masingmasing aspek kampus.

“Kita perkuat nuansa maritim di berbagai tempat, minimal tahun ke tahun Marine Station tetap dipertahankan dan juga diperkuat di fakultas lain. Misalnya di Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi juga dapat lebih dimaksimalkan,” terangnya saat ditemui di ruangannya, Selasa (22/11).

Fakultas memaknai maritim

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dalam visi dan misinya mencantumkan Benua Maritim sebagai arah pengembangan fakultas. Benua Maritim bermakna sebagai filosofis, kajian yang lebih luas, berbasis pada satu napas budaya atau nilai budaya maritim.

Fakultas keenam Unhas ini, menerapkan kajian maritim dari aspek bahasa daerah,

26 identitas Unhas LIPUTAN KHUSUS

perilaku, tradisi, kesenian, sejarah, ekonomi berbasis kearifan lokal pada bahan pendidikan, riset penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Di masing-masing program studi (prodi) FIB dibuat mata kuliah mengenai budaya maritim, penelitian dan pengabdian dosen dengan berbasis kearifan lokal,” ungkap Dekan FIB, Prof Akin Duli, Kamis (3/11).

Lebih lanjut, Akin Duli mengatakan selain mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim (WSBM) yang khas, Benua Maritim dapat diperhatikan di mata kuliah lain di masingmasing program studi

“Kalau di prodi Ilmu Sejarah, mereka boleh membuat mata kuliah sejarah maritim yang porsi mata kuliahnya 50 persen berkaitan dengan maritim,” ucapnya.

“Misalnya di Sastra Indonesia turun lagi sedikit, kalau bahasa asing (contohnya: Sastra Jepang dan Sastra Perancis) mungkin hanya sekitar 25 persen,” sambung Guru Besar FIB tersebut.

Namun tidak ada ukuran terhadap seberapa besar porsi mata kuliah Maritim. “Sekarang memang kita tidak pernah diminta mengukur seberapa persen, tidak ada ukuran dari hal itu,” jelas Dosen Arkeologi ini.

Berbeda dengan Fakultas Peternakan (Fapet), mereka tidak sama sekali tidak mencantumkan kata Benua Maritim dalam visi dan misinya. Dekan Fapet, Dr Syahdar Baba menjelaskan visi dan misi fakultasnya tetap sesuai dengan RP Unhas 2030, namun fokus kepada kearifan lokal.

“Peternakan tetap memaknai Benua Maritim sebagai kearifan lokal yang dikembangkan,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Senin (31/10).

PIP Ilmu Kelautan nyatanya telah bermetamorfosis menjadi sistem Benua Maritim yang menekankan pada pengimplentasian kearifan lokal seperti Fapet. Hal ini terjadi karena pada dasarnya konsep Ilmu Kelautan sulit diterapkan di fakultas lain.

Salah satu Fakultas lainnya yang tidak memiliki Benua Maritim dalam visi dan misi adalah Fakultas Pertanian (Faperta). Dekan Faperta, Prof Salengke menerjemahkan kekhasan Unhas dalam penelitian yang dilakukan.

“Kita terjemahkan dalam riset-riset yang kita lakukan, saya yakin hal itu berkontribusi dalam Benua Maritim,” tuturnya Kamis (03/11).

Dalam merealisasikan RP 2030 berbasis Benua Maritim, Unhas perlu konsisten terhadap hal-hal yang telah direncanakan dan perlunya ada evaluasi berkala.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 27 LIPUTAN KHUSUS
INFOGRAFIS: IDENTITAS/ MOH IQBAL
Tim Lipsus

Peduli Urusan Perut, Abai Urusan Beberes

Hampir di setiap waktu istirahat makan siang, kantin selalu menjadi tujuan mengisi perut yang keroncongan. Sebut saja Kantin Kudapan yang letaknya dikelilingi oleh banyak fakultas. Kantin ini didatangi oleh ratusan mahasiswa silih berganti. Ada kalanya pelanggan harus mengantre agar bisa dapat tempat duduk.

Sayangnya, meja kerap kali berantakan setelah digunakan oleh pelanggan sebelumnya. Sampah dan piring kotor berserakan, lantas siapa yang seharusnya bertanggung jawab untuk membereskannya? Penjual? Pelanggan? atau petugas kebersihan?

Salah satu yang merasakannya ialah Puput, mahasiswa Fakultas Kedokteran, mengeluhkan banyaknya sampah yang berserakan di atas meja makan kantin bekas pelanggan sebelumnya. Saat diwawancarai (14/10), ia mengaku dirinya sering kali harus membersihkan sendiri sampah dengan mengumpulkannya di satu titik.

“Seharusnya kalau sudah punya kesadaran sendiri untuk jaga lingkungan, maka harus bisa dibuang sendiri karena sudah ada tempat sampah

yang disediakan,” keluhnya.

Ketika dimintai pendapat, pemilik Kedai Metro menyayangkan hal ini. Sekalipun ada petugas kebersihan, harusnya mahasiswa bisa bertanggung jawab membereskan sampahnya sendiri, setidaknya mengumpulkannya di satu titik. “...kan sebagai mahasiswa seharusnya sudah tahu, masa dikalah sama anak TK, anak TK kan juga tau mana tempat buang sampah,” ungkapnya.

Peristiwa di atas menjadi bukti kuat tentang masih rendahnya kesadaran soal pentingnya budaya beberes. Secara psikologis, hal ini disebabkan oleh adanya pola pikir bahwa membereskan sampah bekas makanan merupakan hal yang bukan kewajiban atau tanggung jawab dari suatu individu, khususnya pelanggan kantin kudapan. Pernyataan ini diungkapkan oleh Dosen Psikologi Unhas, Triani Arfah S Psi M Psi (18/10).

“Dia merasa itu bukan tanggung jawabnya dan bisa saja di pemahamannya mengatakan bahwa membersihkan itu tanggung jawab orang lain seperti cleaning service,” tuturnya.

28 identitas Unhas
Civitas
FOTO: IDENTITAS/ A. MARIO FARRASDA AS

Triani menambahkan bahwa penyebab lain dari munculnya perilaku abai beberes juga dipengaruhi kondisi individu, misalnya sedang terburu-buru, kondisi emosi yang tidak stabil, hingga soal etika di ruang publik.

“Jika tidak tahu bagaimana beretika di ruang publik itu kan gampang saja, bisa diberi tahu. Tapi, kalau sekelas mahasiswa, apa betul mereka tidak tahu informasi umum seperti itu?” ungkapnya.

Rendahnya kesadaran akan budaya beberes juga dipengaruhi oleh kecenderungan individu dalam meniru sehingga terus terjadi secara berulang. Pengulangan terjadi karena tidak adanya konsekuensi negatif atau sanksi yang didapat. Triani memaparkan bahwa faktor yang menjadi alasan munculnya perilaku tersebut yaitu kurangnya nilai-nilai pro-environmental behavior pada mahasiswa. Pembentukan nilai tersebut ditentukan oleh lingkungan sekitarnya seperti keluarga maupun teman karena telah ditumbuhkan sejak dini tanpa adanya intervensi khusus dalam memunculkan nilai pro-environmental behavior.

Sosiolog Lingkungan Unhas, Sultan S Sos M Si berpendapat bahwa individu atau mahasiswa patut memiliki kesadaran terhadap lingkungannya, serta mampu bertanggung jawab atas sampah yang diproduksi sendiri. Meja yang ditinggalkan dalam kondisi berantakan setelah digunakan tidak mencerminkan perilaku pro-social dan pro-environmental behavior. Dengan kata lain, suatu individu hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri tanpa mempedulikan sekitar.

“Jadi, perilaku tersebut harus dibuang. Itu disebut dengan mental ‘dilayani’ sehingga setelah makan akan mengharapkan orang lain

untuk membersihkan seperti cleaning service,” pungkasnya (20/10).

Lebih lanjut, Sultan menerangkan budaya beberes adalah salah satu bentuk melatih rasa tanggung jawab dan sangat ideal untuk ditanamkan. Menurutnya, budaya beberes perlu untuk menjadi tren, sehingga individu yang tidak melakukannya akan merasa malu.

“Menurut saya, hal itu merupakan salah satu bentuk intervensi yang cukup bagus untuk menumbuhkan nilai-nilai kesadaran pada individu bahwa ada perilaku yang punya konsekuensi terhadap lingkungan sosialnya maupun alam,” jelasnya.

Budaya beberes sebelumnya telah dikampanyekan oleh salah satu perusahaan makanan cepat saji yaitu KFC dan pernah trending pada salah satu media sosial yaitu Twitter. Akan tetapi, sangat disayangkan masih banyak yang tidak menyetujui kampanye tersebut dengan alasan bahwa beberes bukan merupakan tanggung jawab pelanggan.

