11
VOLUME
2021
Alunan Doa Gondang Toba Ketika Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi Hurja Siluluton, Upacara Kematian Batak Angkola Eloknya Seni Cadas Prasejarah di Misool ISSN 2406-8063
9
772406
806005
Adat Istiadat
Manuskrip
Ritus
Tradisi Lisan I
2 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Bahasa
Pengetahuan Tradisional
Seni
Olahraga Tradisional
Permainan Tradisional
Teknologi Tradisional
10 Objek Pemajuan Kebudayaan
PENGANTAR
RESTU GUNAWAN Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan
Kata Pengantar Puji syukur alhamdullilah Majalah Indonesiana Volume 10 tahun 2021 bisa hadir didepan para pembaca yang terhormat. Dengan apresiasi dan antusias masyarakat terhadap majalah Indonesiana volume sebelumnya, Tim Redaksi Majalah Indonesiana berusaha memberikan yang terbaik agar majalah ini dapat terbit. Dengan berbagai hambatan dan tantangan yang tetap ada, terlebih di tengah kondisi Indonesia yang masih dilanda pandemi hingga saat ini. Majalah Indonesiana tahun ini terbit dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hadirnya Majalah Indonesiana vol.10 diharapkan dapat menjadi media diplomasi budaya yang mengenalkan serta menyebarluaskan informasi kekayaan budaya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Ragam budaya yang dimiliki bangsa kita salah satunya datang dari desa. Sejak tahun 2020, Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Kebudayaan telah memulai program Desa Pemajuan Kebudayaan. Program ini dilakukan untuk menemukenali kembali potensi yang dimiliki desa, sehingga masyarakat dapat mengembangkan serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan melalui penguatan ekosistem budaya. Paradigma pembangunan berlandaskan kebudayaan memang sudah seharusnya dimulai dari unit terkecil yang ada di Indonesia, yaitu desa. Interaksi budaya yang menyimpan
tatanan nilai kehidupan ini sendiri lahir, tumbuh, dan berkembang secara natural pada masyarakat desa. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan pengaturan desa ialah melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa. Saat ini desa-desa yang ada di dalam negeri masih menyimpan kekayaan budaya lokal yang perlu digali kembali, dilestarikan dan yang terpenting diwariskan ke generasi muda. Setiap desa memiliki cerita sejarah, objek pemajuan kebudayaan, serta cagar budaya yang khas. Namun hal ini tentu sia-sia jika hanya dinikmati dan dilihat, tanpa dikembangkan dan dimanfaatkan. Desa merupakan tatanan kita yang paling kecil. Jika budaya desa maju, maka Indonesia pun akan maju, karena kebudayaan nasional ialah kumpulan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di desa. Berbagai cerita budaya di Nusantara yang telah terekam dan tergambar di Majalah Indonesiana volume 10, menjadi bukti komitmen dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui program yang diampu oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dalam menjalankan misi kebudayaan yang merujuk pada UU Pemajuan Kebudayaan Nomor
5 Tahun 2017. Semoga bacaan ini menjadi inspirasi bagi setiap pembaca, terutama masyarakat Indonesia, untuk terus berkontribusi dalam memajukan kebudayaan, mengapresiasi karya dari berbagai daerah di Indonesia, dan tetap menjaga nyala budaya.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 1
10 11 VOLUME
2021
KILAU BUDAYA INDONESIA
Pengarah HILMAR FARID Direktur Jenderal Kebudayaan Penanggung Jawab RESTU GUNAWAN GUNAWA N Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaa Kebudayaann Koordinator Umum Umum & & Koordinator Pemimpin Redaksi Redaks i Pemimpin BINSAR SIMANULLANG SIMANULLANG BINSAR Redaktur Pelaksana Pelaksana Redaktur SUSI IVVATY IVVATY SUSI Redaktur Naska h Redaktur Naskah MARTIN SURYAJAYA MARTIN SURYAJAYA ALFIAN S. SIAGIAN ALFIAN S. SIAGIAN Redaktur Fot o Redaktur Foto SYEFRI LUWIS SYEFRI LUWIS Tata Letak Tata Letak ZUL LUBIS Fotografer Fotografer JESSIKA NADYA OGESVELTRY JESSIKA YUDHINADYA WISNUOGESVELTRY ARYAND I YUDHI WISNU ARYANDI Sekretariat Sekretariat POKJA PENGEMBANGAN DIREKTORAT PPK POKJA PENGEMBANGAN DIREKTORAT PPK
Salam Redaksi Kampanye kebaikan apa pun rasanya sulit berhasil jika hanya dilakukan satudua kali. Sosialisasi musti dilakukan terus-menerus untuk menjangkau sasaran yang lebih luas, dengan beragam cara. Kesadaran pun lama-lama terbentuk dan tujuan dapat diraih. Tentu dibutuhkan kerja keras untuk itu. Satu kampanye kebaikan yang telah diikat dalam kebijakan dan diwujudkan dalam program kegiatan di Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek adalah desa pemajuan kebudayaan, yang bekerjasama dengan kementerian terkait. Sandaran hukumnya jelas, satu di antaranya adalah UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Di dalam Pasal 4 disebutkan, salah satu tujuan pengaturan desa adalah melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa. Konsekuensinya kemudian, perkembangan kebudayaan tak bisa dipisahkan dari perkembangan masyarakatnya. Mewujudkan desa yang berkemajuan kebudayaan berarti juga menjadikan desa sejahtera. Sebab, desa yang miskin ekonomi dan miskin perubahan sama belaka dengan miskin budaya. Desa yang sejahtera budaya berarti memiliki serta menerapkan nilai moral, nilai ekonomi, nilai seni, dan nilai sains. Demi terus menggaungkan kampanye mengenai desa dan pembangunan desa, Indonesiana Volume 11 masih menurunkan topik utama desa pemajuan kebudayaan, melanjutkan edisi sebelumnya. Cerita desa-desa yang sebagian mendapat fasilitasi dari Ditjen Kebudayaan sangat menginspirasi dan dapat menjadi contoh bagaimana masyarakat memajukan desanya. Desa-desa tersebut pada dasarnya memang telah mengupayakan pemajuan kebudayaannya sendiri, seperti Desa Paya Dedep di Aceh Tengah. Di Paya Dedep, akulturasi budaya Jawa dan Gayo terbuhul secara natural nyaris tanpa gesekan, sejak tahun 80-an ketika Orde Baru menggulirkan program transmigrasi. Desa Hendea di Buton
Kementerian Kementerian Pendidikan, Pendidikan, Kebudayaan, Kebudayaan, Riset, Riset, Indonesiaa dan Teknologi Republik Indonesi Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung Lt. 9, 9, Gedung E. E. Lt. Jl. Jl. Jenderal Jenderal Sudirman Sudirman Kav. Kav. 4-5 4-5 Senayan, Jakarta 10270 (021) 5725534
Sulawesi Tenggara memiliki tradisi ma’a ta’a yang masih dilakukan hingga saat ini, membuat hubungan antarwarga terjalin penuh kekeluargaan. Gotong-royong tidak sekadar kata-kata. Kampung Pitu di Desa Nglanggeran Gunung Kidul DI Yogyakarta juga punya cerita bagaimana berswasembada pangan. Berbagai program direktorat juga terekam dengan cukup detail. Ambil
(021) 5725534
contoh zonasi di kawasan percandian Dieng Jawa Tengah sebagai satu upaya
indonesiana.diversity@gmail.com
perlindungan cagar budaya. Rubrik-rubrik menarik terkait objek pemajuan
http://kebudayaan.kemdikbud.go.i d http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
kebudayaan rasanya akan menambah kecintaan kita pada negeri ini, betapa
Majalah Indonesiana bertujuan untuk promosi promosi budaya budaya Indonesia, Indonesia, dan dan tidak tidak diperjualbelikan. diperjualbelikan. untuk Komentar Komentar atas atas artikel, artikel, foto foto dan dan lain-lain lain-lain ditujukan ditujukan kepada: kepada: indonesiana.diversity@gmail.co m indonesiana.diversity@gmail.com
kekayaan dan keragaman budaya itu mampu menyeruakkan rasa-rasa terkecil dalam hati. Kita bangga, maka kita jaga. Ada tradisi lisan sawakka di Talaud, carita pantun Sunda, tari serampang duabelas yang kini kritis, hingga wastra gringsing Bali yang penuh simbol dan makna. Rubrik figur menampilkan maestro
Sampul depan: depan: Gaya bertenaga buruhsang pabrik genteng-Jatisura . Sampul Senyum bahagia oppung Denison (foto: Pandu Rahadian )
Sampul belakang : Kerangka di Penguburan Terbuka Daerah Keramat Sampul belakang: PenariPelindungan Caci dan kain Songke. di Misool - Dit. PCBM (Direktorat Cagar Budaya dan (foto: Dodi Sandradi) Permuseuman)
II
INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 222 INDONESIANA INDONESIANA VOL. 10, 2021
Umbu Landu Paranggi (in memoriam) sebagai catatan dan kenangan akan peran besarnya dalam jagat kesusasteraan Indonesia. Selamat membaca… Pemimpin Redaksi
SAMBUTAN
HILMAR FARID Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya tradisional yang tak terhitung jumlahnya. Kekayaan budaya tersebut kini dihadapkan pada kenyataan zaman yang ditandai dengan hubungan salingpengaruh antar budaya Indonesia sendiri dan budaya-budaya yang datang dari luar. Apabila tidak dikelola dengan baik, kekayaan budaya Indonesia bisa merosot dan lenyap satu per satu digantikan dengan budaya-budaya baru yang muncul dari interaksi global. Pada dirinya, globalisasi bukanlah gejala yang negatif. Globalisasi turut memperkaya kekayaan budaya bangsa. Akan tetapi, hal itu hanya akan terjadi apabila dilakukan usaha terus-menerus untuk mengelola kekayaan budaya yang telah menjadi bagian dari kepribadian bangsa sehingga pengaruh yang datang dari luar dapat diserap dengan baik. Undang-Undang No. 5 / 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan telah menggariskan pokok pendekatan yang mesti diambil dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia. UndangUndang tersebut mendaftar sepuluh kategori objek budaya: (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional, (7) seni, (8) bahasa, (9) permainan rakyat dan (10) olahraga tradisional. Sepuluh kategori objek budaya tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang wajib dimajukan melalui upaya pelindungan,
pengembangan, pemanfaatan atas objek-objek itu serta pembinaan atas tenaga manusia yang mengelolanya. Kehidupan masyarakat modern tidak pernah lepas dari jejak pengaruh budaya tradisi. Cara berpikir dan tata perilaku manusia modern dilatarbelakangi oleh sistem nilai yang hidup dalam masyarakat tradisional. Tanpa latar belakang budaya tradisi itu, kita akan hilang tak tentu arah dalam pergaulan hidup global dan tak memberikan dampak apa-apa kepada peradaban dunia. Oleh karenanya, kita perlu senantiasa memberikan perhatian pada suara-suara yang datang dari budaya tradisi untuk membimbing kita berperilaku baik, dengan kepribadian budaya yang kuat, dan atas dasar itu ikut mempengaruhi peradaban dunia. Semua ini hanya akan terjadi apabila sumber-sumber rujukan budaya tradisi dijadikan inti dari kehidupan bersama kita sebagai masyarakat. Salah satu sumber rujukan budaya itu adalah warisan budaya. Dalam proses pembentukan jatidiri dan kepribadian, warisan budaya memainkan peranan penting sebagai rujukan kebudayaan masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan budaya adalah rekaman tonggak-tonggak penting perjalanan kebudayaan yang menjadi sumber inspirasi bagi praktik bersama di masa kini. Berinteraksi dengan warisan
budaya, karenanya, bukan hanya berarti berinteraksi dengan masa lalu, tetapi juga mengenali kembali siapa sejatinya diri kita hari ini. Sebagai buah cipta, rasa dan karsa manusia, warisan budaya juga sebuah wahana tempat kita belajar dari pengalaman masyarakat yang hidup di waktu dan tempat yang lain. Dengan begitu, warisan budaya bukan hanya rujukan eksklusif suatu masyarakat saja, tetapi bersifat universal dan bermanfaat bagi segenap umat manusia. Di situlah apresiasi terhadap warisan budaya menjadi apresiasi terhadap keanekaragaman budaya umat manusia. Untuk itu, saya menyambut baik penerbitan Majalah Indonesiana Volume 11 yang mengangkat kekayaan warisan budaya bangsa dengan menggali kembali berbagai inspirasi dari desa, kaum muda, praktik budaya maritim, serta aneka ekspresi budaya lokal. Semoga lewat bacaan ini, kita semua dapat semakin teguh dalam memilih jalan pemajuan kebudayaan yang akan mengantarkan Indonesia ke visi pemajuan kebudayaan 20 tahun ke depan: “Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan, mendamaikan dan menyejahterakan.”
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 3
DA F TA R I S I SAMBUTAN
RUBRIK PEMAJUAN KEBUDAYAAN
1
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan
ADAT ISTIADAT
3
Direktur Jenderal Kebudayaan
44
TRADISI LISAN
TOPIK UTAMA 6
Akulturasi Melintas Batas di Desa Paya Dedep
10
Pesta “Ma’a Ta’a”, Sukacita Warga Hendea
14
Potensi Seni Songah Desa Citengah
18
Menangkap Embun di Kampung Pitu
24
Komik Strip: Cerita Keharmonisan dari Tenganan
PERISTIWA
I
26
Ketika Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi
30
Alunan Doa Gondang Toba
34
Pentingnya Zonasi di Percandian Dieng
38
Pemugaran Tetap Berjalan di Candi Prambanan
42
Data museum
4 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Hurja Siluluton, Upacara Kematian Batak Angkola
44
Sawakka, Berkebun dan Bersyukur di Talaud
WASTRA 54
Gringsing, Menenun Keseimbangan
JALUR REMPAH 58
Jejaring Perdagangan Rempah di Teluk Tomini
KULINER 62
Kuah Rempah Meruah dalam Semangkuk Coto
RITUAL 66
Sanggring lamongan, Memelihara Lingkungan
SASTRA
SENI PERTUNJUKAN 70
Serampang Duabelas, Riwayatmu Dulu Kisahmu Kini
90
FILM
JALUR REMPAH 74
Perpeduur, Semahal Lada Putih Bangsa
94
Eloknya Seni Cadas Prasejarah di Misool
MANUSKRIP 82
Khasiat Kapur Barus dalam Manuskrip Nusantara
Mengembalikan FFI Menjadi Milik Masyarakat
MUSEUM
CAGAR BUDAYA 78
Menanti Lagi Pendokumentasi “Carita Pantun” Sunda
98
Memori Korespondensi: “Kring Kring Pos…. “
FIGUR 102 Umbu Landu Paranggi: Guru yang Berumah di atas Angin
ARSITEKTUR 86
Memaknai Jakarta sebagai Ruang Simbolik
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 5
TOPIK UTAMA
Mungkin sebagian dari kita belum tahu bahwa di Aceh, khususnya di tanah Gayo, budaya Jawa hidup dan bertahan sebagaimana di tempat asalnya, dan makin kaya setelah mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Beberapa kabupaten menjadi kantung-kantung pemukiman komunitas Jawa, seperti Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Singkil. Sebagian dari mereka sudah menetap sejak masa kolonial, yang didatangkan untuk bekerja di perkebunan milik orang-orang Eropa. Sebagian datang pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dan sebagian lain mengikuti program transmigrasi di era Presiden Soeharto tahun 1982.
Akulturasi Melintas Batas di Desa Paya Dedep
Melintas batas dalam budaya Zullubis
I
6 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Kopi untuk tiap generasi Zullubis
Akulturasi lewat cinta Zullubis
D
esa Paya Dedep di Kecamatan
Dieng terkenal dengan kentangnya, Paya
Jagong Jeget, Kabupaten Aceh
Dedep kondang dengan kopinya.