Upaya dalam menumbuhkan budaya beberes dapat dilakukan dengan cara membangun empati yang berkaitan dengan nilai pro-sosial. Misalnya, aktif berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat memahami perasaan orang tanpa terbawa oleh emosi. Selain itu, Sultan juga menambahkan bahwa dalam menumbuhkan budaya beberes diperlukan motor penggerak atau seorang role model. Motor penggerak seperti tokoh yang memiliki pengaruh bagi mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa budaya dimulai dari satu atau dua orang yang akhirnya semua orang merasa perlu melakukan budaya beberes.

Sampah bekas makanmu tanggung jawab siapa?

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 29
Ivana Febrianty

Pemandangan indah matahari terbenam di sepanjang Jalan Metro Tanjung Bunga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Terkadang siluet jingga yang menyasar di ujung Makassar ini jadi tempat nongkrong para pemuda.

Namun, keindahan ini berbanding terbalik dengan keadaan para nelayan yang hidup berdampingan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali.

Pada 2002, Jalan Metro Tanjung Bunga dibangun sebagai penghubung antara Makassar dengan Takalar. Akibat pembangunan reklamasi tersebut, bibir pantai makin menjauh sehingga nelayan harus mengeluarkan usaha lebih untuk bisa sampai ke laut.

Jembatan yang dekat dengan permukaan air menghalangi kapal besar untuk memasuki area TPI Rajawali. Kondisi ini diperparah dengan air laut yang cenderung membentuk kubangan penuh sampah ketika pasang surut terjadi, menimbulkan aroma yang kurang sedap.

FOTO DAN NASKAH : AHMAD GHIFFARY M.

Hidup Nelayan Di balik Tembok Reklamasi

Sekotak ikan dari kapal yang baru saja sandar, Minggu (13//11) dipikul oleh seorang nelayan ke TPI Rajawali.

Resesi diperkirakan akan terjadi pada 2023 mendatang. Hal itu menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Resesi berdampak pada peningkatan harga barang, perlambatan ekonomi, hingga penurunan daya beli masyarakat.

FOTO: IDENTITAS/ZIDAN PATRIO

AKAN RESESI? 2023

Perekonomian Global 2023 Gelap Gulita, Bagaimana dengan Indonesia?

Memasuki penghujung tahun, sejumlah negara dikhawatirkan dengan ancaman resesi yang diprediksi menyerang dunia pada 2023. Lembaga

Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sampai Bank

Dunia mengumumkan perekonomian global akan menghadapi krisis. IMF mengungkapkan selain krisis keuangan global, pertumbuhan ekonomi 2023 merupakan profil pertumbuhan terlemah sejak 2001. Badai krisis ekonomi ini rupanya dipengaruhi karena adanya perang antara Rusia dengan Ukraina. Akibatnya harga minyak global melonjak dan sejumlah perusahaan asing keluar dari Rusia, sehingga pemerintah Rusia menghadapi kekhawatiran gagal bayar utang negara. Bahkan untuk menghadapi resesi mendatang sebanyak 28 negara diberitakan telah mengajukan bantuan kepada IMF. Oleh karena itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sri Mulyani juga beberapa kali memperingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak mengabaikan kemungkinan terdampak resesi global. Ancaman resesi global 2023 pada akhirnya menjadi kecemasan dunia yang tak bisa diabaikan. Lantas apa yang melatarbelakangi terjadinya resesi 2023 dan bagaimana potensi Indonesia terdampak? Berikut wawancara

jurnalis PK Identitas Unhas Yaslinda Utari Kasim bersama Pakar Ekonomi, Prof Dr Marzuki DEA, Kamis (10/11).

Seberapa besar pengaruh perang RusiaUkraina terhadap resesi?

Secara kumulatif, ancaman resesi 2023 disebut dengan konsep Perfect Storm (Badai yang terjadi sekaligus). Perfect storm ini diakibatkan oleh faktor 5C yaitu Covid-19,

conflict Ukraina-Rusia, climate change atau perubahan iklim, commodity price yang melonjak, dan cost of living yang meningkat akibat inflasi. Krisis ini merupakan suatu keadaan yang berantai, hingga pada akhirnya terjadi krisis suplai minyak, pupuk, dan tentu merambat ke krisis barang-barang antar negara.

Kondisi itu sebenarnya memang tidak diduga karena perang yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina berkepanjangan. Terlebih lagi, Ukraina adalah salah satu negara penghasil pupuk terbesar di dunia, sedangkan Rusia pengekspor energi. Akibat perang ini kedua negara menjadi tarik ulur. Masing-masing tidak mau melakukan eksporimpor. Akhirnya, persoalan ini merambat pula ke sektor-sektor keuangan.

Masalah keuangan ini tergambar pada arus modal keluar masuk di negara-negara yang terlibat, salah satunya Amerika. Dengan naiknya harga komoditas energi yang harus diimpor Amerika membuat harga di Eropa melonjak naik sehingga terjadi inflasi. Apabila inflasi naik, bisa dibayangkan seluruh harga komoditas yang diperjualbelikan di Amerika dan Eropa naik. Itulah faktor C berikutnya yang terjadi, kumulatif dari harga komoditas barang pokok menjadi meningkat.

Apakah seluruh negara akan mengalami resesi 2023 dan apa dampak yang akan dialami?

Resesi 2023 tampaknya bukan persoalan yang akan dialami oleh semua negara. Negara yang akan mengalami resesi yaitu negaranegara maju. Ketika negara bagian timur dan barat tidak lagi saling ekspor energi dan hasil pertanian, maka beberapa negara akan

34 identitas Unhas
Wansus

mengalami kesulitan, sehingga berdampak pada kesulitan pangan. Sedangkan krisis yang paling terasa ujungnya dikala manusia sudah mulai kesulitan makan. Itulah yang disebut dengan krisis pangan.

Oleh karena itu, pemerintah merasa khawatir krisis pangan ini mengancam terutama di negara yang tidak memiliki hasil pertanian dan hanya mengimpor dari negara lain. Misalnya, negara di Eropa yang sudah terlalu industrialis, sehingga banyak produk pertanian yang diimpor. Kemudian negara berbasis pertanian seharusnya tidak mengalami krisis pangan, jika seandainya sektor pertanian sudah ditangani dengan penggunaan industri pertanian secara luas. Sayangnya, banyak negara dengan basis pertanian belum mengoptimalkan proses industrialisasi pertaniannya seperti Indonesia.

Bagaimana potensi resesi global 2023 terhadap Indonesia?

Kemungkinan Indonesia terdampak resesi, tapi sebenarnya dapat dikatakan relatif terbatas. Saat ini persoalan tersebut dialami oleh negara maju. Misalnya pada sektor perdagangan, sektor keuangan, dan sektor impor barang kebutuhan industri. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia juga termasuk negara yang hampir semua komoditasnya dijual ke negara maju, utamanya produk hasil tambang dan industri olahan, serta produk pertanian.

Maka dari itu krisis yang dialami negara lain sebenarnya menjadi peluang keuntungan bagi Indonesia, terutama pada sektor pangan. Sehingga apabila negara mengalami resesi yang berujung pada krisis pangan, Indonesia sebenarnya dapat menjadi negara yang bisa memenuhi kebutuhan pangan negara-negara yang mengalami krisis. Tapi sayang hal tersebut belum bisa dimanfaatkan.

Sektor apa saja di Indonesia yang akan terdampak resesi?

Terdapat 17 sektor di Indonesia mulai dari pertanian yang merupakan sektor basis Indonesia, pertambangan, industri pengolahan, perdagangan barang dan jasa, telekomunikasi, dan sektor lainnya. Sekarang

ini, kalau melihat pekerja dari masing-masing sektor itu, pertanian adalah sektor dengan pekerja paling banyak. Industri pengolahan secara struktur besar tapi pekerjanya sedikit.

Olehnya sektor yang akan mengalami dampak resesi 2023 adalah sektor administrasi pemerintahan dan sektor konstruksi karena di masa resesi, permintaan untuk membangun rumah akan menurun. Krisis ini hanya masuk ke dalam sektor-sektor ekonomi tertentu, tidak ke semua sektor. Jika resesi ini berlangsung lama misalnya sampai satu tahun, maka akan menular ke sektor lain.

Apa yang sebaiknya pemerintah lakukan untuk menghadapi resesi 2023?

Puncak resesi yakni pada saat terjadinya krisi pangan. Oleh karena itu, Indonesia harus memulai jadikan krisis ini menjadi awal perbaikan strategi kebijakan pembangunan ke depan. Negara harus mulai melihat potensi basis ekonominya di mana. Seluruh sektor mesti diarahkan membangun sektor basis yaitu pertanian. Hanya memang para pelaku ekonomi terutama otoritas kebijakan, fiskal, moneter, keuangan dan sektoral termasuk masyarakat harus berhati-hati. Masyarakat kita perlu waspada dan selalu bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan krisis global 2023 secara bijak dan rasional.

SANG MAHA GURU BASRI HASANUDDIN

Sebuah jargon yang sering kali ia sampaikan dalam rapat koordinasi.

Terhitung 9 November ini, Prof Basri Hasanuddin menginjak usia 83 tahun.

Siapa yang tak mengenalnya?

Namanya tak lagi asing di tanah air bahkan mancanegara. Sosok pria gagah, berkarisma, dan cerdas ini telah menduduki jabatan strategis di bidang akademik hingga pemerintahan.

Perjalanannya sebagai akademisi dimulai ketika ia mengungsi ke kota, saat daerah kelahirannya yang kini disebut Desa Pambusuang, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat terbakar pada 1956. Hijrahnya ini membuatnya memiliki akses memasuki dunia pendidikan hingga ke perguruan tinggi, bahkan

Rekam kariernya membekas

ketika menjadi salah satu pelopor terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Dalam sejarahnya, pembentukan provinsi ini telah diperjuangkan sejak 1960, namun karena banyaknya kendala, usulan ini tidak disetujui pemerintah pusat. Usulan ini kemudian kembali menemukan momentum emas pasca gerakan reformasi pada 1999.

Perjuangan dengan kecintaan terhadap tanah kelahirannya kemudian membuahkan hasil, Provinsi Sulbar akhirnya resmi terbentuk pada 2004. Pencapaian ini membuat Prof Basri dipercaya sebagai penasihat pemerintah Sulbar pada era Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh hingga Gubernur Alibal Masdar periode lalu.

Tak hanya itu, Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) tidak dapat dipisahkan dari peran sosok Prof Basri Hasanuddin. Ide pendirian Unsulbar bersama saudara-saudara dan rekan-rekannya telah digagas sejak 2003 hingga berdiri pada 2007. Pendirian universitas ini juga menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Sulbar. Tak tanggungtanggung, ia kembali memperjuangkan Unsulbar hingga menjadi Perguruan Tinggi Negeri pada 2013.

Di Kampus Merah, Prof Basri pernah dipercaya menjadi Ketua Program Pengembangan Staf Unhas. Dari sinilah, ia mendorong banyak dosen Unhas untuk melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri.

“Do The Things Right vs Do The Right Things”

Kemudian, saat menjadi Pembantu Rektor

I pada masa Rektor Prof Amiruddin, ia dinilai sangat handal memajukan universitas. Keunggulannya ini tergambar dalam caranya meningkatkan SDM, ia pandai melihat setiap potensi yang dimiliki seseorang. Hal ini diceritakan salah satu narasumber, Prof Saleh Pallu dalam buku Bundel Kisah untuk Sang Guru yang diterbitkan pada 2021 lalu. Ketika itu, Prof Saleh ditunjuk oleh Prof Basri menjadi penanggung jawab pembangunan fasilitas kolam renang dan jalan lingkar kampus.

Prof Basri meraih gelar doktornya di University of Philippines, Manila dengan predikat cumlaude. Setelah kembali dari Filipina dan mengajar lagi, ia menjadi salah satu dosen yang paling ditunggu oleh mahasiswa.

Kewibawaan, keramahan, dan kecerdasan yang dimilikinya menjadi kekuatan hingga terpilih menjadi presiden universitas (sebutan untuk rektor pada masa itu) selama dua periode 19891997. Selama menjadi Rektor Unhas, tak hanya menciptakan atmosfer akademis, ia juga banyak melakukan pengembangan kampus. Salah satunya, di masa kepemimpinannya dibangun Gedung Rektorat yang sebelumnya bertempat di Perpustakaan Unhas.

Tak lama setelah mengakhiri masa bakti sebagai Rektor Unhas, Prof Basri menerima telepon dari Presiden Keempat Republik

Indonesia, K H Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Pada 18 November 1999, melalui panggilan suara itu, ia diminta menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra dan Taskin) dalam Kabinet Persatuan.

Ketika itu, ia kerap mendampingi Wakil Presiden RI, Megawati Soekarno Putri, melakukan kunjungan-kunjungan di daerah konflik di Indonesia.

Dari kedekatannya inilah pada penghujung 2003, Megawati sebagai Presiden Kelima

RI memerintahkan Menteri Luar Negeri RI

menetapkan Prof Basri Hasanuddin sebagai

Duta Besar (Dubes) Negara Republik Islam Iran.

Selama menjadi Dubes di Iran, ia sering kali mengundang para pelajar dan mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di sana untuk datang ke kedutaan atau kediaman Dubes yang berlokasi di Teheran. Hal ini dilakukan pada perayaan hari besar nasional atau hanya sekedar ajang silaturahmi. Berkatnya, rutinitas itu terus berlanjut hingga sekarang, meski Prof Basri tak lagi menjadi Dubes.

Pencapaian itu tak menjadikannya sosok yang melupakan almamater tempatnya memulai karir. Pada 2016-2019 ia kembali mengabdi di Kampus Merah sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA).

Pengalaman saat menjadi rekan Prof Basri di MWA diceritakan oleh Prof Mansjur Natsir dalam buku yang sama. Katanya, Prof Basri pernah menceritakan saat dirinya sakit gigi dan diantar dengan kawanan Mobil Voorijders ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) di Jakarta saat itu.

ujar Prof Basri sebagai candaan untuk Prof Mansjur Natsir yang juga merupakan seorang dokter gigi.

Selain humoris, banyak juga yang mengungkapkan Prof Basri pandai menyanyi, pidato, dan fasih dalam membaca Al-Qur’an. Tak heran, ia pernah berkhotbah pada Hari Raya Idul Fitri di masjid nasional negara RI atau dikenal Masjid Istiqlal Jakarta. Tak hanya aktif di lingkup kampus dan pemerintahan saja, Prof Basri juga pernah menjadi Ketua Korwil Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulsel selama dua periode.

Sosoknya yang banyak andil untuk perubahan Unhas menjadikannya simbol universitas baik skala nasional maupun internasional. Kini pria berdarah Mandar ini menjadi Ketua Yayasan Al Markaz Al Islami Makassar.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 37
Nur Ainun Afiah
“Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi,”

Kisah Peraih Penghargaan Pemuda Difabel Kemenpora

DOKUMENTASI PRIBADI

Sepenggal kalimat itulah yang diutarakan peraih penghargaan Pemuda Difabel

Berprestasi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian

Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI), Nabila May Sweetha.

Nabila mengaku, kegemarannya menulis

menjadi batu loncatannya dalam mendapatkan

pencapaiannya saat ini. Walaupun telah

menjadi tuna netra sejak lima tahun lalu, ia

kerap mendapatkan prestasi selama berkuliah

di Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui

hobi yang ditekuninya, menulis. Prestasi

tersebut salah satunya adalah Juara Tiga

Lomba Menulis yang diadakan oleh Lembaga

Pers Dr Soepomo. Nabila juga mengungkapkan

pernah membuat sebuah buku yang bercerita

mengenai kebudayaan di masyarakat Bugis

dan mengambil latar tempat di kampung halamannya sendiri, Pangkep.

Dalam perjalanannya mendapatkan penghargaan tersebut, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu melewati beberapa tahapan seperti pengumpulan berkas yang berisi Curriculum Vitae (CV) serta minimal 10 sertifikat kejuaraan nasional yang dibatasi hanya untuk kejuaraan dalam bidang akademik dan seni. Kemudian, setelah itu terdapat wawancara kebangsaan. Selama menyiapkan ketentuan tersebut, Nabila bercerita bahwa ia tidak memiliki kendala bahkan hingga proses penerimaan penghargaan pada saat acara Hari Sumpah Pemuda di Ibu Kota Negara, Kalimantan.

Nabila mengungkapkan perasaannya pada saat dihubungi oleh pihak Kemenpora bahwa

38 identitas Unhas
Jeklang

ia terpilih mendapatkan penghargaan tersebut dan menjadi Duta Prestasi Nasional. Tentu ia merasa sangat bahagia.

“Walaupun saya tidak berharap banyak, saya bahagia sekali, saya yang bukan siapa-siapa dari kabupaten kecil yang orang jarang tahu namanya, bisa mewakili seluruh pemuda di Indonesia untuk menerima penghargaan,” ungkap mahasiswa asal Pangkep itu saat di wawancara, Selasa (29/11).