Tengah merupakan satu desa
yang muncul dan berkembang karena
Kopi memang komoditi unggulan dataran
adanya program transmigrasi. Sebelum
tinggi Gayo, dari Kabupaten Bener
dimekarkan, desa ini menjadi bagian
Meriah, Aceh Tengah, hingga ke Gayo
dari Desa Paya Tungel, satu dari 7 Unit
Lues. Kalau menurut Q Grader, kopi gayo
Penempatan Transmigrasi (UPT) yang
memiliki karakter aroma dan cita rasa
ada di Kabupaten Aceh Tengah. Secara
yang khas. Kualitas bijinya sangat sesuai
geografis, Desa Paya Dedep terletak di
untuk beragam pemrosesan, terutama
kawasan pegunungan dengan ketinggian
fermentasi natural. Selain itu, kadar
sekitar 1600 mdpl. Hawa sangat dingin.
keasamannya juga rendah, sehingga
Kalau kita lihat dari aplikasi Accuweather,
kopi gayo relatif aman dikonsumsi oleh
suhu udara pada pukul 11.00 hanya 19
orang-orang dengan masalah lambung.
derajat celcius di cuaca normal. Pukul
Beragam sayur dan buah seperti jeruk
3.00 dini hari, suhunya bisa di bawah 0
dan pepaya juga tumbuh bagus.
derajat. Kalau di Jawa, suhunya kira-kira
Usia komunitas Jawa di Paya Dedep
sama seperti di dataran tinggi Dieng. Suasananya saja yang berbeda. Kalau
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 7
memang masih terbilang muda, yakni
Warga Paya Dedep memiliki ikatan kuat
sebab ikatan yang dibangun melampaui
sekitar 40-an tahun atau dua generasi
satu sama lain, yang bahkan melebihi
berbagai perbedaan identitas kultural
kelahiran, setelah kedatangan pertama.
hubungan darah. Ikatan ini lahir dari
seperti suku dan bahkan agama. Ikatan
Kenangan akan tempat asal masih
sejarah yang panjang tentang cerita
ini juga yang kemudian memunculkan
melekat dengan kuat, dan masih memiliki
senasib dan sepenanggungan, ketika
istilah sedulur sak kampung bagi orang-
keterikatan emosional dengan tempat
mereka datang di kapal yang sama,
orang Gayo dan orang dari suku lain yang
asal, atau istilahnya belum paten obor.
merasakan pahitnya membuka lahan
tinggal bersama mereka.
dengan hanya bermodalkan tenaga
Saat ini, komunitas Jawa di Tanah Gayo
Adaptatif, Ramah, dan Terbuka
dan alat seadanya, hingga menjalani
menguasai sedikitnya dua bahasa
Sama seperti komunitas Jawa lain yang
kehidupan sesudahnya. Semua itu
daerah, yakni bahasa Jawa sebagai
ada di tanah Gayo, komunitas Jawa di
mengakibatkan terbangunnya ikatan
bahasa ibu serta bahasa Gayo sebagai
Paya Dedep selalu menunjukkan sikap
kelompok dengan tingkat kohesi sosial
bahasa pasar (lingua franca). Bahkan tidak
terbuka kepada orang lain. Mereka
yang sangat kuat, yang oleh sosiolog Selo
sedikit yang menguasai bahasa Aceh dan
sudah terbiasa melihat orang luar yang
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
bahasa Jamee. Bahasa-bahasa tersebut
datang berkunjung. Senyum mereka
disebut paguyuban.
mereka kuasai untuk dapat berbaur
memberikan rasa hangat di dalam hati,
dengan masyarakat setempat, khususnya
dan menjadi selimut di tengah suhu
Paguyuban yang terbentuk tidak hanya
terkait dengan kegiatan jual-beli yang
dingin yang menusuk hingga ke tulang.
sebatas pada komunitas Jawa saja, tetapi
menjangkau sampai ke luar kabupaten
Sungguh kesan yang luar biasa, padahal
juga dengan suku lain termasuk orang
dan provinsi. Bahasa setempat juga
desa ini bukan termasuk kawasan
Gayo sebagai penduduk asli. Merujuk
dipakai untuk menghormati kebudayaan
pariwisata. Disadari atau tidak, sikap
Ferdinand Tonnies, model paguyuban
yang lebih dulu ada. Misalnya, jika
ramah dan terbuka ini sebenarnya adalah
seperti ini disebut gemeinschaft by place,
mereka sedang berkumpul dan kebetulan
modal dasar sumber daya manusia ideal,
atau paguyuban yang muncul karena
di antara mereka ada orang Gayo,
yang jika diramu dengan keindahan
orang-orang tinggal berdekatan di suatu
mereka akan berbicara dengan bahasa
alam akan menjadikan Desa Paya Dedep
daerah. Maknanya jauh lebih dalam dari
Gayo. Penggunaan bahasa ini mungkin
sebagai kawasan ekowisata berbasis
ikatan kelompok berdasarkan hubungan
terlihat sederhana, tetapi inilah bentuk
budaya.
kekerabatan (gemeinschaft by blood),
sikap toleransi yang ada pada komunitas Jawa di Paya Dedep.
Dentum melintas batas Zullubis
I
8 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Kopi, persembahan untuk negeri Zullubis
Seni bagi kekayaan jiwa Zullubis
Akulturasi dan Kawin Campur
simbolisme keharmonisan antara dua
sebagaimana lazimnya tradisi yang
Dalam konsep antropologi, setiap
kultur yang berbeda. Kondisi ini menjadi
berlaku di Aceh Tengah. Begitu juga
kebudayaan yang tinggal berdekatan
gambaran ideal tentang bagaimana
dengan resepsi, para pengantin biasanya
selama kurun waktu tertentu akan
seharusnya kita hidup berdampingan
akan berganti pakaian sesuai dengan
memicu terjadinya proses akulturasi.
dalam perbedaan.
adat masing-masing sebagai simbol
Secara sederhana, akulturasi ini adalah
bahwa mereka telah mengikat janji
situasi ketika kebudayaan yang satu
Akulturasi budaya yang terjadi pada
hidup di bawah dua nilai yang berbeda.
mempelajari satu atau beberapa unsur
komunitas Jawa di Paya Dedep ini
Tak lupa, gagar mayang menjadi saksi
kebudayaan lain dan menjadikannya
merupakan bukti bahwa setiap manusia
bersatunya dua sejoli yang berbeda suku
bagian dari kebudayaannya. Unsur
memiliki kemampuan resiliensi yang
bangsa.
kebudayaan yang dimaksud bisa
membuat mereka mudah beradaptasi
dalam bentuk tradisi, bahasa, sistem
dengan lingkungan. Strategi resiliensi
Kawin campur ini menghasilkan generasi
kemasyarakatan, pengetahuan, ritus,
yang mereka lakukan sebenarnya cukup
baru yang oleh Prof. Usman Pelly
religi, serta kesenian. Di desa Paya
sederhana, yakni dengan memegang
disebut sebagai generasi hibrida (hybrid
Dedep, akulturasi antara kebudayaan
peribahasa “di mana bumi dipijak di situ
generation). Generasi hibrida adalah kunci
Jawa dengan Gayo yang telah hidup
langit dijunjung”. Terbukti, tidak ada
untuk mewujudkan masyarakat yang
berdampingan untuk waktu yang lama.
konflik yang terdengar di antara mereka
lebih terintegrasi, sebab mereka adalah
Dalam sebuah film pendek berjudul
sejak tahun 1982.
hasil dari proses akulturasi budaya dalam
“Jangin” yang dirilis oleh komunitas anak
bentuk yang nyata. Perbedaan identitas
muda bernama Etnis Mountain Signature
Dari berbagai proses peleburan di Paya
tidak hanya hidup di sekitar mereka,
(EMS), diilustrasikan bahwa akulturasi
Dedep, kawin campur adalah satu hal
tetapi juga mengalir di dalam darahnya.
terjadi dalam wadah seni hingga
yang unik. Kawin campur itu biasanya
Mereka bukan orang Jawa, bukan pula
melampaui batasan kultural yang ada.
terjadi antara orang Jawa dengan suku
orang Gayo, tetapi mereka bisa menjadi
Pada salah satu cuplikan film, anak-anak
Gayo, namun ada pula orang Jawa yang
Jawa dan Gayo. Oleh karena itu, mereka
keturunan Jawa menari guel dan anak-
kawin dengan orang dari suku lain karena
mampu memahami setiap perbedaan
anak Gayo memainkan kesenian reog.
merantau lalu kembali ke Paya Dedep.
sehingga meminimalisir potensi konflik.
Klimaksnya adalah, reog dan guel menari
Dalam kawin campur itu, akulturasi
(Dharma Kelana Putra, BPNB Aceh)
dalam satu panggung dilatarbelakangi
terjadi dengan sangat intens. Misalnya
oleh bentang alam yang indah sebagai
ketika akad nikah, kedua pasangan biasanya mengenakan kerawang Gayo
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 9
TOPIK UTAMA
“Ma’a Ta’a” Sukacita Warga Hendea
Ma’a ta’a merupakan tradisi masyarakat Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang dalam bahasa suku Cia-cia berarti acara makan bersama. Seiring waktu, ma’a ta’a lebih dikenal sebagai nama pesta kampung. Acaranya memang makan-makan. Tiap rumah menyiapkan makanan dan kue-kue yang dihidangkan untuk sanak saudara, kerabat, dan tamu yang datang bertandang. Adapun puncak acara makan bersama diselenggarakan di baruga (galampa). Tradisi ma’a ta’a juga menjadi ajang pertemuan bagi warga yang memiliki sanak keluarga di daerah rantau.
I
10 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 10
Ma’a ta’a digelar setahun sekali oleh masyarakat Desa Hendea, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara secara turun-temurun dan tetap lestari hingga kini. Secara geografis, Desa Hendea di Kabupaten Buton Selatan berada di daerah pegunungan yang cocok untuk lahan pertanian dengan jumlah penduduk 2.017 jiwa pada tahun 2019. Biasanya ma’a ta’a dilaksanakan seusai panen padi atau hasil bumi, seperti lazimnya ritual-ritual masyarakat agraris. Victor Turner berpandangan bahwa ritual dalam sudut pandang antropologi merupakan salah satu bentuk drama sosial yang menampilkan peran-peran simbolik. Melalui drama sosial itu, berbagai segi kehidupan masyarakat dipertunjukkan untuk ditanggapi bersama (The Forest of Symbols, Aspects
Of Ndembu Ritual, 1987, halaman 32-33).
Ma’a Ta’a untuk Cia-cia -
Secara spesifik di dalam ritual peralihan atau the rites of passages terjadi proses pengolahan batin yang menyebabkan manusia mampu keluar dari berbagai konflik akibat adanya perubahanperubahan yang dihadapi manusia dalam hidupnya (halaman 94). Pesta adat ma’a ta’a atau mata’a (bersenang-senang) dilakukan sebagai rasa syukur karena masa panen musim timur dan musim barat telah berhasil dilalui dengan baik. Pesta adat ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu, yang dimulai atas izin dan kebijakan Sultan Buton saat itu. Makanan dan minuman yang disajikan dalam ritual adat ini merupakan wujud terima kasih kepada Yang Maha Kuasa (Suku Cia-cia Gelar Pesta Adat Mata’a, 2010, kompas.com).
I
VOL.11, 11,2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 11 11 VOL.
Bersuka cita dalam rasa
Beberapa Tahapan Ritual
para tokoh masyarakat dari kaum laki laki
suap makanan berupa ketupat besar
Puncak acara tradisi ma’a ta’a dihelat
(sarano anamhane). Nduano ganda adalah
(kauru), yang diiringi dengan doa. Para
selama tiga hari dengan berbagai
pertanda bahwa acara puncak ma’a ta’a
tetua adat lalu saling berbalas syair
tahapan pelaksanaannya. Tahapan
akan dimulai empat hari kemudian.
dengan kalimat-kalimat nasihat atau
pertama adalah to oano ma’a ta’a atau
Tahapan ketiga adalah tampoano api
ajakan kepada seluruh masyarakat
musyawarah penentuan hari baik yang
yang bermakna bakar dupa. Proses ini
untuk saling berbagi dan menghargai,
dipimpin oleh pemangku adat dan
dilaksanakan oleh tetua adat di (baruga)
menghormati, dan menjaga tali
dihadiri oleh masyarakat di galampa
atau galampa, dengan membakar dupa
silaturahim demi kokohnya tali
(baruga). Dalam tahapan ini, setelah ada
sembari membacakan doa kepada
persaudaraan.
kesepakatan dalam musyawarah adat,
arwah para leluhur yang telah gugur.
maka acara ma’a ta’a diputuskan dua
Masyarakat yang keluarganya telah
Acara puncak ma’a ta’a yang dinanti pun
belas hari kemudian (dikutip dari laman
meninggal juga melakukan ritual bakar
tiba. Karamea a’alono atau pesta sehari
desabudaya.kemdikbud.go.id, diakses
dupa dan berziarah ke makam orang tua
semalam pada pukul 08:00 pagi hingga
Agustus 2021).
atau anggota keluarga lain pada sore hari.
05:30 pagi berikutnya. Ritual itu diawali
Setelah proses ziarah selesai, masing-
dengan pipalikiano bicubitara, yakni
Tahap berikutnya adalah nduano ganda
masing silsilah keluarga berkumpul di
pengumpulan hasil panen yang digantung
atau dalam Bahasa Indonesia diartikan
rumah saudara tertua perempuan
di tiap-tiap rumah warga, seperti ubi
tabuh atau membunyikan kendang.
dengan membawa talang berisi makanan
kayu, jagung, kacang tanah, kelapa, dan
Instrumen yang digunakan dalam
untuk melakukan baca doa dan makan
tanaman lainnya. Pipalikiano bicubitara
acara ini adalah kendang yang disebut
bersama. Ritual ini bertujuan agar
tersebut hanya dilakukan oleh pemuda
lakanterega, satu alat musik tradisional
masyarakat tetap mengingat anggota-
(sarano anamhane). Setelah itu, seluruh
yang terbuat dari kayu dan kulit kambing
anggota keluarga yang telah meninggal.
sarano anamhane diarahkan kembali ke
yang berdiameter 50 cm. Acara tabuh
I
galampa untuk melakukan bongka barata.
kendang itu dilakukan pada malam hari di
Seusai bakar dupa, acara selanjutnya
rumah adat (galampa) yang dihadiri oleh
adalah posambua. Tokoh-tokoh adat
Pelaksanaan acara bongka barata diawali
pemangku adat (mancuana popa’ano) dan
duduk saling berhadapan lalu saling
dengan mengelilingi halaman galampa
12 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Tua muda turut berpesta
Segala unsur masyarakat dalam Ma’a Ta’a
dalam mempererat kekeluargaan.
tiga kali oleh seorang tetua adat sebagai
Mempererat Tali Kekeluargaan
pembuka acara pangencei atau mangaru,
Bagi suku Cia-cia, ritual ma’a ta’a
pilinda atau tari linda, dan manca atau
menunjukkan pentingnya menjaga
pencak silat. Kegiatan menari linda
silaturahim untuk mengikat erat tali
dan pencak silat ini terus dilakukan
kekeluargaan demi terciptanya persatuan.
secara bergantian oleh seluruh lapisan
Dengan penuh semangat dan doa-doa
masyarakat mulai anak-anak, remaja,
para tetua, tanpa pantang menyerah dan
dewasa, dan orang tua dengan iringan
harapan besar untuk kembali bertandang
gendang lakanterega sampai esok pagi.
ke kampung halaman, seluruh aktvifitas
Terakhir adalah kalepa, yakni cara
masyarakat kembali seperti biasanya.
penyuguhan makanan di atas talang
Petani kembali bergelut dengan
sekaligus baca doa bersama yang
tanamannya, perantau kembali angkat
dipimpin oleh pemangku adat sebagai
jangkar mengarungi samudera, polisi
wujud syukur atas berhasilnya pesta
dan tentara telah bersiap berjaga-
panen dalam setahun. Pelaksanaan
jaga, dan para guru kembali teguh
acara ini hanya dihadiri orang tua (kepala
ke sekolah. Budaya ma’a ta’a ini
keluarga) di galampa yang terdiri dari
sudah menjadi warisan tertua dari para
bebagai macam profesi. Baca doa ini
leluhur yang tetap dijaga dan dilestarikan
bertujuan untuk menjaga keselamatan
oleh warga Desa Hendea.
leluhur dan antarwarga. Semua indera
dan semua warga ketika mencari nafkah
Budaya ma’a ta’a merupakan media
M. Hum, Peneliti Sejarah dan Dosen
baik itu di kampung atau di perantauan.
komunikasi yang efektif bagi suku Cia-
Setelah baca doa dan makan bersama,
cia untuk menjembatani komunikasi
mereka pun saling bersalaman, menandai
antarwarga lintas generasi, terutama
para petani, pedagang, polisi, tentara,
Kebudayaan ini sekaligus menjadi media yang efektif digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak luas sebagaimana definisi media dalam pandangan Harfield Cangara (Pengantar Ilmu Komunikasi, 1998: halaman 119). Media juga merupakan perpanjangan indera manusia, mengutip Marshal Macluhan dalam Dedi Kurnia Syah Putra (Media dan Politik, Menemukan Relasi antara Dimensi Simbiosis Mutualisme, Media dan Politik, 2012: halaman 2). Definisi media tersebut cocok untuk menggambarkan budaya ma’a ta’a sebagai medium komunikasi kepada terlibat. (Faishal Hilmy Maulida, BINUS University Malang)
pungkasnya pesta adat ma’a ta’a.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 13
TOPIK UTAMA
Songah dari Citengah Alip Purnomo
Seni Songah di
Desa Citengah P
andemi Covid-19 yang menjangkiti dunia, termasuk Indonesia, telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan dan berdampak terhadap kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Satu sektor yang sangat terdampak adalah pariwisata, khususnya desadesa wisata. Survei yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute pada April 2020 menunjukan bahwa desa-desa wisata yang
menjadi responden telah menutup kegiatan wisatanya. Pada Maret 2020, 49% desa wisata hilang potensi pendapatan sekitar 25 juta rupiah; 35,1% berpotensi hilang pendapatan antara 25 juta rupiah hingga 100 juta rupiah; dan 15,5% berpotensi hilang pendapatan lebih dari 100 juta rupiah.
I
14 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bertujuan untuk menstabilkan sistem keuangan dan memberikan instrumen baru untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian desa. Pada 2021, dana desa dimanfaatkan terutama untuk pemulihan ekonomi di masa pandemi dengan menyasar tiga aspek, satu di antaranya pengembangan desa wisata. Berdasarkan data Asosiasi Desa Wisata Indonesia, saat ini terdapat 1.302 desa Tarawangsaxsongah-
wisata di Indonesia. Enam peringkat
Direktorat Jenderal
teratas: 138 desa wisata di Jawa Barat,
Kebudayaan
132 desa di Jawa Tengah, 114 desa di Jawa Timur, 92 desa di Nusa Tenggara Timur, 87 desa di Sumatera Utara, dan
Songah membawa bungah -
57 desa di DI Yogyakarta. Kemenparekraf
Alip Purnomo
menargetkan 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024. Desa wisata juga memayungi usaha mikro dan kecil. Kemampuan desa wisata dalam menyerap tenaga kerja tidak bisa dipandang sebelah mata. Secara nasional, 63.350.222 unit usaha mikro mampu menyerap 107.376.540 tenaga kerja. Adapun 783.132 unit usaha skala kecil mampu menyerap sekitar 5.831.256 tenaga kerja. Potensi ini diharapkan mampu mestimulasi bangkitnya ekonomi masyarakat yang berbasis pedesaan. Bupati Sumedang dalam pertemuan dengan 11 kepala daerah dan Menteri Parekraf pada Maret 2021 menyampaikan, saat ini sedang dikembangkan tur virtual 360 derajat. Tur virtual itu diharapkan mampu memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi tujuan wisata, satu di antaranya di Desa Citengah,
Dari Hutan Pinus hingga Curug
dengan ketinggian kurang lebih 501-1000
Desa Citengah berada di Kecamatan
mdpl. Desa ini memiliki luas wilayah
Sumedang Selatan, Kabupaten
3.406 hektare atau 30,61% dari total luas
Sumedang, Jawa Barat. Secara topografis,
Kecamatan Sumedang Selatan. Desa
Desa Citengah berada di lereng gunung
Citengah merupakan desa yang subur, memiliki banyak sumber mata air, dan
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 15
Songsong Kendang Direktorat Jenderal Kebudayaan
dan dikelilingi oleh beberapa sungai,
membangun terminal yang juga akan
mampu mengeluarkan suara dengan
seperti Sungai Cihonje, Sungai Citengah,
dikembangkan untuk wisata air, karena
frekuensi rendah, mirip dengan gong bas.
dan Sungai Citundun.
posisinya berdekatan dengan Sungai
Keberadaan songah juga menunjukan
Cihonje.
bagaimana masyarakat sekitar
Desa Citengah memiliki pemandangan alam yang memesona. Hutan pinus, air
Sektor pariwisata di Desa Citengah
terjun, perkebunan teh Margawindu,
berkontribusi pada Pendapatan Asli
situs sejarah, dan pemandangan sungai,
Desa (PAD). Di 2021, PAD Desa Citengah
merupakan objek pariwisata andalan
menyumbang 7,3 persen terhadap
Kabupaten Sumedang. Akses menuju ke
APBDes yang berjumlah kurang lebih
Desa Citengah relatif mudah dijangkau.