Perempuan berambut panjang itu mengungkapkan alih-alih masuk di organisasi dalam kampus, ia lebih menspesifikkan pergerakannya dengan menjadi aktivis perempuan difabel dan memilih untuk aktif dalam organisasi masyarakat sipil yang memperjuangkan kesetaraan difabel, yaitu Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK). Organisasi ini merupakan Non-Governmental Organization (NGO) yang mencakup semua masyarakat. Organisasi ini memperjuangkan akses untuk hak-hak masyarakat difabel.

Nabila kerap kali membantu teman-teman difabel dalam pemenuhan haknya seperti melanjutkan pendidikan dan mendapatkan ruang yang nyaman dan aman sama seperti masyarakat lainnya. Hal tersebut dilakukannya sekali lagi untuk membanggakan kedua orang tuanya.

Selain melatih jiwa sosial dan empatinya, bergabung dengan organisasi membuatnya mampu melebarkan relasi dan hubungan dengan banyak orang. Bahkan informasi mengenai pendaftaran penghargaan difabel berprestasi yang didapatnya berawal dari informasi yang ia dapatkan dari salah satu senior di organisasinya.

Pencapaian yang Nabila peroleh tentu saja tidak terlepas dari tantangan dan masalah yang berhasil ia lalui. Wanita itu mengaku bahwa selama ini keinginannya selalu bertentangan dengan kehendak dari ayahnya. Sehingga, motivasi terbesar Nabila dalam mendapatkan penghargaan tersebut adalah orang tua. Ia berharap dapat membanggakan orang tuanya, terkhusus ayahnya.

Bukan tanpa alasan, hobi menulisnya itu sempat ditentang oleh ayahnya karena hasutan

dari berbagai pihak. Hal tersebut kemudian menjadi titik terendah atau terhancur Nabila dalam kehidupannya karena itu merupakan pertama kali ayahnya memarahi dan melarangnya untuk sekedar memuaskan hobinya. “Jangankan diapresiasi, malah saya dimarahi untuk menulis,” tuturnya. Untuk menghilangkan kesedihannya, Nabila hanya membiarkannya sampai rasa sedih tersebut menghilang dengan sendirinya.

Sama halnya dengan mahasiswa lainnya, kendala yang dialami yaitu tidak bisa mengontrol rasa bosan dan malasnya. Hal ini pula yang menjadi hamabatan dalam pencapaian prestasi lainnya. Bahkan, ia merasa memang kejuaraan yang diikuti saat masa sekolah menengah lebih banyak daripada kejuaraan yang diikutinya di masa perkuliahan.

Namun, Mahasiswa Ilmu Politik tersebut memiliki prinsip untuk tidak berharap terlalu tinggi agar kemudian tidak kecewa. “Kecewa hadir dari harapan kita yang terlalu berlebih. Jadi, saya tidak berharap terlalu tinggi ke orang lain maupun ke pencapaian yang ingin saya raih,” terangnya.

Di akhir wawancara, Nabila berpesan bahwa ketika melihat seorang yang difabel, tidak perlu malu untuk menyapa karena mereka sangat menginginkan kesempatan berkomunikasi dan berteman dengan orang banyak. Namun, mereka terkadang bingung bagaimana cara memulainya.

Bagi Nabila, membanggakan orang tua merupakan satu dari banyaknya alasan mahasiswa saat ini berlomba-lomba dalam mencetak segudang prestasi maupun penghargaan yang diraihnya. Tetapi harus diingat, dalam usaha untuk membanggakan kedua orang tua, setiap orang memiliki caranya masing-masing.

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 39 FOTO: IDENTITAS/NIRWAN
Zakia Safitri Sijaya
Saya tidak pernah sedih menjadi buta, sama sekali tidak.”

Krisis Pangan Milenial Enggan Bertani

Persoalan pangan menjadi permasalahan sangat krusial saat ini. Krisis pangan melanda berbagai wilayah di dunia sehingga memerlukan penanganan cepat. Ada 22 negara menghentikan ekspor untuk mengamankan kebutuhan domestik.

Organisasi pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan ada lima negara yang terancam dan bahkan telah menghadapi kelaparan. Sebanyak 970.000 orang berisiko kelaparan di Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman. Tidak dapat dipungkiri jumlah orang kelaparan akan semakin bertambah bila tidak ada tindakan lebih lanjut. FAO turut memproyeksikan sepanjang Oktober 2022 hingga Januari 2023 kerawanan pangan

tingkat akut secara global akan meningkat.

Penyebabnya antara lain, perubahan iklim yang tidak menentu.

Menurut organisasi lingkungan, Greenpeace, perubahan iklim ekstrim terjadi karena kenaikan suhu di permukaan bumi. Kadangkadang terjadi hujan deras yang mengakibatkan banjir, ataupun kemarau yang menyebabkan terjadi kekeringan dan memicu gagal panen.

Selain itu, perang Rusia-Ukraina juga menjadi penyebab kelangkaan pangan dan energi. Ukraina sebagai pengekspor gandum tidak lagi mampu melakukan ekspor. Begitu pun dengan Rusia sebagai pengekspor minyak menahan ekspor ke negara-negara lain.

Indonesia terdampak akan situasi tersebut. Banyak bahan pangan mengalami kenaikan harga, seperti harga telur dan daging ayam meningkat akibat harga pangan yang tinggi. Beberapa komoditas pertanian seperti bawang, tomat, dan sebagainya mengalami kenaikan dengan naiknya harga pupuk. Imbas lain ketegangan geopolitik global ke Indonesia yakni naiknya harga Bahan

Opini

Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar.

Pangan pada dasarnya bertumpu pada sektor pertanian termasuk peternakan dan perikanan. Masalah pertanian di Indonesia bukan hanya pada ketersediaan lahan, pupuk, ataupun efektifitas pengelolaan hama, melainkan sistem kebijakan politik pertanian, rantai pemasaran, dan kurangnya minat bekerja di bidang pertanian. Bertani dianggap tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Hari ini memang kebanyakan petani tidak sejahtera.

Profesi petani bukan pekerjaan yang menjanjikan sehingga banyak yang enggan berkarier di bidang pertanian termasuk milenial. Umur petani didominasi usia tua (aging farmer) dengan rentang usia 5060 tahun. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ada sekitar 54,81 persen petani dengan usia tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk mengambil acuan kebijakan akibat lambatnya regenerasi petani.

Sebelum itu, pemerintah mesti memastikan kesejahteraan petani saat ini. Kesejahteraan petani akan menarik milenial untuk menjajaki dunia pertanian. Kesejahteraan petani merupakan hal utama yang mesti menjadi perhatian pemerintah.

Pemerintah perlu memberikan bekal pengelolaan bisnis dan keuangan kepada petani karena mereka hanya sebatas berproduksi, belum mampu memasarkan hasil produksinya. Jika hari ini milenial didorong menjadi petani tanpa bekal entrepreneurship maka sama halnya akan ‘membunuh’ mereka karena tidak akan mampu bertahan.

Pemerintah dan perguruan tinggi menghadapi tantangan besar dalam penyiapan angkatan muda petani. Tidak dipersiapkan dengan baik maka ‘kiamat’ terhadap petani akan terjadi. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan wirausaha muda melalui Program

Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS). Sayangnya, program tersebut belum terhilirisasi dengan baik ke anak muda di desa.

Perguruan tinggi sebagai gudang ilmu dan penyiapan karier harus mampu membangun mindset bahwa bertani adalah profesi masa depan. Bukan malah sebaliknya bertani seolah tidak modern dan identik dengan kemiskinan. Penguasaan terhadap ilmu-ilmu pertanian dan teknologi inovatif sangat penting untuk penyiapan angkatan muda. Sehingga awalnya pekerjaan harus panas-panasan di sawah atau lahan berubah menjadi profesi yang fun and meaningfull serta banyak menggunakan teknologi yang memudahkan.

Kampus juga harus mampu menjadi wadah wirausahawan muda. Oleh karena itu, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) perlu digiatkan sebagai langkah awal untuk menciptakan caloncalon pengusaha.

Pertanian

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 41
FOTO: DOKUMENTASI PRIBADI
Engki Fatiawan, Mahasiswa Fakultas Unhas, Ketua IMM Pertanian Unhas & Bidang Kaderisasi FLP Unhas

KUATKAN STRATEGI KORPORASI, AKANKAH KAMPUS LEBIH MANDIRI?

Lima tahun sudah Unhas menyandang status Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN BH). Bersama status itu, Unhas diberi hak otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Akibatnya, dana subsidi dari pemerintah menjadi berkurang.

Demi meningkatkan pendapatan, Unhas memaksimalkan pemanfaatan aset komersial yang dimilikinya. Direktur Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan Aset Unhas, Dr Ir Syahriadi K MSi pada Senin (03/10) mengungkapkan, anggaran belanja yang harus dikeluarkan Unhas sebesar 1,6 triliun rupiah setiap tahunnya.

Sedangkan, dana dari pemanfaatan aset yang dikomersilkan Unhas hanya memberikan pendapatan 16 miliar rupiah dari data tabungan 2021. Jumlah ini masih terlalu kecil apabila dibandingkan dengan total belanja Unhas.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis, Prof Adi Maulana menjelaskan, ketika perguruan tinggi tidak lagi diberi dana subsidi dari pemerintah, UKT jenjang S1 bisa saja mencapai 20 juta rupiah. “Maka jalan keluarnya dengan mencari sumber dana lain dengan mengelola perusahaan,” tuturnya Jumat (14/10).

Kini, Unhas mulai mengembangkan badan usaha yang dibentuk pertengahan 2022. Bisnis yang dikembangkan Unhas sebagai PTN BH adalah bisnis berbadan hukum atau badan usaha.

Bentuk usaha Unhas dibagi menjadi tiga. Asset base atau unit usaha berbasis pada aset Unhas seperti kolam renang, hotel, dan rumah sakit. Kedua, innovation base yaitu usaha yang berfokus pada inovasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika Unhas. Kemudian yang terakhir adalah service base yaitu unit usaha yang menawarkan jasa tenaga pendidik Unhas seperti konsultan.

Pada Mei lalu, telah diresmikan Holding Company (induk perusahaan) yang 100 persen adalah milik Unhas. Holding Company tersebut diberi nama PT Hadin Metavisi Akademika (PT HMA).

Syahriadi menyebutkan, anak usaha yang didirikan, yaitu PT Hadin Agrivisi Internusa (PT HAI) yang bergerak di bidang pertanian dan PT Hadin COT Nusantara yang bergerak di bidang keteknikan. Sementara yang akan dibentuk, PT Hadin IT Solution (PT HITS) yang bergerak di bidang IT.

“Jadi mekanismenya, perusahaan ini mengelola aset komersil Unhas dengan hak pengelolaan usaha yang diberikan

42 identitas Unhas Civitas

Unhas pada Holding Company, kemudian mendistribusikan pekerjaan dan tanggung jawab ini ke anak perusahaan yang sesuai,” jelas Syahriadi.

Aset komersil Unhas yang belum diakuisisi menjadi anak perusahaan, masih dikelola langsung oleh Holding Company atau PT HMA, seperti Unhas Hotel and Convention Center, Hadin Tour and Travel, dan beberapa bidang usaha lainnya.

Adapun bidang usaha yang akan beroperasi masih dinilai studi kelayakannya, seperti Hadin

usaha tahun ini sebesar 20 Miliar.

“Target Pak Rektor itu pada 2026 penghasilan akumulatif 160 miliar sebagai pemasukan Unhas,” ucap Fauzi, Rabu (5/10).

Untuk memenuhi target tersebut, seluruh anak perusahaan dan unitnya memaksimalkan pengelolaan aset komersil. Misalnya, PT HAI memaksimalkan beberapa aset komersil Unhas mulai dari bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.

Direktur PT HAI, Arizal Hatam SPt MSi menyebutkan, bidang usaha PT HAI mencakup bisnis pembibitan jagung, padi, pengelolaan tambak, serta produk olahan coklat. Unit usaha yang paling eksis dikelola adalah breeding sapi bali di Kabupaten Barru dan Enrekang. Pasalnya, kelahiran sapi PT HAI telah mencapai angka 50 persen dengan omset mencapai 400 juta rupiah

“Berarti jika kita punya induk 400 ekor, maka yang tumbuh itu 200 ekor. Dari 200 ekor ini 40 persen atau sekitar 80 ekor akan diinvestasikan menjadi aset biologis,” jelasnya, Selasa (11/10).

Lantas, apakah strategi bisnis ini bisa menjadi jalan terbaik untuk Unhas?

Menurut Pakar Ekonomi, Dr Marzuki DEA, susunan usaha aset yang dimiliki Unhas dapat dikembangkan menjadi unit bisnis yang memberi manfaat publik dan bernilai ekonomis.

Namun terlepas dari itu, ia menilai pengembangan perusahaan ini memang perlu bertahap sesuai kebutuhan pasar yang diperkirakan potensial permintaannya.

“Dengan demikian, strategi bisnis yang diterapkan harus dalam paradigma demand create it’s own supply (penawaran akan selalu menciptakan permintaan),” ujarnya.

Konveksi, Hadin Transformasi Bisnis, Hadin Bumi Daya, Hadin Farma, Hadin Energi Semesta, Hadin Otomotif, Hadin Infinity, dan Hadin Meta Organize, serta Parkir, Katering, dan Industri Air Kemasan (Akuadin).

Syahriadi menambahkan, target universitas untuk satu periode rektor diharapkan mampu menutupi pengeluaran 10 persen dari total belanja Unhas. Lebih lanjut, Kepala

Subdirektorat PT HMA, Dr Fauzi R Rahim

SE MS mengungkapkan, target pengelolaan

Sebagai pakar ekonomi, Marzuki berpesan, perlu ada koordinasi independen dan kolaborasi bersinergi dalam hal perencanaan, serta kerjasama aktif dengan pihak strategis di luar Unhas.

“Untuk mencapai itu, tentu diperlukan SDM, infrastruktur, dan kelengkapan berkualitas lainnya berstandar profesional yang dapat dipertanggung jawabkan,” pungkasnya.

Tari, Zidan, Amar

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 43

Kualleangi Tallanga Na Toalia.

“Lebih baik tenggelam daripada kembali.”
“ ILUSTRASI: IDENTITAS/NUR MUTHMAINAH

Lontara Yusring, Harmonisasi Aksara Lontara dan Teknologi

Aksara Lontara merupakan satu dari 12 aksara khas yang ada di Indonesia. Aksara ini berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya berkembang dalam tradisi masyarakat Bugis, Mandar, dan Makassar.

Berawal dari kesadaran akan sulitnya akses menggunakan aksara L ontara secara digital, membuat Dr Yusring Sanusi Baso M App Ling berinisiatif untuk menciptakan perangkat lunak yang dapat memudahkan masyarakat, terutama bagi dosen, guru, mahasiswa, dan siswa menggunakan huruf Lontara sebagai bagian dari teknologi.

Perangkat lunak yang dimaksud adalah aplikasi kibor untuk menulis aksara lontara pada perangkat digital. Selain untuk memudahkan penggunaan aksara Lontara, kibor tersebut juga dirancang agar pembaca dapat belajar membedakan huruf konsonan, aktif, sampai angka dalam Lontara. Aksara Lontara sendiri merupakan satu dari 12 aksara khas yang ada di Indonesia, aksara ini berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya berkembang dalam tradisi masyarakat Bugis, Mandar, dan Makassar. Berkaca dari situasi dewasa ini, globalisasi berdampak besar terhadap pudarnya aksara dan bahasa tradisional. Hal ini merupakan hasil dari kemajuan teknologi dan revolusi informatika yang mendorong perubahan dalam tatanan manusia.

FOTO: IDENTITAS/YASRIL

Dosen Sastra Arab ini melihat bahwa semakin mudahnya dunia maya dan internet diakses oleh masyarakat, maka akan memperbesar kemungkinan kepunahan bahasa-bahasa daerah.

Perkembangan teknologi hanya salah satu alasan, berbagai fenomena seperti pernikahan antar suku, fluktuasi ekonomi, dan migrasi telah mempengaruhi perubahan tatanan bahasa secara lisan. Penggunaan Bahasa Nasional pun juga jadi pemicu walaupun hal tersebut tak dapat dihindarkan.

Selain itu, tulisan Lontara yang susah dibaca juga jadi pemicu utama, di mana bentuknya adalah silabel sehingga membuat orang lelah berpikir. Yusring bercerita, 2006 silam saat masih Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) tampil di Hotel Clarion dan berbicara seputar Kebugisan dan Kemakassaran. Ia mengatakan bahwa dirinya pun kesulitan membaca Lontara.

“Kebanyakan orang lelah dan jenuh mempelajari aksara Lontara karena tidak diketahui yang mana konsonan atau vokal. Jadi umumnya masyarakat akan kesulitan membedakan yang mana huruf mati atau yang lainnya,” ungkap Yusring saat ditemui di ruangannya di Lantai Dasar Perpustakaan Unhas pada Selasa, (15/11).