1,5 milyar rupiah. Di tengah pandemi
Terdapat pula 23 curug yang belum ditata
dan lesunya sektor pariwisata, angka ini
dan dikelola dengan baik.
tentunya dapat meningkatkan optimisme
Selain oleh sektor swasta, pariwisata di Desa Citengah juga dikelola oleh Badan
di masa yang akan datang.
Usaha Milik Desa (BUMDes), yang kini
Kesenian Songah
tengah mengembangkan pengelolaan
Kesenian tradisonal merupakan satu
jasa parkir wisata serta pengamanan
potensi yang bisa dikembangkan sebagai
kebun teh dan getah pinus. Hingga kini,
daya tarik pariwisata. Seni tradisional
BUMDes Karya Mukti sudah mampu
memiliki kekuatan yang disyaratkan
menghasilkan hingga 30 juta rupiah.
dalam produk pariwisata, yaitu keunikan,
Walaupun bukan angka yang fantastis,
otentisitas, originalitas dan diversitas.
tetapi ini merupakan modal dan
Desa Citengah memiliki seni khas itu,
sekaligus optimisme, bahwa pengelolaan
songah atau songsong Citengah.
pariwisata desa bisa terus berkembang serta dijadikan fokus usaha. Saat ini, pemerintah desa berupaya untuk
I
terhadap pengembangan pariwisata desa
16 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Songah merupakan alat musik yang terbuat dari bambu tamiang. Songah
berinteraksi dengan alam mereka dan secara kreatif menggunakan sumber daya yang ada di sekitar mereka untuk digunakan sebagai alat berkesenian. Keberadaan bambu di Desa Citengah cukup melimpah. Selain untuk berkesenian, bambu juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membangun rumah, alat masak dan sebagainya. Songah berasal dari kata songsong yang merupakan alat yang digunakan untuk meniup hawu (tungku untuk memasak) dan ngah yang menunjukan identitas wilayah, yaitu Desa Citengah. Songsong biasanya dimainkan bersama alat musik tradisional lainnya seperti suling dan kecapi. Perpaduan antara songah dan alat musik tradisional lainnya membawa pendengar masuk dalam pengalaman spiritual yang unik.
Songah seringkali dimainkan pada saat
Desa Citengah, serta tokoh-tokoh penting
juga dukungan pemerintah kabupaten
kegiatan hajat lembur, tradisi syukur
kerajaan Sumedang.
yang sudah mulai mempromosikan
dengan cara merawat alam yang di dalamnya terdiri dari berbagai kegiatan lain yakni ruwat jagat, pentas seni, dan ziarah karuhun. Songah bahkan ditampilkan dalam acara pembukaan Paragliding World Championship di Kabupaten Sumedang tahun 2019. Songsong juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan Pesta Rakyat tahun 2014.
Peluang Pascapandemi Sejumlah ahli memprediksi adanya
tujuan wisata mereka melalui program tur virtual.
perubahan tren berwisata pasca
Peran pemerintah pusat diharapkan
pandemi. Masyarakat akan lebih memilih
mampu mendorong wisata desa dengan
tujuan wisata yang berbasis alam,
berbagai program, misalnya upaya
pedesaan dan memiliki ciri khas, baik
meningkatkan standar kebersihan,
dari segi adat istiadat maupun kesenian
kesehatan, dan keselamatan melalui
khas yang dimiliki. Sungguh kabar baik
program Clean, Health, Safety &
bagi Desa Citengah. Maka itu, desa harus
Environmental Sustainability (CHSE).
Perlahan, songah tidak hanya bisa
berbenah diri, juga beradaptasi dengan
Peran swasta dan perbankan juga
dinikmati oleh warga Desa Citengah,
kebiasaan baru.
diharapkan dalam membangun
tetapi juga dinikmati secara nasional bahkan internasional. Acara songah bisa dilengkapi dengan permainan anak tradisional egrang dan gatrik yang sampai saat ini masih dimainkan oleh anak-anak Citengah.
Tentu saja desa tidak cukup bekerja sendiri. Harus ada upaya dan dukungan dari berbagai pihak. Desa Citengah sejauh ini sudah memiliki modal kondisi alam yang mendukung, SDM yang kreatif, kesenian tradisi yang unik, dan BUMDes
Potensi wisata sejarah juga dieksplorasi,
yang berpengalaman dalam mengelola
misalnya peninggalan kolonial Belanda
pariwisata desa. Dukungan pemdes
(rel lori untuk mengangkut komoditas
melalui dana desa dalam membangun
teh) dan makam sejumlah ulama, pendiri
infrastruktur juga sudah tampak. Begitu
infrastruktur pariwisata di desa, termasuk menyediakan akses permodalan bagi masyarakat melalui UMKM yang bergerak di sektor pariwisata. Sinergitas ini diharapkan mampu membangkitkan sektor pariwista desa yang porak poranda akibat pandemik. Harapannya, perekonomian masyarakat desa yang berbasis lingkungan dan kesehatan bergairah lagi. Mari mulai dari desa. (Steve Christiantara)
Tarawangsaxsongah Direktorat Jenderal Kebudayaan
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 17
TOPIK UTAMA
Menjaring embun, menjaring wisatawan - Direktorat PPK
Menjaring Embun di
Kampung Pitu II
18 18 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021
Kampung Pitu, entah berapa kali lagi kami tersesat, setelah melewati jalanjalan sempit yang tidak rata, terus naik hingga ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Akhirnya sampai juga, setelah Pak Aan menjemput kami di persimpangan jalan di dusun tetangga. Kampung Pitu merupakan satu wilayah RT, yakni RT 19 Desa Nglanggeran, yang memang hanya berisi tujuh kepala keluarga (KK). Jika hadir keluarga baru melalui pernikahan serta mendaftarkan KK baru, KK orang tuanya kemudian dicabut dan ikut anaknya sebagai kepala keluarga, termasuk juga adik-adik yang belum menikah. Banyak juga warga Kampung Pitu yang setelah menikah kemudian pindah, pergi dari kampung. Penangkap Embun 1 Syefri Luwis
“Ada juga yang kemudian meninggal, lalu KK diganti atas nama anaknya. Pokoknya, secara alami terjadi begitu saja, selalu
Ademe Gunung Merapi purba
hanya tujuh KK di kampung ini, dengan
Melu krungu suaramu ngomongke apa
jumlah warga 30-40 orang,” terang Aan.
Ademe Gunung Merapi purba Sing nang Nglanggeran Wonosari Yogyakarta
epenggal lirik lagu Banyu Langit
S
karya Didi Kempot sengaja kami senandungkan sepanjang
perjalanan menuju Kampung Pitu di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak jauh dari Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba. Jika hendak ke Kampung Pitu, Gunung Api Purba bisa menjadi patokan. Gunung yang pernah aktif sekitar 20 – 60 juta tahun silam tersebut berbentuk bongkahan batu andesit raksasa, membentang sekitar 800 meter dengan ketinggian 300 meter. Kami menyanyi mengikuti lagu di ponsel, sambil mencari sinyal yang tibatiba menghilang dan sesaat kemudian muncul lagi. Jika tidak berkomunikasi
Penangkap Embun 2 Syefri Luwis
terus dengan Pak Aan, tokoh masyarakat
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 19
Mengabadikan penjaring embun Direktorat PPK
Juru kunci Telaga Guyangan Kampung
orang yang “membabat desa” atau yang
pada 2015 setelah memenangi lomba
Pitu, Yatnorejo (75) menuturkan
pertama kali datang ke kampung dan
komunitas adat di Semarang.
sekelumit sejarah Kampung Pitu,
menjadi cikal bakal keberadaan Kampung
khususnya terkait pohon kinah gadhung
Pitu. Pendek kata, sejak zaman Iro
wulung yang dianggap keramat karena
Dikromo hingga ke generasi berikutnya,
guguran daunnya tidak pernah terlihat
jumlah KK di Kampung Pitu memang
warga namun “terbang” hingga ke
hanya tujuh saja, sesuai dengan empu
wilayah Kraton Yogyakarta. Pohon itu
pitu yang merupakan simbol dari pitung
dulu berjumlah lima, dan oleh warga
pusering jagad (tujuh pusarnya jagat).
dinamai sesuai hari pasaran Jawa yakni pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Mbah Yatno mengutip kisah yang disampaikan sesepuh kampung, almarhum Mbah Redjodimuljo. Kini, kinah gadhung wulung sudah tidak ada lagi, hilang begitu saja hingga ke akarnya, tanpa ada warga yang mengetahuinya.
kalih jambu klutuk. Masalahe panenan angel disade mergine namun dalan setapak, disade ting pasar kaling nyunggi, mulai jam 01.00 dugi Piyungan byar padang. Kalih welas jambu angsal limang
Seorang warga Kampung Pitu
gelo. Sade kajeng, sade areng, sedoyo
menceritakan suasana pada tahun 1978,
disunggi. Nek nedine tiwul, nempur beras.
ketika pertama kali ia datang, seperti
Mriki nembe mulai Makmur rikala mlebet
dikutip dalam buku Komunitas Kampung
listrik, nggantol 700 meter, tahun 1997.
Pitu Gunung Kidul karya Bambang H Suta
Tahun 2001 mobil nembe saged mlebet”.
Purwana, Theresiana Ani Larasati, dan Ambar Adrianto (BNPB DIY, 2019). Waktu itu namanya masih Telaga Guyangan
silsilah Iro Dikromo yang diyakini sebagai
Dusun Nglanggeran Wetan, karena Kampung Pitu baru “resmi” dipakai
I
utama dados petani telo, gogo, jagung,
Ekonomi Sulit
Mbah Yatno dan Aan juga menceritakan
20 INDONESIANA VOL. 11, 2021
“Kula mlebet mriki kawontenan ekonomi susah, sulit, jalan setapak. Penghasilan
(Saya masuk ke sini saat keadaan ekonomi susah, sulit, jalan cuma setapak. Penghasilan utama menjadi petani ketela, padi gogo, jagung, dan jambu
Salah satu rumah Penduduk Kampung Pitu Syefri Luwis
Foto : Rumah tertua dan Kosong di Kampung Pitu, setelah penghuninya meninggal dunia (Syefri Luwis)
Foto : Pendopo Kampung Pitu (Syefri Luwis)
biji. Masalahnya, hasil panen sulit dijual, karena hanya melalui jalan setapak. Dijual ke pasar dengan cara dipanggul di atas kepala. Berangkat dari jam 01.00 dini hari sampai di pasar Piyungan sudah terang-benderang. 12 jambu biji dijual lima rupiah. Kami juga menjual kayu, arang, semuanya dipanggul (sampai ke pasar). Kalau makanan sehari-hari tiwul atau mengecer beras. Di sini baru mulai makmur ketika listrik masuk tahun 1997, (itu pun) nyantol (kabel) sejauh 700 meter. Tahun 2001 barulah mobil bisa masuk”. Betapa tidak mudahnya hidup di daerah terpencil di republik ini, luar
Kampung Pitu bisa bertahan hidup?
Terdapat jenis vegetasi jambu monyet
biasa timpang dibandingkan kota-kota
Desa Nglanggeran secara umum makin
(Anacardium accidentale) dan melanding
besar. Tahun 1997, ketika rezim Orba
tergolong maju, terutama karena wisata
(Acacia glauca) di sana.
sudah berkuasa selama 30-an tahun,
Gunung Api Purba. Namun Kampung
pembangunan ternyata jauh dari merata,
Pitu, satu bagian kecil (satu RT saja) dari
listrik masih sulit didapat. Jangankan di
desa, tidak semaju itu.
Indonesia bagian Timur, di Yogyakarta
Pada tahun 1965—1967 pemerintah memberikan bibit tanaman akasia (Acacia auriculiformis). Warga juga menanam
Hingga sepuluh tahun lalu (merujuk
secara swadaya pohon sono (Dalbergia
Djoko Purwanggono, 2011), 70 persen
latifoila), pohon jati (Tectona grandis), dan
penduduk Desa Nglanggran masih
mahoni (Swietenia mahogany) yang masa
Swasembada
memiliki usaha pembuatan arang kayu.
pertumbuhannya relatif lama.
Jika tidak memutar otak sediri,
Kayunya diambil dari hutan rakyat, yang
berswasembada, bagaimana warga
merupakan bagian dari proyek reboisasi
saja masih susah mendapat fasilitas negara.
tahun 1962 untuk menanggulangi erosi.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 21
Mbah Yatno Rejo Syefri Luwis
“Sampai sekarang, sebagian besar
mengenai tradisi serta pariwisata
anggrek, menurut survei Taman
matapencaharian warga Kampung Pitu
dilakukan, termasuk oleh Balai Pelesarian
Konservasi Anggrek.
dan Desa Nglanggeran secara luas, ya
Nilai Budaya DIY. Media massa juga
petani. Petani sawah maupun ladang.
makin banyak menyebarkan kabar
Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan
mengenai Kampung Pitu. Beberapa spot
Pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan
sendiri dan dijual juga,” tutur Aan,
yang dikunjungi wisatawan selain Gunung
Kemdikbud pada 2020 memberikan
yang aktif menjadi pengelola wisata di
Api Purba juga Telaga Guyangan dan jejak
fasilitasi kepada para seniman agar tetap
Sekretariat Gunung Api Purba.
kaki kuda di dekat telaga yang diyakini
berdaya pada masa pandemi Covid-19.
sebagai jejak kuda sembrani, tungganan
Satu di antara seniman-seniman yang
para bidadari.
mendapatkan kesempatan untuk
Selain mengandalkan sawah dan ladang untuk hidup dan menghidupi
I
keluarga, warga Kampung Pitu dan Desa
“Sekarang, makin banyak orang datang,
Nglanggeran secara luas makin pintar
bahkan dari luar kota, dari Bali juga ke
memanfaatkan potensi wisata alam
sini, hanya sekadar cuci muka di Telaga
dan ekowisata untuk menggaet tamu
Guyangan. Maka kami mengembangkan
agar datang ke desa. Gunung Api Purba
hal lain yaitu budidaya anggrek,” papar
makin dikenal, dan berbagai penelitian
Aan. Kini sudah ditemukan 21 species
22 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Penangkap Embun
membuat karya yang bermanfaat adalah Rudi Hendriatno, perupa lulusan Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Insitut Seni Indonesia Yogyakarta. Perupa asal Padang kelahiran 1980
itu membikin gagasan kreatif tentang
Fungsi alat itu adalah menangkap air
pekerjaan tersebut kepada Rudi, yang
instalasi yang tidak hanya memenuhi
yang “terperangkap” di dalam kabut/
pada tahun 2013 meraih penghargaan
unsur-unsur seni namun juga manfaat.
awan, lalu dialirkan melalui selang,
Indonesian Art Award dan karya-
Keahlian pemilik Studio_211 Yogyakarta
terus turun ke bawah, lantas ditampung
karyanya telah dipamerkan di berbagai
tersebut adalah seni kriya, maka itu
dalam ember besar. Agar kabut dapat
galeri di Indonesia serta luar negeri.
gagasannya sangat pas diterapkan
ditangkap, ketinggian instalasi harus
Keterampilannya mengolah kayu menjadi
di Kampung Pitu. Apa itu? Instalasi
lebih dari 2.000 meter di atas permukaan
karya seni kontemporer telah mendapat
penangkap embun.
laut. “Jadi, fungsi pohon dipindahkan
pengakuan publik. “Saya memilih kayu
ke instalasi, menjadi semacam bank
karena membuat kita dekat dengan alam.
air. Tugas saya, bagaimana membuat
Kayu juga bagian dari kehidupaan sehari-
instalasi ini tetap berseni, tidak asal-
hari,” katanya.
Ketika disodori tawaran untuk membuat karya seni yang berguna dan menggerakkan, Rudi tidak terlalu lama memikirkannya. Ia memang sudah
asalan,” jelas Rudi.
Kini Kampung Pitu Desa Nglanggeran
terbiasa bereksperimen dengan karya-
Bahan-bahan yang dibutuhkan di
kian berbudaya. Warga membangun
karya instalasi. “Seni dan bermanfaat.
antaranya pipa galvanis berbagai ukuran,
sendiri desanya supaya berdaya.
Saya langsung memikirkan lokasi-lokasi
plat strip, cat, jarring nilon, kabe, dan
(Jessika Nadya dan Susi Ivvaty)
yang terpencil, misalnya ketika suatu
lampu. Butuh waktu hanya 45 hari untuk
desa sulit mendapatkan air, kira-kita apa
mengerjakan instalasi, sejak survei
yang bisa saya perbuat sebagai seniman.
lokasi, berkonsultasi dengan ahli air
Lalu terpikir instalasi penangkap embun,”
dan cuaca, hingga eksekusi pembuatan
tutur Rudi di Kampung Pitu.
instalasi. Adalah tepat menyerahkan
Pemakaman tertua di Kampung Pitu Syefri Luwis
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 23
I
24 INDONESIANA VOL. 11, 2021
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 25
KEMAH BUDAYA
Ketika
Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi
II
26 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 26
M
odernisasi perkotaan terbukti mendorong urbanisasi yang mengakibatkan populasi penduduk di desa berkurang. Di sisi lain,
pembangunan yang tidak merata antara kota dan desa meningkatkan kesenjangan kualitas hidup, sehingga menimbulkan gesekan sosial. Persaingan hidup ketat, pengangguran meningkat, kriminalitas mencuat. Urbanisasi dapat dicegah dengan pengembangan potensi desa yang mewadahi kepentingan-kepentingan lokal. Setiap desa memiliki karakteristik yang berbeda, seperti kondisi geografis dan potensi ekonomi, sehingga dalam penanganannya tidak dapat dipukul-rata. Desa di wilayah pegunungan tentu berbeda dengan desa di rawa-rawa, di tepian sungai atau danau, dan di pesisir. Daya saing dapat ditingkatkan melalui pengembangan potensi berbasis pengetahuan lokal: penciptaan produk baru, penawaran jasa, atau penerapan metode yang lebih efektif dan efisien. Inovasi kebudayaan berarti
pembauran kemajuan sains dan
tema “Inovasi Desa untuk Pemajuan
yang nantinya diekspektasikan akan
teknologi dengan warisan dan potensi
Kebudayaan” ingin mendorong generasi
memunculkan sebuah kesadaran kolektif.
budaya daerah, serta didukung oleh
muda melahirkan inovasi dengan cara
Tindakan yang programatis sangat
masyarakat desa yang berpartisipasi
meningkatkan sinergi antara teknologi
dibutuhkan agar daerah pedesaan dapat
secara menyeluruh. Melalui inovasi
modern dan tradisional seperti
tumbuh secara berkelanjutan. Untuk
kebudayaan, desa dapat memberdayakan
penciptaan kecerdasan baru yang
memecahkan setiap masalah, peserta
identitas budayanya sebagai sumber
berbasis pada STEAM (Science, Technology,
KBKM didorong agar memberdayakan
kesejahteraan.
Engineering, Arts, and Mathematics)
kekuatan kearifan lokal di suatu daerah
dielaborasi dengan kearifan lokal (local
yang mampu mengendalikan serta
wisdom) untuk pemajuan kebudayaan.
memberi arah pada perkembangan budaya.
Kemah Budaya dan Tantangan Kebudayaan
Sebagai platform kerja budaya, KBKM menjadi ruang bertukar pengalaman-
Memperbincangkan kebudayaan selalu
Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM)
pengalaman baik, berkarya bersama,
berkaitan dengan tradisi yang terikat
sebagai program yang dirintis
melakukan tindakan nyata yang realistik,
kuat di dalam struktur sosial. Semua
oleh Kementerian Pendidikan dan
dan kemampuan membangun jejaring.
penduduk pedesaan di Indonesia
Kebudayaan sejak tahun 2019 berupaya
Dengan menumbuhkan semangat
secara primordial tentu sudah memiliki
untuk menjawab tantangan pemajuan
berkolaborasi, kegiatan ini diarahkan
loyalitas etnik terhadap suku bangsanya
kebudayaan di berbagai daerah. KBKM
untuk membangun ekosistem,
masing-maisng, karena sejak kecil
yang pada tahun 2021 mengusung
menciptakan interaksi di antara
mereka tumbuh dan berkembang dalam
peserta, masyarakat, dan stakeholder
kebudayaan suku bangsa itu.
Foto bersama Sesditejnbud dan Direktur PTLK bersama pemenang KBKM 2020 – Dit. PTLK
II
VOL.11, 11,2021 2021INDONESIANA INDONESIANA 27 27 VOL.
Presentasi peserta Kemah Budaya Dit. PTLK
Dengan hasil berupa inovasi berbasis
tindakan yang tepat. Di samping itu
tradisi yang hidup, falsafah hidup,
aplikasi dan inovasi berbasis purwarupa,
inovasi yang tercipta dari para peserta
kebiasaan hidup sehari-hari dan lain-lain.
peserta KBKM akan membangun setiap
diharapkan berasal dari kemampuan
gagasan dan konsepnya menjadi suatu
adaptasi dengan lingkungan untuk
prototype yang dipertajam selama
memecahkan setiap masalah yang ada di
proses kegiatan. Pengembangan ide
lingkup sosialnya.
KBKM diharapkan melahirkan inovasi yang orisinal. Artinya peserta mampu menjelaskan ide dan konsep yang ada
Dengan pola pembelajaran hybrid yang
dalam pemikirannya secara jernih
mengkombinasikan wahana daring dan
dan murni dari pemikiran sendiri atau
luring serta dilengkapi dengan live in
kelompoknya.
di desa yang menjadi lokus penelitian
Ide yang dihasilkan tentunya mencerminkan kemampuan menangkap peluang dan lahir dari sikap kritis dan analitis dalam memahami realitas sosial, mencari prioritas solusi terhadap permasalahan melalui inovasi dan
I
Inovasi Berbasis Kenyataan
28 INDONESIANA VOL. 11, 2021
kelompok, KBKM mendorong peserta untuk menciptakan inovasi berbasis kenyataan dan permasalahan di lapangan. Dimulai dari memahami latar belakang kehidupan masyarakat, mengenali segala aspek kehidupan,
Kemudian peserta melakukan pemetaan masalah dengan analisis tentang kebutuhan masyarakat di desa serta menyelidiki ketidaksesuaian antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, baik melalui wawancara maupun dari pengalaman langsung peserta. Setelah itu kelompok peserta akan membuat skala prioritas, mana yang paling penting dan mana yang paling mendukung untuk segera diatasi. Langkah selanjutnya yang paling konkrit adalah menentukan cara-cara yang paling efektif serta efisien untuk dilakukan.
Pandangan terhadap suatu kemajuan
tanaman pangan, pengembangan
dengan pengembangan infomasi yang
berbasis budaya yang berasal dari
teknologi pasca panen, dan budidaya
mampu mengangkat pariwisata daerah;
pengetahuan dan teknologi tradisional
tanaman perkebunan untuk ketahanan
aneka ragam bahasa lokal dan kesenian
sangat dimungkinkan menyasar ke
pangan.
tradisional, upacara adat sampai
aneka hal, mulai dari ketahanan pangan, suatu penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, pengembangan teknologi dan manajemen transportasi untuk memecahkan masalah aksesibilitas, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, sampai pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya peran teknologi dalam pertumbuhan ekonomi juga akan memobilisasi masyarakat untuk memperkuat kemampuan teknologinya. Sebagai contoh, pengembangan produktivitas peternakan dan perikanan dapat diaplikasikan dengan menggali pengetahuan setempat tentang ramuan tradisional dari tanaman obat. Contoh lain adalah pemanfaatan warisan budaya lokal untuk menungkatkan produktivitas
Bioteknologi yang didasarkan pada budaya leluhur bisa meningkatkan mutu olahan sumber daya alam di bidang pangan, farmasi, obat-obatan, kosmetika, dan bahan industri. Pengetahuan dan
potensi fisik; taman laut, perkampungan tradisional, keajaiban alam, panorama alam (pengunungan atau pantai), museum daerah, hingga lokus-lokus sejarah.
teknologi tradisional di bidang energi
Pada akhirnya, pengembangan teknologi
bisa menggeser dari penggunaan minyak
dapat meluas sampai mengubah
dan batu bara ke gelombang angin, gas
keseluruhan lanskap lingkungan. Inovasi
alam, energi solar, energi air waduk, dan
budaya berbasis aplikasi yang mampu
biomassa.
memantapkan fungsi dan kualitas
Teknologi berbasis aplikasi juga dapat menyasar pengembangan desa siber. Aplikasi untuk pemasaran produk desa dari pasar tradisional berbasis online bisa menjadi salah satu wujud pengembangan industri kecil menengah. Inovasi yang menghidupkan kembali informasi mengenai kuliner tradisional yang saat ini semakin jarang dan langka orang membuatnya, itu mungkin erat dengan identitas lokasi suatu daerah. Begitu juga
kawasan lindung dan kelestarian lingkungan mungkin juga bisa menjadi salah satu jawaban bagaimana bersikap secara arif terhadap alam. Kiranya berbagai upaya pengembangan inovasi tersebut akan menjadi sumbangsih yang nyata dari pemuda yang ada di seluruh wilayah Indonesia terhadap upaya pemajuan kebudayaan Indonesia. (Agus Hermanto, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek)
Membangung Mesin Tandur Syefri Luwis
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 29
MUSIK
Alunan Doa Gondang Toba Sulim - Julius Bramanto - https:// www.shutterstock.com/g/ Julius+Bramanto
II
30 30 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021
J
ika kita bicara tentang musik tradisional tentu akan berkaitan erat dengan filosofi
dan nilai-nilai spiritual yang kaya yang otentik terdapat pada suatu masyarakat. Musik tidak pernah lepas dari ekspresi kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, tidak terkecuali di wilayah kaldera gunung api purba yang kini dikenal dengan Kawasan Danau Toba. Letusan gunung api purba di Toba yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat. Ilmuwan meyakini bahwa letusannya telah menyusutkan populasi manusia secara masif. Tidaklah mengherankan apabila kawasan Danau Toba memiliki sejarah awal mula kehidupan manusia
Gondang yang Magis Denison
yang khas dan sudah mengakar ke dalam kehidupan masyarakatnya bahkan sebelum datangnya agama-agama Abrahamik di bumi nusantara ini. Masyarakat adat setempat meyakini
Gondang Sabangunan terdiri dari
Bagi masyarakat adat Batak Toba,
bahwa Toba merupakan tempat
instrumen yang bernama ogung (gong),
gondang memiliki fungsi yang sakral
awal mula peradaban manusia, hal
hesek (perkusi) , gordang (kendang
karena merupakan sarana penyampaian
ini diperkuat dengan legenda Debata
penentu ritme), odap (kendang dua sisi),
doa dan harapan kepada Sang Khalik.
Mulajadi na Bolon beserta ritual-ritual
taganing (5 buah kendang melodis), dan
Ritual-ritual yang biasa menggunakan
tradisi yang merupakan ekspresi
sarune bolon (alat musik tiup). Sedangkan
musik gondang itu antara lain adalah
pemujaan terhadap Sang Maha Kuasa
Gondang Hasapi terdiri dari instrumen
upacara kematian, pesta perkawinan
tersebut. Doa-doa yang dipanjatkan
yang bernama garantung (gambang
bahkan ritual mendoakan orang sakit
dalam ritual-ritual tersebut biasanya
kayu), sarune etek (sejenis klarinet), odap,
sampai meminta hujan menggunakan
diiringi dengan ensambel musik dan
sulim, dan hesek. Perbedaan utama dua
Gondang Toba.
menjadi ciri khas masyarakat adat Batak
jenis gondang ini selain dapat dilihat dari
Toba.
instrumen yang digunakan, juga dari
Salah satu musik ritual khas Toba adalah Gondang Batak Toba yang telah memiliki sejarah yang panjang. Musik gondang selalu dimainkan terutama oleh komunitas Parmalim yang merupakan penganut kepercayaan lama yang sudah turun temurun. Secara umum, musik Gondang Batak Toba terbagi menjadi dua jenis, yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi.
penggunaannya. Gondang Sabangunan biasanya dimainkan di luar bangunan (rumah), sedangkan Gondang Hasapi biasanya dimainkan di dalam ruangan (rumah). Walaupun antara Gondang Hasapi dan Gondang Sabangunan berbagi reportoir yang sama namun pada praktiknya kedua jenis ensambel musik ini tidak pernah dimainkan dalam upacara ritual yang sama.
Seorang maestro musik tradisi Batak, Marsius Sitohang, menyatakan bahwa penggunaan musik gondang bahkan harus dipersiapkan secara sangat serius. Jika ada warga yang ingin melakukan ritual dengan gondang, para pemain gondang atau pargonsi harus diberikan makanan-makanan yang terbaik oleh suhut (pemilik hajat) sehari sebelumnya, supaya mereka senang dan dapat memainkan musik gondang dengan khidmat. Tidaklah mengherankan apabila
I
VOL. VOL. 11, 11, 2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 31 31
pargonsi ini memiliki strata sosial yang
diatonis pada musik-musik Barat
Ditinjau dari segi ritmis, ketukan irama
terhormat di masyarakat Batak Toba
yang memiliki tujuh tingkat, gondang
dan tempo permainan musik gondang
karena berperan menjadi perantara
hanya memiliki lima tingkat nada
terlihat sangat bervariasi tergantung dari
penyampai doa melalui musik gondang.
diatonis mayor, yaitu do, re, mi, fa, dan
improvisasi dan estetis pemain sarune
sol. Susunan tangga nada ini dapat
dan taganing yang seringkali bermain
ditemukan di alat musik taganing dan
dalam kondisi trance. Hal ini akan sangat
garantung. Keunikan nada ini menjadikan
berbeda apabila dibandingkan dengan
gondang memiliki struktur tangga nada
pakem-pakem irama musik etnik lain
pentatonis yang unik, dan bahkan tidak
seperti gamelan yang mempunyai pola
ditemukan persamaannya dengan musik-
ritmis yang sangat ketat.
Jika diamati dari sudut pandang kajian musik, komposisi musik gondang tergolong unik. Meski notasi yang digunakan dapat ditulis dengan tangga nada pada umumnya, namun struktur tangga nadanya tidak sama. Apabila dibandingkan dengan tangga nada
I
32 32 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021
musik etnik manapun di dunia.
Regenerasi dalam budaya - Denison
Seiring dengan perkembangan zaman,
perlu diapresiasi, misalnya memadukan
memperkenalkannya ke dunia luar.
harus diakui bahwa peran Gondang
permainan gondang dengan drum, kibor,
Dengan cara itu pula generasi muda
Toba di masyarakat telah mengalami
dan gitar elektrik.
yang belum mengenal musik Gondang
pergeseran nilai, ketika terkadang dimainkan di luar wilayah adat dan peribadatan. Banyak anak muda Toba yang mencoba mengeluarkan gondang dari beban kulturalnya, mengolaborasikannya dengan alatalat musik lain. Upaya kreatif yang dilakukan oleh musisi-musisi muda itu
Namun hal itu sebaiknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang mengancam kepunahan esensi dari musik Gondang Toba, yang pada dasarnya merupakan ekspresi ritual. Pandanglah sebagai cara
Toba akan mulai mempelajari dan turut melestarikan budaya leluhur. (Denison Wicaksono: Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbudristek)
generasi muda untuk melestarikan, menghargai warisan leluhur, dan turut
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 33
PERLINDUNGAN
I
34 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Pentingnya
Zonasi
di Percandian Dieng
Percandian Dieng dengan keindahan lanskap alam berbalut kekayaan budaya niscaya telah menjadi magnet bagi para penikmat wisata. Terletak di dataran tinggi, 2000 meter dari permukaan laut (mdpl), Percandian Dieng berada di dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Percandian Dieng dibangun dalam dua tahap, yakni antara tahun 650—730 M yang disebut dengan Langgam Dieng Tua dan 730—800 M atau Langgan Dieng Baru. Candi-candi yang termasuk Langgam Dieng Lama adalah Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, dan Candi Gatotkaca, sedangkan Langgam Dieng Baru meliputi Candi Puntadewa, Candi Sembodro, dan Candi Bima.
I
34 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Selimut Kabut Arjuna - Dit. DPK
D
itinjau dari persebaran candi, terdapat enam gugusan candi (kompleks candi) yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Banjarnegara, yaitu (1) Candi Dwarawati, (2) Candi Setyaki, (3) Kompleks Candi Arjuna, (4) Candi Gatutkaca, (5) Candi Kunti dan (6) Candi Bima. Selain gugusan candi, terdapat sisa-sisa bangunan Dharmasala dan terowongan kuno
Gangsiran Aswatama. Adapun peninggalan situs masa Hindu di wilayah administratif Kabupaten Wonosobo meliputi dua situs, yaitu Situs Tuk Bimo Lukar dan Situs Watukelir. Setelah candi-candi usia dibangun, masyarakat pendukung kebudayaan Dieng yang sebagian besar beragama Hindu seakan menghilang begitu saja. Percandian Dieng diperbincangkan kembali setelah seorang tentara Inggris bernama H.C. Cornelius menuliskan temuan situs purbakala dalam catatan perjalanannya pada tahun 1814. Lantas orang Belanda, J. Kinsbergen dan Van Kinsbergen mengunjungi dataran tinggi Dieng pada tahun 1856 serta mengaktifkan kembali gangsiran aswatama sehingga sirkulasi
air di kompleks Candi Arjuna kembali baik dan candi tidak tergenang. Namun, proses penggalian dan pemanfaatan itu juga cukup kontroversial, karena menurut masyarakat, orang-orang Belanda juga melakukan pengambilan batu lepas candi untuk membangun infrastruktur di sekitar candi. Selain itu, mereka juga menemukan berbagai peninggalan berharga seperti perhiasan dan dibawa ke Belanda.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 35
Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng
Secara umum dasar penentuan zonasi
melibatkan beberapa ahli arkeologi,
telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar
meliputi:
antropologi, planologi, dan pemetaan.
Budaya Peringkat Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
situs dengan pola menyebar, sehingga
warisan budaya yang bersifat
Penetapan cagar budaya merupakan untuk menjamin kelestariannya.