Setelah menempuh kuliahnya di Australia awal 2000-an, Yusring lalu membuat kibor aksara Lontara yang dapat digunakan di Windows dan Linux. Aplikasi itu awalnya diberi nama Lontara Unhas, namun kemudian diganti menjadi Lontara Yusring pada 2008.

Pria 52 tahun itu mengawali penggarapan

aplikasi dengan membuat aksara Lontara angka pada 2007 lalu, dari bilangan 0 sampai

10. “Saya memulai dengan membuat angka karena aksara Lontara yang ada kala itu tidak memiliki angka,”ujarnya.

Dalam merumuskan angka Lontara, lambang bilangan didasarkan pada sulapa eppa yang merupakan filosofi dasar dalam pembuatan aksara Lontara. Filosofi tersebut diambil dari model walasuji sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat.

Selain itu, agar huruf konsonan mati mudah dibedakan, ia juga menambahkan titik dalam

kibor Lontaranya. Ia mengungkapkan bahwa penambahan penanda konsonan dalam hal ini tidak akan merubah arti, justru lebih membantu sebagai tanda baca. Ia menambahkan, pada awalnya aksara Arab juga tidak mengenal titik dan harakat. Awal mula kemunculannya karena mengalami perkembangan zaman dan lebih mudah untuk dipelajari.

Tantangan yang dihadapi dalam membuat aplikasi pertamanya ini yakni aksara tersebut harus disesuaikan dengan model angka yang simetris, sedangkan konsep filosofi aksara lontara sendiri bentuknya tidak simetris. Tidak hanya itu, dalam penggarapannya, pembuatan aplikasi ini sempat dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Namun, Yusring tetap optimis.

Sebelumnya, font Lontara juga telah dikembangkan oleh Barbara Friberg pada 1994 di komputer jenis IBM-PC lalu dilanjutkan dengan pembuatan font Lontar21. Di tahun yang sama, Andi Mallarangeng juga mengembangkan font BugisA.

Namun, dua font tersebut masih memiliki kekurangan. Walaupun dapat dijalankan dalam Microsoft Office Word, bentuk angka pasti tidak tersedia, bahkan huruf juga terkadang tidak terdefinisi sehingga aksara berubah menjadi kotak atau error.

Terus terang ia mengatakan bahwa aplikasi ini adalah penyempurnaan dari pengembangan Barbara, yang juga adalah guru dan pembimbing dari Yusring sendiri. Ia menciptakan perangkat lunak ini dalam bentuk kibor yang disesuaikan dengan model desain QWERTY.

Untuk menggunakannya, pertamatama mengunduh aplikasi kibor seperti Google Keyboard di Playstore, kemudian menambahkan aksara Lontara pada aksara yang tersedia.

Pada laptop, laman untuk mengaksesnya pun dapat ditemukan di aksaradinusanara.com dan dapat digunakan untuk mengetik dokumen.

Sampai saat ini, kibor buatan Yusring ini telah menarik minat pemerhati aksara internasional dari negara Jepang dan Singapura. Meskipun begitu, Yusring tidak pernah berniat untuk

menggaet keuntungan dari perangkat lunak yang dibuatnya. Jadi, kibor ini dapat digunakan secara gratis.

Yusring berharap melalui kibor yang dibuatnya, masyarakat dapat lebih mudah ikut melestarikan aksara dan bahasa daerah. “Saya menciptakan aplikasi ini karena saya ingin generasi muda menggunakannya di tengah gempuran teknologi,” pungkas Yusring.

Oktafialni Rumengan

“Kemajuan teknologi memang meningkatkan kemudahan dalam mengakses informasi. Namun di balik kecerdasan teknologi tersebut, justru menjadi ancaman besar pudarnya aksara lokal.”
Tampilan penggunaan keyboard Lontara di perangkat Android.

INOVASI

MUTAKHIR INVERTER DC-AC

Penelitian ini menginovasikan

Inverter dengan sistem baru

yang mendukung percepatan

perputaran arus listrik agar

dapat digunakan pada

peralatan elektronik.

50 identitas Unhas
FOTO : IDENTITAS/AGIF Riset

Setiap tahun tarif dasar listrik akan mengalami peningkatan akibat konsumsi listrik yang terus meningkat. Berdasarkan

Keputusan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Nomor 143K/20/MEM/2019 tentang

Rencana Umum Ketenagalistrikan

Nasional Tahun 2019 sampai dengan

2038, ESDM memproyeksikan rata-rata

pertumbuhan kebutuhan energi listrik

nasional mencapai 6,9 persen per tahun.

Seiring meningkatnya populasi manusia, krisis listrik sangat mungkin terjadi.

Ditambah lagi dengan peningkatan harga

bahan bakar dan ketersedian sumber daya fosil untuk pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang

panjang semakin menipis.

Krisis listrik harus menjadi perhatian semua masyarakat dan perlunya alternatif energi lain. Saat ini peralihan menggunakan energi terbarukan masif dilakukan dengan pemasangan panel surya. Panel surya memanfaatkan energi cahaya matahari yang dapat berfungsi di pembangkit listrik dalam skala rumahan.

Panel surya dipasang pada atap rumah dengan menggunakan dudukan panel yang terbuat dari alumunium dan kemudian disambung secara rangkaian seri. Sambungan panel surya tersebut selanjutnya dihubungkan dengan arus listrik yang menghasilkan keluaran Listrik Searah atau disebut Direct Current (DC).

Sedangkan arus listrik yang digunakan pada umumnya di rumah-rumah menggunakan Listrik Bolak-Balik atau

No. 934, Tahun XLVIII, Edisi DESEMBER 2022 51

disebut Alternating Current (AC). Maka untuk mengubah arus DC ke AC dibutuhkan Inverter.

Inverter adalah peralatan elektronik yang mampu mengubah arus DC yang dihasilkan panel surya yang selanjutnya diubah menjadi AC. Perubahan arus listrik DC ke AC dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik rumah, dengan besaran dan frekuensi yang diinginkan.

Dosen Fakultas Teknik, Prof Dr Ing Faizal Arya Samman ST MT menginovasi Inverter dengan teknik menyuplai dari sumber tegangan DC sendiri. Alat yang digunakan yakni sistem Field Programmable Gate Array (FPGA) dan Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM) sehingga tidak memerlukan proses sinkron yang kerap kali bermasalah.

“Teknik yang digunakan untuk memperoleh gelombang AC dari konversi gelombang DC adalah memodulasi lebar sinyal gelombang DC, yaitu dengan sistem SWP (Square Wave Pulse) dan SPWM,” jelas Prof Faizal, Rabu, (30/10).

Adapun untuk memperoleh sinyal gelombang DC atau sinusoidal murni menggunakan filter agar dapat digunakan untuk segala jenis beban listrik. Setelah itu, sinyal direduksi dengan Total Harmonic Distortion (THD) pada distribusi alur yang menghasilkan alur AC.

Biasanya inverter lain cukup lama untuk melakukan konversi arus DC ke AC. Oleh karena itu, Guru Besar Teknik Elektro ini membuat Inverter dengan sistem

lengkap, terdiri dari unit pelacakan titik daya maksimum (MPPT), berbasis Silicon Controlled Rectifier (SCR) penyearah, konverter DC-DC dan pengontrol muatan dan inverter DC-AC yang berguna dalam mempercepat perputaran arus listrik.

Inverter dengan jenis satu frasa ini berbasis mikrokontroler yang dapat mengontrol rangkaian arus. Sistem tersebut dikendalikan oleh unit kontrol yang akan diimplementasikan menggunakan Complex Programmable Logic Device (CPLD) atau FPGA yang mempercepat proses konversi alur.

Alat ini bukan saja dapat mengubah tenaga listrik AC menjadi tegangan listrik DC, tetapi sebaliknya juga. Kemudian dipecah lagi menjadi AC dan frekuensi, sehingga aliran listrik yang digunakan dapat dikontrol sesuai kecepatan yang dikehendaki.

Inovasi penelitian ini berguna mengonversi arus listrik dengan proses sinkron yang lebih mudah

dibandingkan

Inverter lainnya, dan tentunya dapat digunakan pada

skala rumahan. Inverter dapat

DC-AC:

Nampak Mahasiswa Unhas yang sedang mengoperasikan alat inverter DC-AC di Lab Elektronika dan Divais, Fakultas Teknik Unhas, Kamis (1/12).