Percandian Dieng berkarakteristik
dan tingkat kepadatan
dan Kebudayaan nomor 007/M/2017. satu upaya pelindungan oleh Pemerintah
Seperti kita tahu, Kawasan Cagar Budaya
a. Identifikasi sebaran, jenis,
karakteristik tata guna lahan sekitarnya
kebendaan;
juga berbeda-beda. Untuk itu, dirasa
b. Nilai penting bagi sejarah, ilmu
tepat untuk menggunakan sistem zonasi
pengetahuan, pendidikan,
Selain penetapan, upaya pelindungan yang diamanatkan dalam Undang-
c.
Undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah membuat
model sel. Hasil kajian merumuskan tiga
agama, dan kebudayaan; Kondisi lingkungan (fisik, sosial, budaya, administrasi); d.
zona dalam kawasan ini yaitu zona inti seluas 34,63 Ha, zona penyangga seluas 68,43 Ha, dan zona pengembangan
Pemanfaatan dan rencana
seluas 66,01 Ha.
zonasi. Zonasi adalah penentuan
pemanfaatan ruang di dalam
batas-batas keruangan yang bertujuan
maupun di sekitar Situs dan/
1). Zona inti adalah area pelindungan
atau Kawasan Cagar Budaya;
utama untuk menjaga bagian
Potensi pengembangan dan
terpenting cagar budaya. Pada
pemanfaatan zona; dan
zona ini tidak diperbolehkan
Sifat, jenis, dan bentuk
adanya intervensi apa pun kecuali
dalam situs atau kawasan cagar budaya
gangguan serta ancaman yang
untuk kepentingan penelitian atau
yaitu zona inti, zona penyangga, zona
berdampak kerusakan terhadap
upaya pelindungan terhadap cagar
pengembang, dan zona penunjang.
Cagar Budaya
budaya. Penetapan zona inti pada
untuk mengatur, mengendalikan, dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dalam
e.
usaha pelestarian cagar budaya. Terdapat empat zona yang dapat diterapkan
f.
Keempat zona tersebut tidak harus ada semua, disesuaikan dengan kebutuhan pelindungan serta hasil kajian.
Pada tahun 2020 telah dilakukan Kajian Zonasi Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional Percandian Dieng dengan
Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng didasarkan pada kebutuhan pelindungan dan juga kepemilikan
Candi Dwarawati - Dit. DPK Candi Gatotkaca - Dit. DPK
I
36 INDONESIANA VOL. 11, 2021
2).
lahan oleh pemerintah, yakni Balai
baik perumahan maupun
dijabarkan secara detail. Hasil kajian
Pelestarian Cagar Budaya Jawa
kawasan komersil, sehingga perlu
zonasi yang telah dilaksanakan oleh tim
Tengah.
adanya pengendalian perizinan
diharapkan dapat menyempurnakan
Zona penyangga adalah area yang
untuk pembangunan dan
RTRW yang setiap lima tahun dapat
melindungi zona inti. Bentuk dari zona
pemanfaatan di kawasan ini.
dievaluasi serta direvisi jika dianggap
penyangga idealnya mengelilingi zona inti, namun berdasarkan karakteristik eksisting penggunaaan lahan, sarana prasarana, dan topografi di Kawasan Dieng, bentuk itu tidak dapat dicapai: beberapa bagian zona pengembangan tidak dapat dibuat mengelilingi zona inti. Strategi pun dibuat untuk menanggulangi kendala tersebut, yakni menetapkan aturan yang tegas agar tidak menambah potensi ancaman terhadap kelestarian cagar budaya. Konkritnya, bangunan atau sarana yang telah ada diizinkan untuk tetap berdiri, namun bangunan baru dilarang didirikan. 3). Zona pengembangan adalah area
Peraturan mengenai zonasi Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng dapat diterapkan jika dituangkan atau diadopsi dalam peraturan daerah mengenai tata ruang wilayah. Maka itu
perlu. Hal ini menjadi titik terang dalam upaya pelindungan melalui zonasi yang kemudian akan diadopsi dalam peraturan tata ruang daerah tempat beradanya cagar budaya.
perlu adanya sikronisasi antara hasil
Dengan adanya sikronisasi peraturan
dari kajian zonasi dengan Rencana
antara pemerintah pusat dan pemerintah
Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau
daerah, serta kepedulian masyarakat
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
sekitar kawasan cagar budaya, semoga
Berkaitan dengan hal itu sudah
Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng
terjalin komunikasi dengan Dinas Tata
dapat lestari. Terjaganya kelestarian
Ruang Kabupaten Banjarnegara dan
Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng
Wonosobo sewaktu sosialisasi hasil
tentunya akan berdampak pula kepada
kajian zonasi pada tahun 2020.
kelestarian cagar budaya, budaya lokal
Di dalam rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Banjarnegara dan
untuk kegiatan pengembangan
Kabupaten Wonosobo, Kawasan Cagar
potensi cagar budaya bagi
Budaya Percandian Dieng sudah
kepentingan rekreasi, daerah
termasuk dalam kawasan pelindungan
konservasi lingkungan alam, lanskap
budaya. Namun ketentuan mengenai
budaya, kehidupan budaya tradisional,
kegiatan dan peraturan terkait dengan
keagamaan, dan kepariwisataan. Zona
pengembangan, pemanfaatan, dan
ini berupa kawasan padat bangunan
pembangunan di kawasan belum
Petani Kentang Dieng berdoa sebelum bercocok tanam Dit. DPK
Dieng, serta bentang alam Dataran Tinggi Dieng yang selama ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Roda perekonomian masyarakat pun dapat berputar dengan baik, demi kesejahteraan masyarakat. (Albertus Napitupulu, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Kemdikbudristek)
Diskusi Tim Kajian Zonasi Dit. DPK
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 37
GALERI FOTO
I
38 INDONESIANA INDONESIANA VOL. VOL. 11, 11, 2021 2021 38
Pemugaran Tetap Berjalan di
Candi Prambanan
Prambanan terus berbenah Yudhi Wisnu
I
VOL. 11, 11, 2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 39 39 VOL.
S
iang begitu terik di Candi
“Setelah bagian fondasi cocok, lalu
Wisnu, 4. Candi Nandi, 5. Candi Garuda
Loro Jonggrang Prambanan,
dimulai susun coba bagian tubuh candi.
dan Angsa, 6. Candi Apit (2 bangunan), 7.
awal April 2021. Namun, kami
Jika batu lama yang dibutuhkan belum
Candi Kelir (4 bangunan), 8. Candi Sudut
tetap bersemangat menyambangi
didapatkan, bisa diganti dengan batu
(4 bangunan).
kompleks candi yang terletak di Dusun
batu, asalkan polos putih. Petugas akan
Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan
menandai baru baru dengan timbel,”
Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa
lanjut Edi. Karena pandemi Korona,
Yogyakarta itu. Pandemi Korona yang
kegiatan fisik ditiadakan pada 2020, dan
memang mengekang keinginan banyak
dimulai lagi pada 2021. Pagar halaman
orang untuk berwisata, namun sesekali
satu dipugar seusai Lebaran, setelah itu
bolehlah untuk menyegarkan pikiran.
pintu masuk sisi Selatan.
Selama pandemi Covid-19, objek-objek wisata memang sempat ditutup total, namun belakangan mulai dibuka kembali dengan pembatasan-pembatasa, misalnya tidak boleh masuk ke bilik-bilik candi karena berpotensi untuk saling senggol antarpengunjung.
Sesampai di candi yang lahannya berteras-teras dan dikelilingi tebing itu, candi induk di teras paling atas. Kami disambut Polsus Didik Windarto serta
warisan budaya dunia oleh Komite
teknisi Margono dan Sularto yang hari itu
Warisan Dunia UNESCO Nomor C.642
bertugas menjaga Candi Ijo.
tahun 1991 dengan nama Prambanan Temple Compounds. Kompleks Candi
melakukan susun coba, dengan cara
menjadi tiga halaman konsentris
mengelompokkan per bangunan.
(terpusat), dihubungkan dengan gapura
Pekerjaan ini bagian dari pemugaran
yang terletak pada keempat sisinya.
Di kompleks candi yang ditemukan pertama kali oleh H.E. Dorrepaal pada 1886 itu terdapat 17 struktur bangunan yang terletak di 11 teras. Candi induk di teras paling atas berukuran 1843x1843 centimeter dan tinggi 1600 centimeter. Di dalam candi induk terdapat sebuah bilik
Halaman luar Candi Prambanan dikelilingi
berisi Lingga-Yoni yang melambangkan
tempok pagar berukuran 390X390 meter.
Dewa Siwa yang menyatu dengan Dewi
Halaman tengah dikelilingi tembok pagar
Parwati. Di depan candi induk terdapat
berukuran 220X220 meter. Di halaman
tiga candi perwara yang menghadap ke
Jika ada orang bertanya, berapa waktu
kedua terdapat 224 buah candi perwara
timur.
yang dibutuhkan untuk memugar
yang disusun menjadi empat deret yang
candi. Jawabannya, pemugaran
makin ke dalam makin tinggi letaknya.
adalah pekerjaan jangka panjang.
Deret pertama 68 buah, deret kedua 60
Oleh karena itu, program pemugaran
buah, deret ketiga 52 buah, dan deret
harus diagendakan dan dianggarkan
keempat 44 buah.
saban tahun, demi konservasi juga. “Untuk pemugaran candi, harus studi teknis dulu lima bulan. Lalu percobaan dikelompokkan per bangunan. Susun coba itu per lapis. Fondasi, lalu tugu satu, tugu dua, atap satu, atap dua,” papar Edi.
I
Sambirejo, Prambanan, Sleman.
tahun 1733 itu telah ditetapkan menjadi
dengan Candi Loro Jonggrang terbagi
seputaran Loro Jonggrang.
tertinggi di DIY, terletak di Desa
oleh warga Belanda, C.A. Lons, pada
halaman candi kedua. “Kami sedang
Budaya DIY, saat kami menemuinya di
perjalanan menuju Candi Ijo, candi
kami langsung menaiki tangga menuju
Prambanan yang sering disebut juga
dokumentasi Balai Pelestarian Cagar
di Loro Jonggrang, kami melanjutkan
Candi yang ditemukan pertama kali
Sejumlah pekerja tampak sibuk di
candi,” kata Prasetyo Edi, staf bagian
Setelah puas mengitari beberapa candi
40 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Matahari makin lengser ke arah barat, meski teriknya belum sirna. Cukup sudah wisata candi kali ini. Tidak perlu semuanya didekati. Kadang-kadang sesuatu perlu dipandang dari kejauhan,
Di dalam halaman pusat yang dikelilingi
agar kita dapat merasakan keindahan
pagar berukuran 110x110 meter terdapat
dan misteri secara berbeda. (Susi Ivvaty
16 bangunan candi yang tersebar di
dan Jessika Nadya)
delapan petak: 1. Candi Siwa sebagai candi induk, 2. Candi Brahma, 3. Candi
Sore di Candi Ijo - Dhimas Satriaa https://www.shutterstock.com/g/Dhimasadi
Susun coba berlangsung kembali tahun 2021 setelah terhenti di tahun 2020 Yudhi Wisnu
Proses yang terus berlangsung Yudhi Wisnu
Candi Ijo, Candi tertinggi di DIY Susi Ivvaty
Pemugaran tanpa henti Yudhi Wisnu
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 41
BUDAYA DALAM DATA
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata. Pemilik Museum adalah pemerintah, pemerintah daerah, setiap orang atau masyarakat hukum adat yang mendirikan museum.
I
42 INDONESIANA VOL. 11, 2021
SEKILAS MUSEUM
439
Museum di Indonesia
Kementerian Lembaga
TNI
POLRI
Pemerintah Provinsi
57 18 27 2 57
Pemerintah Kabupaten
95
Pemerintah Kota
Setiap orang
36 147
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 43
ADAT ISTIADAT
Horja Siluluton
Upacara Kematian Batak Angkola
K I
Anak laki-laki yang memakai Happu atau mahkota Raja Batak Angkola adalah cucu pertama mendiang yang dibuatkan horja siluluton. Pepatah Batak Angkola berkata, habang halihi tinggal tungko atau telah terbang elang tinggallah tungkai Andian Siregar Siagian
etika ada seseorang yang
di wilayah Tapanuli Bagian Selatan
masyarakat yang mendiami lembah
meninggal dalam masyarakat
itu sudah ada sejak Ompu Palti Raja
gunung Sibualbuali itu masih menganut
adat Batak Angkola maka
Siregar, Raja Angkola – Sipirok. Ritual
keyakinan Ha – sipelebeguon (animisme).
mereka berkata, “habang halihi tinggal
tersebut berlanjutkan ke keturunannya
Masyarakat Batak Angkola yang
tukko” (terbanglah elang tinggal tonggak).
yang kemudian tersebar di Parau Sorat,
kemudian mayoritas beragama
Ritual kematian masyarakat yang tinggal
Baringin, Sipirok Godang. Ketika itu
Islam mengubah upacara adat yang
44 INDONESIANA VOL. 11, 2021
dikenal dengan istilah gaja lumpat tersebut menjadi horja siluluton (pesta kemalangan) yang dilangsungkan ketika seseorang meninggal dunia. Orang Batak Angkola meyakini bahwa pada saat seseorang meninggal maka sudah selesai tugas dunia. Kata siluluton memiliki arti duka cita. Dengan demikian, horja siluluton berarti
Sebelum jenazah dibawa ke pekuburan terlebih dahulu dilaksanakan acara “manariakkon”, yaitu membacakan riwayat dan kebaikan-kebaikan mendiang. Manariakkon “habang halihi tinggal tukko” Andian Siregar Siagian
aktivitas berkaitan dengan kemalangan, seperti kematian, membangun kuburan, memindahkan kuburan. Fokus diskusi dibatasi hanya pada upacara kematian. Secara adat, orang Batak Angkola ketika ada kematian melaksanakan tradisi sebagai berikut; membunyikan tawak-tawak, ogung dan tabuh untuk memberitahukan warga huta atau luat bahwa ada kerabat mereka yang meninggal. Keluarga orang yang meninggal selanjutnya memotong kerbau (nabontar/longa tinuktung). Untuk diperhatikan, pemotongan kerbau baru dapat dilaksanakan apabila yang meninggal itu ketika berumah tangga sudah diadati atau dipestakan secara adat.
Rombongan prajurit mengawal cucu pertama mendiang menuju pemakaman. Sepulang dari pemakaman sang cucu akan langsung ditabalkan dengan nama raja yang sama dengan mendiang oppungnya - Andian Siregar Siagian
Pelaksanaan adat siluluton tidak akan
Ritual ini dimulai dengan musyawarah
kepada cucu laki-laki pertama dari
pernah terlepas dari sistem kekerabatan
keluarga yang disebut tahi ni suhut
anak laki-laki almarhum. Lahanan atau
dalihan natolu. Penyembelihan nabontar
na dialap tahi ni kahanggi ditungkoli
syarat utama dari pelaksanaan ritual
(kerbau) bukan hanya simbol bahwa yang
anak boru dohot di tuai morana. Seusai
ini adalah kerbau yang akan dipotong
meninggal sudah memasuki tujuan hidup
musyawarah pertama, tuan rumah dan
dan disuguhkan kepada Raja dan
tertinggi; hasangapon melainkan juga
kerabatnya wajib mengundang raja-raja
masyarakatnya.
petanda kesedihan. Tulan riccan (daging
dengan perantara sembah sirih dan
paha) kerbau yang disembelih secara
berita sirih yang mengabarkan bahwa
Kendaraan Menuju Alam Atas
khusus untuk menghormati kematian
akan dilangsungkan sidang adat yang
Pelaksanaan ritual adat siluluton
tersebut akan diserahkan secara adat
dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung.
dilakukan sesakral mungkin. Dalam ritual
oleh kahanggi (kerabat seketurunan)
Pada persidangan adat, Raja Panusunan
horja siluluton dalam masyarakat Batak
dan anak boru (pengambil istri) yang
Bulung akan mempertanyakan maksud
Angkola adalah keberadaan hombung
meninggal kepada mora (pemberi istri).
dan tujuan keluarga mengundang
dan roto. Penghormatan yang diberikan
Penyerahan tulan riccan tersebut adalah
raja dan menanyakan kenapa ada
kepada seseorang yang meninggal dalam
pengganti kata bahwa anak borunya
hombung dan roto di sekitar rumah
suasana keadatan sayur matua bulung
(pengambil istri dari pihaknya) sudah
yang kemalangan tersebut. Raja juga
adalah pada saat menuju pemakaman
meninggal dan anak perempuan atau
bertanya mengenai gelar adat orang yang
jenazah diletakkan di atas roto (roppan)
saudara perempuannya sudah menjanda.
meninggal agar nanti dapat ditabalkan
yaitu semacam meja yang bertiang empat setinggi 0, 50 cm.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 45
Kerabat mendiang memberangkatkan jenazah di dalam hombung (keranda) yang dilengkapi roto (penutupnya secara lengkap). Masing-masing roto mengikuti hombung yang sesuai dengan tingkatan dan derajat jenazah. - Andian Siregar Siagian
kalangan biasa yang diakhir hidupnya
horja siluluton ini mempersyaratkan
Hombung adalah peti penutup jenazah
mempunyai keturunan yang mampu
perlengkapan upacara sepanjang adat
yang dibuat dari kayu yang diberi ukiran
menyembelih seekor kerbau untuk pesta
atau surat tumbaga holing upacara
angkola dihiasi dengan ulos angkola
kemalangan orang tua mereka. Roto
tersebut, yaitu; kerbau, payung
dan dililiti kain merah putih dan hitam.
payung diberikan kepada orang yang
rarangan (payung adat berwarna kuning
Sedangkan roto adalah keranda jenazah
berasal dari keturunan raja-raja huta atau
yang dikembangkan tepat di depan
yang terbuat dari bambu. Hombung
raja-raja luat yang memimpin kampung
rumah duka dan pada saat jenazah
bukan hanya penutup semata tetapi
atau wilayah kecamatan di tempat
diberangkatkan ke pemakaman paying
menjadi penanda khas. Hombung dan
mereka tinggal.
tersebut digunakan oleh cucu raja orang
roto ini mempunyai 3 macam tingkatan:
yang meninggal tersebut. Roto pada tingkatan tertinggi adalah roto
I
1. Roto gobak satu paket dengan hombung
gaja lumpat yang diberikan kepada orang
Selanjutnya, pedang dan tombak untuk
manusun/hombung manolon,
yang meninggal berasal dari keluarga
menjaga raja, tuku atau happu yang
2. Roto payung satu paket dengan
yang telah memotong tujuh kerbau
dikenakan cucu raja, haronduk (tempat
hombung rapotan,
sepanjang tujuh keturunan berturut-turut
sirih) yang dilapisi kain berwarna kuning
3. Roto gaja lumpat satu paket dengan
dari nenek moyangnya, sudah lanjut
untuk tempat daun sirih, bendera
hombung rapotan
usia, semua anaknya sudah selesai adat
merah putih yang didirikan tepat
(menikah), sering mengikuti upacara
didepan halaman rumah duka yang
Penggunaan roto tersebut disesuaikan
adat baik besar maupun kecil di dalam
melambangkan kewarganegaraan
dengan status terakhir orang yang
kampung atau diluar kampung, pendopo
Indonesia, bendera adat yang tiangnya
meninggal. Roto gobak atau keranda
pemakaman sudah dipersiapkan.
dari bambu yang tidak dipotong
selimut diberikan kepada orang dari
Sebagaimana ritual lainnya, ritual
ujungnya agar lekukan bambu tersebut
46 INDONESIANA VOL. 11, 2021
bisa menghadap rumah duka yang
maju ke depan dan ke belakang tujuh
melambangkan duka cita, ulos sadum
kali. Itu adalah perlambang agar segala
Upacara adat dilanjutkan kembali setelah
Angkola atau abit godang, doal (gong
perselisihan dan perbuatan menyakitkan
rombongan pengantar jenazah kembali
kecil), uang receh, dan beras kuning.
hati yang belum diselesaikan semasa
dari pekuburan, yakni penabalan gelar
Sebelum jenazah diberangkatkan ke
hidup, dapat disudahi.
turunan dari orang yang meninggal
pemakaman masih ada acara yang
kepada cucu laki-laki tertuanya. Upacara
disebut manariakkon (pidato) dari
Bersamaan dengan prosesi maju
ini dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung
pihak keluarga. Pada kesempatan itu
dan mundur tujuh kali tersebut, anak
dan didampingi oleh Raja Pangondian
dilaksanakan juga pembacaan jujur ngolu
boru atau pihak pengambil istri dari
dan raja-raja lain. Penabalan gelar
(daftar riwayat hidup) jenazah oleh unsur
jenazah akan menebar uang receh yang
merupakan pertanda berakhirnya
dalihan natolu, pemerintah setempat,
sudah dicampur dengan beras kuning
upacara adat tersebut dan gelar pun
pemuka agama, raja-raja, dan ditutup
sebagai perlambang dari penggantian
dinyatakan sah sepanjang adat.
dengan pidato Raja Panusunan Bulung.
utang-piutang almarhum yang belum
Ritual ini memang merupakan
Raja Panusunan Bulung (raja wilayah adat
selesai semasa hidupnya. Pidato Raja
perwujudan dari nilai budaya level
tempatan) dalam pidatonya menjelaskan
Panusunan Bulung ditutup dengan
tertinggi yaitu hasangapon atau
satu-persatu makna perlengkapan
meneriakkan kata horas sebanyak tiga
kebertuahan. Horja siluluton dilaksanakan
sepanjang adat yang dihadirkan dalam
kali disertai pemukulan doal (gong kecil)
untuk merayakan daur hidup terakhir
ritual ini dan mengumumkan pemberian
sebanyak-banyaknya dalam hitungan
Orang Batak Angkola, yaitu kematian.
gelar turunan kepada cucu almarhum.
ganjil. Selanjutnya, jenazah diserahkan
(Andian Siregar Siagian, Pemuda
Selanjutnya, Raja Panusunan Bulung
kepada pihak pemuka agama untuk
pemerhati Adat dan Kebudayaan
memerintahkan pengangkat jenazah agar
dimakamkan.
Batak Angkola)
Masyarakat setempat ikut mempersiapkan hombung atau keranda yang akan membawa jenazah mendiang ke kuburannya - Andian Siregar Siagian
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 47
TRADISI LISAN
Pemandangan Talaud - shutterstock_1839399103 – Obet Semuel - https:// www.shutterstock.com/g/Obet+Semuel
I I
48 INDONESIANA VOL. 11, 2021 48 INDONESIANA VOL. 11, 2021
w a a k k a S Berkebun dan Bersyukur di Talaud
I I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 49 VOL. 11, 2021 INDONESIANA 49
asyarakat Talaud adalah suatu
M
kelompok masyarakat yang secara historis kultural mendiami
gugusan kepulauan di bibir pasifik yang dikenal dengan pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Talaud, sebagai pulau terluar di atas Sulawesi Utara yang merupakan beranda NKRI, berbatasan langsung dengan negara tetangga Filipina. Mereka telah hadir kira-kira 4.000 tahun sebelum Masehi. Nama Talaud dalam bahasa daerah disebut “taloda” yang berasal dari dua kata, yaitu kata “talo” adalah nama orang yang berasal dari Talaud, dan kata “oda” adalah nama isterinya yang berasal dari pulau Mindanao, Filipina. Keduanya digabungkan menjadi “taloda” dan menjadi nama anak keturunan mereka berdua. Berkembang juga cerita bahwa nama “Talaud” berasal dari akar kata “melaude” yang berarti jauh ke laut, mendapat awalan “ta” yang berarti tidak, sehingga Talaud berarti tidak jauh dari Laut. Talaud bisa juga berasal dari akar kata “tau” ditambah dengan “led (laude)”, tau artinya orang, led (laude) artinya lautan, sehingga talaude berarti orang lautan atau samuderawan. Talaud sering juga disebut dengan Porodisa. Kata “porodisa” berasal dari bahasa Portugis “paradise” yang berarti surga, konon ketika Portugis datang ke Talaud mereka mellihat keindahan Talaud yang sangat mempesona, tetapi
I
Talaud untuk maju menyerang bangsa portugis yang ingin menjajah Talaud.
Sawakka adalah tradisi lisan masyarakat Talaud yang diceritakan secara turuntemurun oleh pemimpin adat yang
karena masyarakat setempat tidak dapat
Adat Cocok Tanam
disebut Ratumbanua atau inangu Wanua
melafalkan dengan baik maka mereka
Kepatuhan warga masyarakat Talaud
atau Timaddu Ruanganna. Tradisi lisan
menyebutnya dengan porodisa. Tetapi
kepada adat dan pemuka-pemuka
dituturkan dalam upacara adat sebagai
ada pula yang mengartikan bahwa
adat atau tokoh masyarakat lainnya
puncak dari rangkaian kegiatan pekerjaan
porodisa itu berasal dari bahasa Talaud
masih sangat kuat. Mereka menyakini
bercocok tanam setelah upacara adat
sendiri yakni dari kata porrossa, dissa.
bahwa sebuah pelanggaran adat
malintukku halele, malintukku wualanna,
Kata “porrossa” berati potong, pancung,
akan menimbulkan akibat yang
manimbullah sasuanna, dan mallano
sementara kata “dissa” berarti serang
akan ditanggung mereka dan bisa
sasuanna. Sawakka merupakan ungkapan
sehingga porodisa sebuah kata yang
mendatangkan malapetaka berupa sakit,
syukur yang dilakukan oleh mereka
diucapkan dengan lantang dan nyaring
kematian, bencana alam, atau kegagalan
yang telah bekerja keras, mengalami
untuk memberi semangat kepada orang
dalam penghasilan perekonomian.
pertolongan Tuhan selama bekerja,
50 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Hutan Mangrove di Talaud - shutterstock_1949604586 – Tevi Images - https://www.shutterstock.com/g/ Tevi+Images
Upacara Adat Malintukku Wualan Upacara adat malintukku wualan atau menurunkan benih/bibit, merupakan kegiatan lanjutan setelah masyarakat selesai membuka dan mempersiapkan lahan untuk ditanami. Tahapan berikutnya masyarakat akan menanami lahan dimaksud dengan benih/bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Upacara adat ini mengandung makna permohonan kepada Yang Maha Esa agar benih/ bibit yang akan ditanam dapat bertumbuh dengan baik dan pada akhirnya menghasilkan panen yang berlimpah dan memberikan kemakmuran.
Upacara Adat Manimbullah Sasuanna Upacara adat manimbullah sasuanna atau mengasapi/ menyehatkan tanaman, yang merupakan upacara adat yang dilakukan dalam proses pemeliharaan tanaman agar tanaman boleh tumbuh dengan subur dan memberikan hasil yang menerima hasil dari kerja keras yang
biasa dilakukan ketika masyarakat
berlimpah. Upacara ini biasanya
dilakukan dan pada akhirnya menyadari
akan memulai membuka
dilakukan beberapa waktu
bahwa semua itu merupakan berkat
dan menyiapkan lahan untuk
setelah tanaman sudah mulai
Tuhan.
ditanami, bisa dilakukan secara
tumbuh, dimana masyarakat
sendiri namun biasanya banyak
akan membakar sesuatu disekitar
dilakukan secara berkelompok
tanaman dengan maksud
(ma’ariu). Parang menjadi simbol
dan keyakinan bahwa asap
dari aktivitas membuka lahan,
memberikan dampak kesuburan
sehingga perlu diupacarakan dan
bagi tanaman yang telah ditanam
didoakan agar diberkati Tuhan
dan mulai tumbuh.
Keseluruhan rangkaian ritual cocok tanam ini terbagi dalam tahap-tahap yang masing-masing ditandai oleh upacara adat.
Upacara Adat Malintukku Halele. Upacara adat malintukku halele
dan terhindar dari kecelakaan selama bekerja.
atau menurunkan parang merupakan upacara adat yang
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 51
Merayakan Sawakka – Clartje Awulle
Upacara Adat “Mallano Sasuanna”
Bersyukur Lewat “Sawakka”
Upacara adat malanno sasuanna
itu berakhir, dimulailah sawakka atau
atau memohon doa agar
upacara syukur selesai panen sebagai
tanaman terhindar dari penyakit,
suatu ucapan syukur kepada Tuhan
merupakan upacara adat
Penguasa atas perolehan hasil panen.
yang dilakukan selama proses
Dalam ritual ini Ratumbanua selaku
pemeliharaan dan menunggu
pemimpin adat menyampaikan doa
panen tiba. Penyakit bisa saja
syukur sebagai sebuah ungkapan terima
menyerang tanaman yang telah
kasih yang dalam karena Tuhan telah
mulai tumbuh sehingga melalui
menjawab doa mulai dari pembukaan
upacara adat ini masyarakat
lahan, penanaman bibit, pemeliharaan
memohon perlindungan Tuhan
dan panen serta Tuhan telah melindungi
agar tanaman yang telah mereka
masyarakat petani selama bekerja
tanam mendapat perlindungan
melalui kesehatan, kekuatan dan
Dalam upacara adat ini diletakkanlah
dan menghasilkan panen yang
kemampuan. Biasanya pemimpin agama
sebuah ba’aa, yaitu ketupat besar yang
berlimpah.
dalam hal ini pendeta, pastor atau
dianyam berbentuk burung “asiare”
penatua juga diberikan kesempatan juga
(elang), sebagai lambang kemakmuran
untuk memanjatkan doa syukur kepada
yang telah diterima melalui hasil panen.
Tuhan.
Ratumbanua selaku pemimpin adat
Setelah seluruh ritual cocok tanam
Upacara adat sawakka diikuti oleh seluruh masyarakat sebagai ungkapan syukur seluruh masyarakat kepada Tuhan karena telah menganugerahkan berkat secara berkelimpahan sehingga suasana yang tampak adalah suasana penuh sukacita, persaudaraan, dan perdamaian. Hal ini ditunjukkan dengan seluruh masyarakat membawa makanan dari rumah masing-masing (saruwenten) dan berkumpul menjadi satu di dalam losoh (tenda besar) yang didirikan secara bersama di tanah lapang dan siap mengikuti upacara adat.
akan melakukan ritual pemotongan
I
52 INDONESIANA VOL. 11, 2021
ba’aa dan dilanjutkan dengan menikmati makanan yang telah dibawah dari rumah masing-masing untuk disantap bersama. Melengkapi sukacita, dalam upacara adat tersebut biasanya ditampilkan rangkaian tari-tarian yang berkisah tentang saat membuka ladang, menanam padi, memelihara dan memetik hasil sebagai ungkapan syukur. Lagu-lagu daerah Talaud sebagai sebuah identitas budaya juga dinyanyikan melengkapi sukacita dalam upacara syukur. Beberapa lagu daerah Talaud yang populer adalah lagu-lagu pujian terhadap daerah, antara lain Lembungu Rintulu, Porodisa I’lellare’, Su’ Bowon’ Manu Darua, Tuta Mandassa, Eh Apa Lodda Sia, Passaran’nu Indonesia, Oh Taloda Inariadi, dan Tahaloang Tomdolana. Lagu-lagu tersebut menggambarkan pujian dan pujaan terhadap tanah kelahiran dan
Masyarakat Talaud merayakan Natal dan Sawakka bersama-sama – Clartje Awulle
rasa cinta orang Talaud terhadap tanah Talaud. Lagu-lagu ini mengisahkan bahwa ketika mereka pergi, tanah Talaud selalu akan diingat dan tidak terlupakan. Hal ini memberikan satu gambaran bahwa pengaruh eksternal tidak menggoyahkan identitas Talaud, tetapi justru mendorong pelestarian budaya setempat. Ini adalah perwujudan ketahanan budaya yang harus dipupuk dan dilestarikan dalam rangka menggulirkan pemajuan budaya Indonesia (Clartje S.E.Awulle, Donna Sampaleng, Mayske Rinny Liando: Dosen asal Sulut)
Perayaan Sawakka di Talaud – Clartje Awulle
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 53
WASTRA
Gringsing
Menenun Keseimbangan
I
54 INDONESIANA VOL. 11, 2021
J
ika mendengar kata Bali, yang terlintas di benak adalah panorama alam yang indah dan tradisi yang masih sangat kental. Masyarakat Bali memang masih mengikat diri pada tradisinya, termasuk pada tradisi wastra. Tidak
mengherankan jika di beberapa tempat ditemukan kain tenun dengan motif khas yang terinspirasi dari alam. Proses pembuatan tenun ini terikat pada tradisi. Kain Gringsing dari Tenganan Pegringsingan adalah salah satunya.
Bagi masyarakat Tenganan
sakit atau terhindar dari sakit. Oleh sebab
Pegringsingan, menenun bukan
itu, gringsing juga dipercaya memiliki
sekadar menghasilkan selembar kain
kekuatan magis sebagai penolak bala.
untuk penutup tubuh atau kebutuhan
Keyakinan ini tidak hanya dipercayai oleh
fesyen. Kain Gringsing memiliki fungsi
masyarakat Tenganan Pegringsingan,
khusus dalam tradisi keagamaan di
namun juga daerah-daerah lain di
masyarakat Pegringsingan. Tenun ini
Bali. Oleh karena itu, Masyarakat Bali
hadir di sebagian besar rangkaian
mensyaratkan hadirnya kain gringsing
upacara keagamaan. Dalam beberapa
sebagai penolak mara bahaya.
kesempatan, kain Gringsing bahkan menjadi syarat utama dalam upacara.
upacara tolak bala dan permohonan
tenun itu yang mengandung makna
keselamatan untuk anak tengah sebuah
keseimbangan tetapi juga warna pada
keluarga yang diapit oleh anak pertama
tenun itu sendiri. Warna hitam, merah,
dan anak ketiga yang meninggal. Konon,
dan putih atau kekuningan pada kain
Tenun Gringsing tercipta ketika Dewa
Gringsing, melambangkan unsur air,
Indra sedang mengagumi kecantikan
api, dan udara. Ketiga warna itu harus
langit di malam hari. Dewa Indra,
seimbang agar alam dan tubuh terhindar
kemudian, menunjukkan kecantikan
dari sakit.
bintang-bintang di langit itu kepada Wong
Pegringsingan adalah keturunan Wong Paneges yang berasal dari wilayah
lahirnya berbagai macam motif tenun Gringsing. Versi lain meyakini bahwa ketrampilan
Paneges mewasiatkan pentingnya
menenun Gringsing didapat dari Dadong
menjaga keseimbangan kepada
Bungkuk, penenun Gringsing di Bulan.
keturunannya. Hal ini dimaksudkan agar
Kepiawaian Dadong Bungkuk inilah yang
kehidupan bisa terus berlanjut. Prinsip
ditiru masyarakat Grinsing sehingga
keseimbangan tersebut disimbolkan
lahirlah tradisi menenun yang sarat
dengan tapak dara (tanda tambah)
makna itu.
sebagai symbol dalam kehidupan
gunaan Tenun Gringsing di
masyarakat. Symbol ini diinsersi
Tenganan Pegringsingan
dalam motif lubeng, motif dasar tenun
ing Saat menari Abwang
Paneges. Itulah yang menjadi inspirasi
Kerajaan Bedahulu. Konon, Wong
Keterangan: contoh peng-
Mengenakan Tenun Grings-
sanan empeg, yang digunakan dalam
Sebenarnya, tak hanya motif dalam
Menurut hikayat, masyarakat Tenganan
Foto : Muda-Mudi Tenganan
Sebagai contoh, kain Gringsing motif
Gringsing. Nama Gringsing sendiri berasal dari kata
Lemah -Ni Wayan Widayanti
gering yang artinya sakit dan sing yang
Arioka
berarti tidak. Jadi, gringsing artinya tidak
Menenun untuk Keberlanjutan Tradisi Bagi masyarakat Tenganan Pagringsingan, menenun adalah proses olah rasa dan laku spiritual yang ketat. Gringsing merupakan tenun ikat ganda,
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 55
Keterangan : Keseharian Pekak Raji memproses kapas menjadi benang Foto : Pekak Raji Ni Wayan Widayanti Arioka
yakni benang dihi yang vertikal (bagian
waktu ini adalah representasi dari
memastikan bahwa semua benang
lebar kain) maupun benang pakan
pengendalian diri dan kesabaran sebagai
terpisah sebelum proses penenunan
yang horizontal (bagian panjang kain).
laku spiritual.
dimulai. Proses ini dilakukan seperti
Tenun ikat ganda ini memiliki motif yang dihasilkan melalui proses peng-ikat-an dan pewarnaan yang khas. Sebagai infomasi, Ikat ganda merupakan simbol rwabhineda yang berarti bahwa segala sesuatu selalu berpasangan dan saling menyempurnakan.
atau memisahkan serat kapas dari bijinya, nyetet atau memekarkan dan membersihkan kapas, ngulung atau menggulung kapas pada sebuah tangkai bambu, hingga ngantih atau memintal benang menggunakan jantra atau roda
menyisir rambut. Benang dianggap layaknya rambut yang perlu disisir dengan hati-hati agar tidak putus. Gerakan nyikat sama seperti menyisir rambut, dari atas ke bawah, dan diulangi berkali-kali sampai benang kering dan tidak ada yang menempel satu sama lain.