52 identitas Unhas
FOTO : IDENTITAS/ACHMAD GHIFFARY M.
Riset

mengubah arus listrik DC yang bisa didapatkan dari energi terbarukan dari sel surya, baterai, dan aki yang diubah menjadi arus listrik yang bersifat bolak-balik atau AC. Sehingga dapat digunakan untuk menjalankan berbagai jenis alat elektronik skala rumahan seperti setrika, mesin cuci, kipas angin, dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan alat Inverter maka setiap orang dapat merasakan listrik dengan sangat merata. Apalagi Indonesia dianugerahi potensi energi terbarukan (EBT) yang melimpah. Potensinya mencapai

10 kali lipat dari panas bumi yang mencapai sebesar 207,8 giga watt (GWT). Maka itu, masyarakat dapat beralih menggunakan energi panel surya yang ramah lingkungan ketimbang bahan bakar fosil.

Prof Faizal mengatakan harga Inverter ini sekitar tujuh juta. Namun produk ini belum dikomersilkan, dan hanya bisa diproduksi pada industri skala besar.

Inovasi ini merupakan bagian dari proyek penelitian lanjutan dalam merancang listrik dengan sistem energi terbarukan bernama Solar Electric Controller yang menggabungkan energi panel surya dengan listrik biasa.

Penggunaan Inverter ini diharapkan ke depannya dapat digunakan masyarakat Indonesia. Pemakaian energi listrik dengan lebih bijak dan juga ramah terhadap lingkungan sekitar, energi terbarukan.

Nur Alya Azzahra

Jejak Aturan Birokrasi yang Ditentang Mahasiswa A

turan adalah serangkaian ketentuan, petunjuk, patokan, atau perintah yang dibuat dengan maksud untuk mengatur kehidupan manusia agar tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Universitas Hasanuddin yang merupakan lembaga akademis juga memiliki aturan-aturan untuk mengatur para civitas akademik.

Namun, dari banyaknya aturan yang telah dikeluarkan oleh kampus, baik itu aturan rektor maupun dekan, rupanya masih banyak yang mendapat pertentangan. Hal ini karena dianggap tidak wajar, aneh, atau cenderung mengekang, khususnya bagi mahasiswa.

Melansir berita identitas Unhas 2015, terdapat beberapa aturan yang membuat mahasiswa melakukan aksi protes karena dianggap mengekang lembaga. Salah satunya tercantum

dalam SK Rektor Unhas Nomor 16890/UN4/ KP.49/2012 dan 1595/UN4/05.10/2013

tentang mahasiswa hanya boleh beraktivitas hingga pukul 22.00 Wita.

Pada saat itu terjadi penahanan kunci delapan sekretariat lembaga mahasiswa di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Hal ini membuat Rahmat, selaku nahkoda Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIKP melakukan dialog bersama. Ia menggandeng beberapa ketua lembaga mahasiswa lainnya untuk mengkritisi aturan tersebut. Pasalnya Wakil Dekan (WD) II FIKP Prof Dr Amran Saru ST MSi mengeluarkan surat pernyataan bahwa para ketua lembaga harus menyetujui larangan aktivitas malam.

Hal serupa juga dilakukan oleh Fakultas Ekonomi (FE) perihal larangan aktivitas malam. Andi Reza selaku anggota Divisi Pengkaderan BEM FE saat itu mengatakan larangan ini akan menghambat kinerja lembaga.

“Ketika adanya larangan aktivitas malam, maka kegiatan lembaga mahasiswa akan terhambat,” ujar Reza, Jumat (6/2).

Selaras dengan itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) juga tidak mengindahkan aturan jam malam tersebut. Bagi Ketua UKM Search and Rescue (SAR), Akbar Tahir Maulana, aturan yang ada bertolak belakang dengan operasi SAR.

“Jika larangan ini diterapkan, kami akan susah bila ada operasi karena butuh banyak orang. Kalau hanya sedikit yang di sekretariat

Bundel

FOTO ILUSTRASI : IDENTITAS/MUKRAM

maka akan butuh waktu lagi,” ujar Akbar, Jumat (6/2).

Masih di tahun yang sama, Fakultas Kehutanan turut mengeluarkan aturan jam malam, ditambah mahasiswa dilarang untuk berambut gondrong. Larangan ini jelas saja menuai polemik di kalangan mahasiswa.

Ketua BEM Kehutanan, Mis’al, menyatakan pelarangan gondrong dan jam malam tidaklah menyentuh esensi untuk membentuk mahasiswa.

“Saya sepakat bila dikatakan melemahkan

lembaga, karena itu semua bukan ukuran mahasiswa. Dengan adanya aturan jam malam sangat krusial bagi kegiatan lembaga,” pungkas Mis’al.

Di lain pihak, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr Ir Abd Rasyid J MSi, saat itu menepis keresahan mahasiswa dengan mengatakan kalau aturan tersebut tidak ada dampak negatif yang akan ditimbulkan.

“Tidak ada dampaknya karena aturan ini sudah ada dari dulu. Harusnya sekarang jika kita sudah dewasa, kita lebih cerdas,” tutur Rasyid.

Masih berada di tahun 2015, peraturan yang sangat unik juga pernah ditemukan di Perpustakaan Fakultas Teknik (FT) Unhas Kampus Gowa. Hal ini karena di pintu masuk perpustakaan terpampang jelas aturan yang berbunyi “Mahasiswa berambut gondrong dilarang masuk perpustakaan ini”.

Ketika membaca tulisan tersebut sontak saja membuat mahasiswa keheranan mengingat perpustakaan merupakan fasilitas umum dan aturan itu sangat diskriminatif bagi mahasiswa yang memilih untuk memanjangkan rambutnya.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad N Faydil menyatakan jika banyaknya larangan di FT akan membuat Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas (OKFT UH) bubar.

“Semua hal ditekan birokrasi, hingga kini muncul aturan gondrong, mahasiswa jadi susah berekspresi,” ujar mahasiswa angkatan 2011 itu, Minggu (20/9).

Melihat deretan kejadian tersebut, pihak pembuat kebijakan di lingkungan kampus Unhas seharusnya bisa berkoordinasi dengan mahasiswa dalam membuat suatu aturan. Selain untuk mengontrol civitas akademik, khususnya mahasiswa, juga bijaksana dalam memandang kondisi yang ada. Mahasiswa juga selayaknya patuh akan aturan yang telah terbentuk sebagai upaya menciptakan suasana kampus yang lebih tentram dan nyaman untuk menimba dalamnya pengetahuan.

Unhas dalam

Januari

Pemilihan Rektor Unhas periode 2022-2026

memasuki tahap akhir. Sesuai keputusan Panitia Pemilihan Rektor (P2R) dengan persetujuan MWA, pemilihan Rektor Unhas periode 20222026 akan dilaksanakan pada Kamis, 27 Januari 2022 mendatang. Dikutip dari Sub Direktorat Informasi dan Humas Unhas, menjelang prosesi pemilihan, P2R menggelar penarikan nomor urut bagi tiga calon rektor di Ruang Rapat A, Lantai 4 Gedung Rektorat Unhas, Selasa (25/1).

Februari

Unhas bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Makassar menyelenggarakan vaksinasi Covid 19 untuk dosen dan tenaga pendidik (tendik) di Gedung JK Arenatorium Unhas, Senin - Selasa (14-15/02). Menurut salah satu tenaga medis, Bidan Nasra, untuk vaksinasi kali ini disediakan dua jenis vaksin, yaitu Moderna dan Pfizer.

Maret

Syahrul Yasin Limpo menggelar Orasi Ilmiah dalam rangka mendapatkan gelar Guru Besar Kehormatan Unhas dengan mengangkat judul topik “Hibridisasi Hukum Tata Negara Positivistik dengan Kearifan Lokal dalam Mengurai Kompleksitas Kepemerintahan”. Kegiatan berlangsung di Ruang Senat Lantai 2, Gedung Rektorat Unhas, Kamis, (17/3).

April

Pelantikan Rektor Unhas periode 2022-2026

berlangsung melalui Rapat Paripurna Terbuka

Luar Biasa Majelis Wali Amanat (MWA). Pelantikan bertempat di Baruga Andi Pangerang

Pettarani Unhas, Rabu (27/4). Sekitar pukul

11.00 Wita, secara simbolis kalung tanda jabatan dipasangkan kepada Prof Dr Ir Jamaluddin

Jompa M Sc menggantikan Prof Dr Dwia Aries

Tina Pulubuhu MA yang telah memimpin Unhas selama dua periode.

bingkai identitas

Mei

Pelantikan pengurus Ikatan Keluarga Alumni

(IKA) Unhas periode 2022-2026 dengan

nahkoda baru Andi Amran Sulaiman digelar di GOR Unhas, Sabtu (14/05). Pelantikan ketua

disimbolkan dengan penyerahan bendera dari

Mantan Ketua IKA yang saat ini menjabat sebagai

Dewan Pelindung IKA kepada Ketua Umum IKA.