Tenun Gringsing merupakan hasil
kayu silinder yang diputar tangan. Proses
Hal ini memperlihatkan bahwa tradisi
dari proses Panjang. Berawal dari
memintal benang adalah proses yang
menenun di Tenganan Pegringsingan
dari memintal kapas menjadi benang,
penuh kesabaran dan ketelitian. Sering
terikat pada berbagai aturan yang harus
mempersiapkan benang menjadi dihi
kali, kapas yang dipintal putus di tengah
ditaati. Aturan lain adalah proses ngames,
dan pakan, mengikat benang untuk
jalan dan perlu disambung kembali agar
yakni proses mewarnai kain menjadi biru.
membentuk motif, mewarnai benang,
berkesinambungan.
Proses ini tidak boleh dilakukan di dalam
hingga mengawinkan benang dihi dan pakan untuk menjadi selembar kain. Setidaknya, ada delapan belas langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan selembar kain Gringsing. Rangkaian proses panjang dan memakan
I
Proses menenun itu adalah Mebed
56 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Bagaimanapun, kain Gringsing adalah kain yang sakral bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Gringsing
wilayah Tenganan Pegringsingan. Proses ngames dilakukan oleh masyarakat di Desa Bugbug, Karangasem.
diperlakukan dengan sangat hati-hati,
Selanjutnya, proses merendam benang
bahkan sejak dari masih berupa benang.
untuk pewarnaan, baik perendaman
Pada proses nyikat adalah proses untuk
pertama maupun perendaman
berikutnya, tidak boleh dilakukan saat
benang) di rumah salah satu keluarga di
Pada akhirnya, Gringsing bukan hanya
kajeng (hari ketiga pada tri wara, siklus
luar desa Tenganan Pegringsingan. Ritual
sekedar lembaran kain dengan motif-
waktu tiga harian pada penanggalan Bali).
ini mengandung pesan bahwa kelak
motif yang menarik dan unik secara
sesudah menikah ia harus siap menjadi
etnik namun merupakan proses
ibu yang menenun sendiri pakaian anak-
penuh kesabaran demi mencapai
anaknya.
keseimbangan hidup. Keterikatan pada
Melekat pada Tradisi Religi Salah satu yang unik pada masyarakat Tenganan Pegringsingan adalah bahwa pernikahan yang diharapkan adalah pernikahan yang terjadi di antara warga mereka sendiri. Tetu saja, kain khas Tenganan Pegringsingan merupakan kain yang digunakan sebagai busana utama pernikahan adat. Namun, tidak sekadar mengenakan kain Gringsing, prosesi
Masih terkait upacara perkawinan, dalam mebanten kaja, sepasang suami istri yang baru menikah selama setahun terakhir wajib hadir untuk memperkenalkan diri sebagai suami istri kepada Ida Bhatara Sanghyang. Mereka wajib mempersiapkan banten tambahan
tenun Gringsing adalah keterikatan pada ritual keagamaan dan keterikatan pada kelanjutan tradisi. Upaya revitalisasi diharapkan mampu membuat kain Gringsing tetap lestari di tengah gempuran produksi kain massal dan penggunaan pewarna sintetis.
berupa sepasang kain Gringsing merah
Pekak Raji, satu-satunya pemintal
dan hitam. Gringsing yang dibawa oleh
benang Tenganan Pegringsingan, baru
pasangan ini adalah Gringsing suci yang
saja wafat pada akhir tahun 2020 lalu.
lembarannya masih berkesinambungan
Kepergiannya tentu berpengaruh pada
(belum digunting bagian ujungnya)
keberlangsungan tradisi memintal
dan belum pernah dikenakan sebagai
benang di Tenganan Pagringsingan.
pakaian. Saat ini, kain Gringsing juga
Namun, masyarakat Tenganan
digunakan pada upacara kematian, yakni
Pegringsingan percaya pasti akan ada
Pengantin perempuan di Tenganan
untuk menutup jenazah. Namun hal ini
yang meneruskan ketrampilan memintal
Pegringsingan wajib ngantih (memintal
bukan merupakan keharusan.
benang ini. Ni Wayan Widayanti Arioka,
perkawinan antarwarga di Tenganan Pegringsingan juga melibatkan tradisi tenun yang mereka pelihara. Mahar terbaik bukan berupa uang atau benda mahal lainnya melainkan benang grinsing yang menyimbolkan sambungan tali persaudaraan antara kedua keluarga.
yayasan Wisnu
Keterangan : proses menenun di Tenganan Pegringsingan
Foto : Proses Menenun Ni Wayan Widayanti Arioka
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 57
JALUR REMPAH Gorontalo, sebelum 1880, Woodbury & Page (Batavia), KITLV 26755
Jejaring Perdagangan Rempah di Teluk
Tomini
T
eluk Tomini tidak begitu populer
di dunia dan tergabung dalam jaringan
sekitar 1.179 km2. Dengan wilayah yang
di telinga kaum milenial, bahkan
perdagangan rempah.
cukup luas, Teluk Tomini menyimpan
masyarakat Indonesia pada
umumnya. Masyarakat lebih mengenal Manado, Gorontalo, Makassar, Sulawesi, dan wilayah-wilayah yang orientasinya daratan. Tidak terkenalnya Teluk Tomini bukan karena posisinya yang cukup jauh dari pusat, namun karena narasi sejarah Teluk Tomini yang kurang dilirik oleh sejarawan. Padahal, Teluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar
I
58 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Teluk Tomini merupakan kawasan laut yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.
kompleksitas sejarah yang cukup banyak terutama mengenai pelayaran dan perdagangan.
Kawasan ini berperan sebagai ruang
lintasan perdagangan komoditas yang
Teluk Tomini memiliki karakter berbeda
berada di tiga wilayah tersebut. Teluk
dengan pelayaran dan perdagangan
Tomini memiliki 56 gugusan pulau
Nusantara. Perbedaan karakter itu
yang tersebar di kawasan yang luasnya
disebabkan oleh faktor geografis dan
sekitar 59.500 km , panjang garis pantai
beragamnya komoditas, di antaranya
2
Pelayaran dan perdagangan di
tempurung penyu, damar, rotan, garam, emas, dan berbagai hasil darat termasuk rempah. Faktor geografis dan kekayaan komoditas inilah yang mengundang banyak pedagang dari berbagai tempat bahkan pedagang Cina kerap berkunjung ke Teluk Tomini. Ramainya aktivitas di Teluk Tomini membuat wilayah ini menjadi satu destinasi penting dalam jaringan
Engels telegraafkabelschip Faraday in de Golf van Tomini (Kapal Kabel Telegraf Inggris, Faraday, di Teluk Tomini, 1913, Oud albumnr 3/113. Album afkomstig van C.H. de Goeje, destijds inspecteur van scheepvaart te Batavia. KITLV 94557
pelayaran dan perdagangan Nusantara. Jaringan itu dikenal sebagai jaringan perdagangan rempah dan Teluk Tomini berada pada jaringan perdagangan rempah itu sendiri. Teluk ini terikat dalam jaringan yang terangkai dari Malaka ke Maluku. Keterikatan Teluk Tomini dengan jaringan pelayaran Nusantara menjadi sangat memungkinkan karena kawasan Teluk Tomini tidak hanya menjadi wilayah penghasil komoditi perdagangan tetapi juga penyokong alur komoditas pada jaringan perdagangan rempah. Sokongan yang diberikan oleh Teluk Tomini yakni komoditi tambahan selain rempah, yang juga cukup diminati oleh para pedagang. Misalnya saja emas dan barang tambang
Nelayan di Pantai Teluk Tomini (Vissers in de Baai van Tomini), Circa 1920, KITLV 34579
berupa logam. Komoditas itu dibawa ke Maluku dan digunakan untuk pembuatan senjata dan alat-alat yang mendukung perdagangan rempah. Tempurung penyu menjadi komoditi langka yang sangat diminati oleh bangsa Cina karena dapat dibuat berbagai macam barang dagangan. Rempah dan Teluk Tomini Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara (2011) menyebut, rempah pada dasarnya adalah komoditi yang sangat diminati oleh para pedagang, terutama bangsa Eropa dan Cina. Berdasarkan catatan Ghau JuKapal Uap Tomini di Teluk Tomini (Stoomschip Tomini in de bocht van de Golf van Tomini), circa 1900, KITLV 4574
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 59
Teluk Gorontalo (Baai van Gorontalo), circa 1927, KITLV 171162
Kua, lada telah menjadi komoditi yang
dan pada 25 Februari 1605, dan Portugis
berasal dari Jawa pada abad ke-12. Selain
takluk. Jaringan perdagangan rempah
itu, Kerajaan Chola yang melakukan
akhirnya dikuasai oleh Belanda, dalam
ekspansi perluasan wilayah ke Jawa
hal ini VOC, dan rempah menjadi
dan Bali bertujuan untuk menguasai
komoditas yang dimonopoli oleh Belanda
pusat perdagangan rempah pada abad
berikut jaringan perdagangannya.
ke-10 dan ke-11, seperti ditulis Djoko Marihandono dan B Kanumoyoso, dalam Rempah, Jalur rempah, dan Dinamika Masyarakat Nusantara (2016). Bangsa Eropa akhirnya tiba di Nusantara pada abad ke-16, lalu Portugis menaklukkan
Selain itu, pedagang dari Cina juga dapat memperoleh tempurung penyu dari Teluk Tomini. Kondisi ini membuat posisi Gorontalo menjadi penting sebagai pintu masuk perdagangan di Teluk
Teluk Tomini yang terikat dengan jaringan
Tomini. Namun rempah masih menjadi
perdagangan rempah juga memperoleh
primadona utama dalam perdagangan
dampak dari usaha dominasi Belanda,
Internasional yang diperoleh dari Maluku.
karena Teluk Tomini berpotensi besar menjadi satu kawasan pelayaran dan
Jaringan Perdagangan Tertutup
perdagangan dengan produksi komoditas
Di Maluku juga diperdagangkan besi
beragam yang cukup laku di pasar
dalam jumlah yang besar, yang berasal
internasional. Itu nilai lebihnya. Satu
dari Banggai. Selain besi, ada pula
komoditas yang cukup digemari pada
senjata besi seperti parang, pedang,
masa abad ke-19 yakni teripang. Teluk
dan pisau. Emas didatangkan dari
Tomini menjadi penyuplai komoditas
pulau lain, seperti ditulis Anggita
perdagangan dalam jalur internasional
Pramesti, Adrian Perkasa, dan A
Penaklukkan atas Maluku menjadi
the Sulu Zone, jalur yang dikenal dengan
Cortesao dalam Suma Oriental Karya
sangat penting karena menjadi pusat
komoditas utama teripang yang sangat
Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah
perdagangan rempah Nusantara saat
digemari oleh orang-orang Cina sejak
ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues
itu. Terlebih lagi, Portugis juga telah
tahun 1500an karena dapat digunakan
(2005). Tome Pires mengungkap dalam
menguasai Malaka. Praktis kondisi itu
juga sebagai bahan obat-obatan. Hal itu
catatan perjalanannya bahwa emas
membuat Portugis menguasai jaringan
dicatat H Sutherland dalam Trepang and
didapat dari pulau-pulau lain. Satu
perdagangan rempah. Akan tetapi,
Wangkang : the China Trade of Eighteenth-
pulau yang ia maksud adalah Teluk
dominasi Portugis mulai menurun ketika
Century Makassar c. 1720s-1840s. Authority
Tomini. Karena, di abad ke-8 wilayah
Belanda berhasil mencapai Nusantara
and Enterprise among the Peoples of South
Malaka pada Juli 1511, disusul pada November 1511 Antonio d’Abreau melakukan ekspedisi menuju Maluku (L.Y. Andaya, The World of Maluku : Eastern Indonesia in the Early Modern Period, 1993).
I
Sulawesi (2000).
60 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Kasimbar, Toriboelie dan Ampibaboe.
Kondisi itu menjadi poin penting yang
Tujuannya adalah untuk menguasai jalur-
mendukung terbentuknya jaringan
jalur pelayaran dan distribusi komoditas
pelayaran dan perdagangan, bahwa
karena wilayah tersebut merupakan
konektivitas yang terjadi antarwilayah
penghasil komoditas hutan dan emas, di
didukung oleh komoditas yang
bawah pemerintahan Moutong (Besluit
didistribusikan dari satu titik ke titik yang
No 14, Buitenzorg 27 Agustus 1897,
lain. Titik yang dimaksud yakni Gorontalo,
ANRI). Empat wilayah tersebut tepat
Moutong, dan Parigi. Terhubungnya
berada di pantai timur Teluk Tomini.
kawasan Teluk Tomini sebagai jaringan
Dengan kondisi yang demikian, posisi
pelayaran dan perdagangan tertutup
Pelabuhan Tomini menjadi pelabuhan
membuat alur komoditas terpusat ke
transit komoditas yang dibawa oleh
Gorontalo.
para pelaut untuk didistribusikan ke Gorontalo. Berikut gambaran posisi empat wilayah yang menyokong Pelabuhan Tomini pada abad ke-19.
ini telah dikatakan menghasilkan emas yang cukup berkualitas, terutama di Gorontalo dan Moutong, merujuk J.G.F. Riedel dalam De Vestiging Der Mandaren In de Tomini-Landen. In A. B. C. Stuart (Ed.), Tijdschrift Indische Taal, Land- En Volkenkunde. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Westenschappen (1870). VOC bahkan mendirikan pos militer untuk
Ikatan jaringan perdagangan rempah kemudian terhubung melalui Gorontalo dan Manado. Dengan begitu, rangkaian jaringan rempah terhubung dengan
Tiga wilayah tersebut akhirnya memiliki
Teluk Tomini. Betapa Teluk Tomini
peran dan karakter tersendiri untuk
berperan penting pada keberlangsungan
mendukung pelayaran dan perdagangan
jaringan perdagangan rempah Nusantara
di Teluk Tomini. Gorontalo sebagai
(Abd. Karim, Balai Penelitian dan
entreport, Muotong menjadi pusat
Pengembangan Agama Makassar)
pengumpulan, dan Parigi menjadi titik penyangga. Parigi juga bisa menjadi pusat pengumpulan (koleksi) bagi wilayah sekitarnya yang menyuplai hasil hutan dan hasil laut yang kemudian didistribusikan ke pelabuhan pusat.
menjaga wilayah ini dan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mendirikan beberapa pos pengamanan wilayah. Setelah Mouton (Moutong) menandatangani kontrak dengan Hindia Belanda pada tanggal 24 Februari 1832, Belanda tidak lagi melakukan kontak dengan wilayah itu, seolah-olah lepas dari wilayah Hindia Belanda (S Kartodirdjo dalam Ikhtisar Keadaan Politik HindiaBelanda Tahun 1839-1848. Arsip Nasional Republik Indonesia, 1973). Bentangan laut Teluk Tomini merupakan potensi yang sangat besar bagi pemerintah Hindia Belanda. Penguasaan dilakukan sampai ke wilayah leher Teluk Tomini yang terdiri dari wilayah Sigentie,
Parigi, Circa 1937, Reis van A.A. Cense door Midden-Celebes, KITLV 29438
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 61
KULINER
m Se
Rempah Meruah dalam
T
an g k uk C O t O
idak bisa
dibantah, bahwa
setiap orang memiliki
pengalaman dan ekspresi yang ruparupa terhadap cita rasa makanan berkuah yang pernah dicicipi. Beda lidah, maka beda pula versi dalam
menilai. Makanan berkuah yang mudah
mereka
dari jalan raya, misalnya, lebih mudah
gemari, tetap saja
diberkati pelanggan. Di tengah-tengah
satu warung coto tidak pernah hilang
cengkeraman restoran yang menyajikan
pamornya. Tua-muda datang berkunjung
aneka makanan daerah dan makanan
untuk mencicipi makanan ini. Bukan lagi
luar negeri, didukung dengan bangunan
hal aneh, bahwa masing-masing orang
megah atau modern, warung coto
memiliki warung coto andalan.
tidaklah tersisihkan bagi perut para pencinta masakan daging dan jeroan
dijumpai dan termasuk favorit bagi
Rasa kuah, daging, harga, tempat, dan
orang-orang, khususnya di kota Makassar
pelayanan, turut menjadi penentu
adalah coto. Selera mencecap coto
orang-orang menyenangi satu atau
Tiap-tiap warung coto memiliki kuah khas
menimbulkan subjektivitas. Dua orang
dua bahkan lebih warung coto. Selain
dan keempukan daging yang berbeda.
atau lebih kadang saling sanggah demi
rasa, lokasi strategis juga menentukan
Ada yang menyajikan kuah sangat kental,
mempertahankan warung coto yang
warung coto dapat bertahan puluhan
ada yang tidak. Ada yang dagingnya
tahun. Berada di tepi atau tidak jauh
I
Semangkuk kebahagiaan shutterstock_1982143724 – Tyasindayanti - https:// www.shutterstock.com/g/ Tyas+Indayanti
62 INDONESIANA VOL. 11, 2021
berkuah, kendati tempatnya sederhana.
begitu empuk, ada yang sedang, dan
Coto adalah identitas - shutterstock_1695167698 - Musfirahsergi99 - https://www.shutterstock. com/g/Musfirahsergi99
bahkan agak keras. Hal ini berkaitan dengan durasi pemasakan. Perapian untuk kuah juga harus tetap terjaga. Ada warung yang sejak awal menggunakan kayu bakar dan tetap bertahan hingga kini, karena menyangkut aroma. Ada juga yang memilih kompor minyak, karena enggan repot menyediakan kayu, lagipula warungnya tidak luas. Jika daging dan jeroan belum matang, dan butuh puluhan menit lagi sesuai hitungan juru masak, coto pun tidak jadi dihidangkan, kecuali pengunjung bersedia merelakan waktu untuk sabar menunggu. Menjaga komposisi rasa memang menjadi perhatian utama.