Juni

Sejak 2004 hingga hari ini, wacana Fakultas

Teknik Unhas (FT) yang akan berdiri menjadi institut teknologi muncul kembali ke permukaan di akhir periode Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu

sebagai Rektor Unhas. Geliat pengembangan FT

Unhas menjadi institut bukan hal baru. Dekan FT periode 2002-2010, Prof Muhammad Saleh Pallu menjadi salah satu inisiator dalam pemekaran

FT Unhas mengatakan bahwa pemekaran ini telah ada sejak masa jabatannya sebagai dekan.

Juli

Beredar informasi melalui WhatsApp tentang

pelecehan seksual yang menimpa mahasiswi

Unhas. Kejadian ini terjadi di Posko Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Tematik Unhas Gelombang 108

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten

Takalar. Ketua Pusat Pengembangan Kuliah

Kerja Nyata (P2KKN), Muhammad Kurnia SPi

MSc PhD meminta Dosen Pendamping KKN (DPK) mempertemukan pelaku dengannya untukdibawa ke konseling untuk diperiksa

kejiwaannya. Pelaku telah diberhentikan sebagai mahasiswa program KKN

Agustus

Unhas menggelar Unhas Day 2022 sebagai bagian dari rangkaian PKKMB. Berlangsung di GOR Unhas, Sabtu (20/8). Tahun ini Unhas Day dilaksanakan secara daring dan luring, berbeda dengan dua tahun kebelakang karna pengaruh Covid-19 sehingga pelaksanaannya dilakukan hanya secara daring. Unhas Day bertujuan memperkenalkan Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) dan lembaga yang ada di Unhas kepada para Mahasiswa Baru (Maba).

September

Unhas menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai distorsi lambang Unhas. Berlangsung di Ruang Rapat B, Lantai 7 Rektorat Unhas, Rabu (14/9). Kegiatan ini dihadiri Razak Djalle selaku adik dari Mustafa Djalle yang membuat logo Unhas. Pada kesempatan itu, ia menuturkan sejarah lambang Unhas sebenarnya disayembarakan sekitar tahun 1956-1957. Razak berharap logo ini segera dipatenkan sebagai rujukan yang dapat diikuti oleh semua orang. Dari FGD tersebut disepakati akan dibentuk tim untuk menyusun pedoman terkait logo Unhas yang nantinya akan dipatenkan.

Oktober

Unhas berhasil menduduki peringkat ke-6 nasional dengan perolehan 12 tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang lolos ke tahap Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) 2022. Unhas mengalami peningkatan yang sebelumnya menduduki peringkat ke-7. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof drg Muhammad Ruslin MKes SpBM(K) mengungkapkan, kenaikan peringkat berkat pengalaman dan peningkatan kualitas.

November

Setelah dua tahun perkuliahan diadakan dalam jaringan dan metode bauran, Unhas akhirnya melaksanakan perkuliahan tatap muka secara penuh. Melalui surat edaran Wakil Rektor

I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan no. 32169/UN4.1.1/PK.01.03/2022 disampaikan bahwa metode ini berlaku pada minggu ke 1216. Metode pembelajaran di semester berikutnya juga akan dilakukan tatap muka secara penuh untuk program vokasi, sarjana, profesi, dan spesialis. Sedangkan, program magister dan doktor akan menggunakan metode bauran.

dalam

DAPUR REDAKSI

Ketua Penyunting (Dr. Ahmad Bahar, ST, M.Si.)

Tahun 1990-an merupakan awal perjalanan Kak Abe mengenal identitas. Secara gamblang ia mengaku bahwa kemampuan menulis di identitas membuat skripsi dan disertasinya tidak banyak dikoreksi pembimbing. Redaktur pelaksana tahun 1996 ini sangat bersyukur karena identitas banyak membantunya dalam menciptakan berbagai tulisan hingga sekarang.

Ketua Penerbitan (Fajar S. Djuanda)

Sebagai angkatan magang 1990-an, Kak Fajar banyak bercerita tentang susahnya menjadi reporter identitas saat itu. Dahulu reporter hanya bisa menggunakan telepon koin untuk menghubungi narasumber adalah yang paling berkesan. Meski demikian, pengalaman ber-identitas membuatnya menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

Redaktur Pelaksana (Risman Amala Fitra)

Pria yang hobi menulis cerita ini mengaku, identitas melatihnya untuk berpikir kritis dan memahami lingkungan. Dalam hal ini, identitas menempanya menjadi pribadi yang mampu melihat perbedaan karakter tiap orang, pandai menempatkan diri pada posisi netral, hingga belajar memandang isu dari sudut pandang berbeda.

Koordinator Liputan (Annur N. F. Denanda)

Aktif ber-identitas membuat Nanda merasakan banyak perubahan positif.

Ia merasa lebih cekatan dalam mengerjakan sesuatu dalam satu waktu.

Kemampuan layouting yang sebelumnya sama sekali tidak dimiliki, ia dapatkan berkat identitas. Perempuan yang juga aktif menulis novel ini juga merasa identitas telah meningkatkan kemampuan menulisnya.

Litbang SDM (Anisa Luthfia Basri)

“Berjalan tanpa arah”, begitulah yang dirasakan Anisa sebelum mengenal identitas. Dulu, perempuan kelahiran Palopo ini selalu bingung dengan minatnya bahkan

tidak pernah berusaha mencari tahu potensinya dimana. Namun, semenjak berada di identitas, ia mulai menemukan hobi dan minatnya lalu mencoba mengembangkannya secara konsisten.

Litbang Data dan Riset (Nur Ainun Afiah)

Sebelum bergabung dengan identitas, Ainun tidak banyak tahu tentang kampus. Namun setelah ber-identitas, ia mengaku banyak memperoleh

informasi seputar Unhas. identitas juga membuat perempuan yang banyak menggeluti bidang fotografer itu berkesempatan mempelajari berbagai bidang keilmuan lain selama peliputan.

Sekretaris Redaksi (Nurul Hikma)

Nuning merasakan kontribusi nyata identitas dalam dirinya. Mahasiswa Agroteknologi tersebut menjadi lebih paham banyak hal tentang dunia kampus, kemampuan menulis dan desainnya lebih meningkat, hingga mampu menyampaikan pendapat dengan baik. Identitas baginya semacam pegangan untuk melanjutkan ke hal-hal baik setelahnya.

Bendahara Redaksi (Friskila Ningrum)

Masalah public speaking ternyata jadi hambatan Friskila sebelum mengenal identitas. Perempuan asal polewali ini dulunya merupakan orang yang tidak berani menyampaikan pendapat dan membuka pembicaraan. Namun seiring berjalannya waktu, kelemahan itu mampu diatasinya, ia juga menjadi lebih peka terhadap isu kampus.

Koordinator Desain (Ivana Febrianty)

“Saya terserang culture shock setelah berada di identitas,” demikianlah perkataan Ivana, reporter sekaligus ilustrator identitas. Sebenarnya ia tidak punya bayangan untuk berkarier dalam dunia kepenulisan. Namun pandemi membuatnya keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal baru, salah satunya menulis di identitas.

Webmaster (Muhammad Alif M.)

Sebelum menjadi reporter, Alif tergolong mahasiswa apatis yang tidak peduli dengan dinamika kampus. Namun setelah bergabung di identitas, mahasiswa angkatan 2019 tersebut menjadi lebih tahu tentang dunia kampus. Ia juga bersyukur karena berkesempatan melakukan wawancara dengan banyak pejabat.

Marketing (Nur Alya Azzahra)

Ber-identitas memang membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Namun bagi Alya, tantangan ini juga sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, seperti ilmu seputar kampus, keterampilan, pengalaman, teman, dan relasi. Identitas berhasil membuatnya keluar dari zona nyaman dan menjadi pribadi yang lebih baru dan lebih baik.

Sekretaris Redaksi (Nurul Hikma)

Koordinator Foto (Oktafialni R)

Mahasiswa Ilmu Ekonomi ini mengaku merasa tekanan hidupnya lebih banyak selama ber-identitas. Perubahan drastis ia rasakan karena tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Namun terlepas dari itu, ia merasa identitas tak hanya jadi tempat menimba ilmu, tapi juga membangun kepekaan sosial.

Redaktur Harian (Winona Vanessa)

Menyelesaikan satu tulisan dengan kemampuan menulis seadanya memang cukup sulit dilakukan. Hal inilah yang dirasakan Winona sebelum beridentitas. Namun setelah menjadi reporter, ia merasa tak bertanggung jawab ketika tidak menyelesaikan penugasan. identitas membuatnya tersadar bahwa tulisan dapat menjadi media yang membuatnya merasa penting.

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.