Persebaran Warung Pasti, mudah saja menemukan warung coto di Kota Makassar. Warung-warung yang dapat disambangi di antaranya di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jalan Monumen Emmy Saelan, Jalan Minasa Upa, Jalan Antang Raya, Jalan Sultan Alauddin, Jalan Abdullah Daeng Sirua, Jalan Monginsidi, Jalan Gagak, Jalan Nusantara, Jalan Ranggong, Jalan Sunu, Jalan Merpati, Jalan Harimau. Penamaan warung coto kerap merujuk
beda, bukan? Pelanggan tahu warung
pada nama jalan (tidak berlaku untuk
coto mana yang sesuai untuk lidahnya.
warung dengan banyak cabang), nama
Asal-usul Coto Coto berbeda dengan soto. Anto
Bagi sebagian warga yang tinggal di kota
(41), pemilik warung di Jalan Perintis
Makassar, coto kadang menjadi menu
Kemerdekaan Makassar mengutip cerita
Potensi dagang coto sangatlah besar.
sarapan sebelum beraktivitas, sebab
almarhum bapaknya, bahwa babat (orang
Orang tidak akan bosan menyantapnya,
warung coto rata-rata buka sejak pagi.
sering menyebut handuk) itulah inti coto.
meski kerap memasak di rumah juga.
Lain hal, beberapa orang percaya makan
“Saya tidak ragu pada apa yang dikatakan
Murahnya harga semangkuk coto bukan
coto dapat menjadi solusi kala tekanan
bapak, mengingat ia puluhan tahun
tolak ukur warung tersebut akan ramai
darah sedang rendah. Sarapan dengan
bersentuhan dengan coto. Baik sebagai
pengunjung. Sebaliknya, warung coto
coto memberikan energi positif untuk
pelayan di warung coto yang dianggap
yang mahal bukan jaminan ditinggalkan
menjalani hari.
warung coto pertama di kota ini, hingga
orang, atau nama daerah.
pelanggan. Lidah seseorang berbeda-
jadi peracik dan pemilik warung yang
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 63
banyaknya warung coto yang lebih dulu lahir dan sudah sohor. Selain ketupat, pemilik warung menyediakan pula nasi dan buras. Hal menarik yang dipandang sebagai strategi pasar daftar menu hidangan coto yang unik, misalnya dengan diakronimkan. Dansa, adalah kependekan dari daging saja (tanpa jeroan). Akronim lain yang bisa membuat senyum-senyum yaitu janda, atau jantung-daging. Jika pelanggan ingin memesan jantungdaging-otak, maka akronimnya adalah janda berpikir. Untuk janda mau mandi, artinya jantung-daging-handuk (babat). Dansa (Daging Saja)- shutterstock_1742453021 – Yohanes Setiyanto - https:// www.shutterstock.com/g/ yohanes_setiyanto
Ada pula japar atau jantung-paru, parto atau paru to’, dan daus atau daging-usus. Tanpa perasaan berarti campur (tidak pakai hati), jahat berarti jantung-hati, dapur artinya daging paru, dan oplosan
diwariskan kepada kami anak-anaknya,”
kerap memilih memesan coto ke warung
berarti campur (merujuk pada daging
tuturnya.
langganannya sebagai sajian, karena
dan jeroan). Pemilik warung memang
tak ingin mengecewakan lidah tetamu.
harus kreatif, harus terus mendulang
Tidak mudah mengolah rempah-rempah
daya tarik. Dengan pesatnya penggunaan
untuk membuat kuah coto yang gurih.
media sosial, warung dapat menjadikan
Bisa gagal jika bukan ahli atau orang yang
akronim-akronim menu itu sebagai cara
sudah biasa meracik bumbu-bumbunya.
berpromosi. Pengunjung dengan senang
Sudah umum diketahui, bahwa bahan
hati turut pula memublikasikan di akun
utama coto adalah daging dan jeroan,
media sosialnya. Namun, akronim ini
kemudian bahan-bahan bumbu terdiri
sekadar akronim yang dipajang di daftar
dari kacang tanah, serai, ketumbar,
menu, orang-orang tetap akan memesan
jintan, kemiri, bawang merah dan putih,
yang lazim diucapkan.
Banyak orang berargumen mengenai asal-usul makanan berkuah itu, dengan mengamatinya dalam beragam aspek, mulai pemilihan rempah, pemilihan daging, hingga cara penyajian. Tidak terdapat sumber lokal, dokumen, atau laporan bangsa asing sebelum abad ke-20 yang menyebutkan coto merupakan makanan khas atau dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Hal itu karena bumbu rempah merupakan produk mahal di masa lalu. “Keberadaan coto kemungkinan besar baru pada paruh awal abad ke-20. Namun, penelitian lebih jauh mengenai keberadaan kuliner ini belum dilakukan secara mendalam dari aspek sejarah,”
dalam eksekusinya, tidak pernah mudah menakar bahan-bahan. Ada yang menyebut kuah coto membutuhkan 40 rempah. Namun, Anto menyanggahnya. “Itu terlalu banyak dan tak tahu jelas apaapa saja,” katanya
tutur Dr. Amrullah Amir, dosen Ilmu
Yang menarik dari warung-warung coto
Sejarah Universitas Hasanuddin yang
di Kota Makassar, hadirnya warung
sering meneliti dan menulis seputar
yang menggratiskan ketupatnya, berapa
sejarah abad ke-17 di Sulawesi Selatan.
pun hendak dilahap. Strategi jitu untuk
Seseorang yang mengadakan hajatan
I
kayu manis, dan lain-lainnya. Namun,
64 INDONESIANA VOL. 11, 2021
meraih pelanggan, sebab satu warung harus bertahan di tengah-tengah
Hal-hal menarik tentang coto, terutama campuran rempah-rempah yang menghasilkan kuah khas nan unik, membuat coto tetap eksis di mata penikmat kuliner lokal, Nusantara, hingga mancanegara. (Alfian Dippahatang, sastrawan asal Bulukumba)
Rempah yang meruah - shutterstock_1915352725 Hanifah Kurniati - https://www.shutterstock.com/g/ Hanifah+Kurniati
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 65
RITUAL
Selamatan di mata air - Henri Nurcahyo
Sanggring lamongan, Memelihara Lingkungan
M
endhak sanggring adalah ritual
haul. Namun sesungguhnya ini adalah
menyebut sayur) yang berbahan baku
tahunan di desa Tlemang,
tradisi konservasi lingkungan hidup,
ayam dan dimasak dengan cara-cara
Kecamatan Ngimbang,
kesenian rakyat, dan kuliner khas yang
khusus. Jadi mendhak sanggring adalah
hanya satu tahun sekali dimasak.
rangkaian ritual yang secara umum
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Makna harfiah dari mendhak adalah peringatan “ulang tahun kematian” atau
I
66 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Sanggring itu sendiri adalah nama masakan berkuah (orang Lamongan
mirip Bersih Desa. Sayur sanggring dipercaya memiliki khasiat dapat
Selamatan Warga- Henri Nurcahyo
Wayang Kruciil - Henri Nurcahyo
menolak penyakit atau sebagai obat,
Sanggring harus juga keturunan Juru
yang nantinya menjadi isyarat masa
sesuai dengan asal kata sanggring,
Sanggring sebelumnya dan melakukan
mendatang. Kalau rasanya sedap, berarti
yakni ‘sangkaning wong gering’ atau obat
puasa sehari semalam. Tiga buah wajan
persembahan mereka diterima. Hal yang
orang sakit. Selain itu ritual ini juga
besar yang digunakan pun merupakan
sebaliknya kalau masakan terasa terlalu
dimaksudkan agar masyarakat desa
peninggalan yang digunakan turun-
asin, terlalu manis atau bahkan tidak
beserta pemimpinnya selalu mendapat
temurun untuk memasak sayur sanggring.
enak dirasakan.
Menurut tradisi jumlah laki-laki yang
Keyakinan terhadap sakralitas ini
terlibat dalam proses memasak
ditandai dengan keikhlasan warga desa
ditentukan 40 (empat puluh) orang.
memberikan sumbangan berupa uang,
Sementara para perempuan memiliki
ayam (atau telor bagi yang tidak memiliki
tugas sendiri di dapur, menyiapkan
ayam), bahan masakan, makanan untuk
ayam panggang utuh hasil sumbangan
slametan (ambeng) dan juga tenaga.
warga, menyiapkan suguhan makanan
Pimpinan ritual juga harus dipegang
untuk tamu dan urusan lain yang tidak
oleh kepala desa, sebagai legitimasi
terkait langsung dengan ritual mendhak
kedudukan dan kekuasaan kepala desa
sanggring ini.
yang merangkap menjadi kepala adat.
kebanyakan warga hanya menanam
Setelah ayam dipotong, dicabuti bulunya,
Tradisi nyanggring seperti ini
jagung.
dan direbus air panas, maka daging ayam
memang juga ada di Gresik, biasanya
dipisah-pisahkan menggunakan tangan,
diselenggarakan pada bulan puasa dan
kemudian dimasak bersama dengan
dinikmati sebagai hidangan berbuka
aneka bumbu di tiga wajan besar yang
puasa. Tetapi yang ada di Tlemang
harus dilakukan di tempat terbuka.
berlangsung selama 4 (empat) hari
rahmat dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Juga harapan untuk hidup sehat, pertanian subur tanpa hama, rejeki lancar, dijauhkan dari balak dan bencana.
Aturan Unik Ritual Sanggring Tlemang adalah sebuah desa di perbukitan kapur berhutan jati. Sekalipun desa ini memiliki banyak mata air namun sayangnya kondisi lahan kapur tidak ideal untuk bersawah. Oleh karena itu
Inti acara mendhak sanggring adalah memasak sayur sanggring dan makan bersama oleh warga desa serta berdoa di makam Ki Buyut Terik yang dipercaya sebagai pendiri desa. Proses memasak
Ada aturan adat yang melarang Juru
sanggring seluruhnya hanya boleh
sanggring mencicipi hasil masakan,
dilakukan oleh laki-laki. Pimpinan Juru
karena justru rasa masakan itulah
berturut-turut berpedoman pada penanggalan Jawa, yaitu setiap tanggal 24 hingga 27 Jumadil Awal. Di samping
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 67
Penutupan ritual di makam Henri Nurcahyo
itu, juga ada ritual ndhudhug sumber
areal sekitar makam yang tadinya
Setelah areal makam bersih, sore
(membersihkan mata air) dan bersih
rimbun dan penuh semak belukar
harinya diselenggarakan pengajian
makam serta pergelaran kesenian langka,
dalam waktu singkat berubah menjadi
berupa istighosah kaum muslimat.
yaitu wayang krucil selama dua hari
terang benderang. Maklum selama satu
Ini memang acara tambahan yang
berturut-turut.
tahun tidak seorangpun diperbolehkan
menurut tradisi memang tidak ada. Baru
Jalannya Ritual Sanggring
memasuki areal pemakaman. Sementara
diadakan sekitar sepuluh tahun yang lalu
itu di bagian makam dilakukan
untuk mengadopsi kepentingan kaum
Pada hari pertama rangkaian acara
penggantian kain pembungkus,
agamawan.
dimulai membersihkan dua buah
mengganti atap daun alang-alang,
sendhang (mata air) yaitu sendhang
melapisi kain merah putih dengan yang
wedok dan sendhang lanang.
baru.
Sebelumnya diawali oleh Kepala Desa
Hari ketiga, pergelaran wayang krucil dimulai sejak pagi di halaman rumah kepala desa. Dua ekor kambing
Menurut sesepuh desa, Mujiono (67
disembelih untuk “selamatan
tahun), Buyut Terik (Raden Nurlali),
kambing” dengan menu khusus yang
konon berasal dari keluarga Raja
dipersembahkan untuk Ki Buyut Terik
Mataram yang sekitar tahun 1677
dengan cara dikunci dalam kamar.
meninggalkan Kerajaan Mataram karena
Ketika wayang krucil masih berlangsung,
merasa kecewa campur tangan kolonial
sejumlah warga dipimpin oleh kepala
Belanda. Raden Nurlali lantas menuju
desa mengunjungi makam Ki Buyut Terik,
ke arah timur, mengabdi dan berguru
memanjatkan doa sebagai pertanda
Hari kedua, ritual di makam punden
pada Sunan Giri di Gresik. Kemudian oleh
acara mendhak akan dimulai. Usai
desa, yaitu Ki Buyut Terik. Warga
Sunan Giri diberi tugas menyebarkan
dari makam, warga lantas menikmati
membersihkan semak-semak sehingga
agama Islam di daerah Lamongan.
hidangan khusus dengan menu daging
(Kades) dan sesepuh desa dengan sebuah ritual dengan cara menaburkan air kelapa muda yang dicampur dengan badheg (air tape) dan beberapa ramuan. Setelah itu dilakukan selamatan yang dipimpin oleh Modin, dengan hidangan yang dibawa masing-masing warga.
kambing di halaman rumah kepala desa.
I
68 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Menyiapkan ayam bakar Henri Nurcahyo
Sanggring - Henri Nurcahyo
Hari keempat, adalah puncak acara
acara ritual menuju makam. Mereka
mendhak sanggring. Kali ini digelar lagi
membawa sebungkus bunga tabur
pertunjukan wayang krucil dengan
makanan itu disuguhkan ke para tamu.
dan menyerahkan sedekah untuk
lakon yang berbeda dimana seluruh
Pergelaran wayang krucil yang mendekati
mengungkapkan rasa syukur kepada
pendukung dan dalang berbusana adat,
puncaknya nyaris tidak ada yang
Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan
tidak sebagaimana pentas sebelumnya
memerhatikan. Semua warga konsentrasi
sesaji untuk Ki Buyut Terik.
yang hanya mengenakan busana sehari-
menunggu pembagian sayur sanggring.
Pamungkas acara adalah selamatan
Setelah sambutan Kepala Desa dan doa
tutup gedhek yang merupakan ungkapan
Di tempat dan waktu yang sama,
yang disampaikan oleh Modin maka
syukur karena upacara telah berjalan
sejak pagi hari masing-masing warga
Juru Sanggring lantas satu persatu
lancar. Sementara di tengah kerumunan
desa menyumbangkan seekor ayam
mengisi wadah yang disodorkan warga.
ada warga yang melemparkan sejumlah
dan sebungkus bumbu jangkep serta
Setelah semua sayur sanggring habis
uang logam untuk diperebutkan. Ini
menyerahkan sekadar sumbangan untuk
maka pimpinan Juru Sanggring lantas
disebut udhik dan merupakan bagian
pelaksanaan acara ini. Juga ada yang
menggulingkan wajan sebagai bagian dari
takterlupakan dari ritual ini. Dengan
menyumbang kayu bakar.
tradisi.
acara berakhir, warga berangsur-angsur
Menjelang tengah hari warga desa
Tradisi mendhak sanggring ini menjadi
sudah berduyun-duyun mendatangi
sarana kerukunan warga. Bahkan
lokasi. Sebanyak 44 piring sayur
warga yang bermukim di luar kota
sanggring sengaja disiapkan panitia
tak mau ketinggalan nimbrung
sebagai suguhan untuk Ki Buyut
dalam ritual tahunan ini. Mereka ikut
Sanggring yang disimpan dalam sebuah
berbaris mengikuti hingga membentuk
kamar tertutup. Namun setelah didoakan
barisan yang sangat panjang dalam
hari.
meninggalkan lokasi. (Henri Nurcahyo, Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan)
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 69
SENI PERTUNJUKAN
Serampang 12 - shutterstock_1440998126 - https://www. shutterstock.com/g/Sony+Herdiana – Sony Herdiana
II
70 70 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021
Serampang Duabelas.. M
Riwayatmu Dulu, Kisahmu Kini
asa pembatasan kegiatan karena pandemi covid-19 yang meskipun menghambat peneliti dalam pengumpulan data, ternyata membawa pemikiran baru tentang tari serampang duabelas. Sebagai tari, serampang duabelas memiliki makna tersendiri dalam penulisan tari pergaulan yang bermula pada sekitar 1959 tersebut
Pemaknaan terhadap serampang
Menurut Tengku Lukman Sinar,
pengaruh yang tidak sesuai dengan
duabelas mau tidak mau harus dikaitkan
budayawan Melayu dan penulis buku
ideologi yang dicanangkan pada tahun
dengan kebijakan kebudayaan Bung
Pengantar Etnomusikologi dan Tarian
1959 dan tidak sejalan dengan promosi
Karno, Presiden I RI, yaitu pengembangan
Melayu, tari Melayu yang ada saat
kepribadian nasional. Tari serampang
tari tradisi menjadi tari pergaulan
ini hanya menggunakan gerak kaki
duabelas dirancang untuk menangkis
nasional. Kebijakan ini diambil sebagai
melompat-lompat dan kelincahan
hiburan pergaulan dansa-dansi yang
perlawanan budaya terhadap invasi
gerak tangan mengutamakan lirikan
mulai populer. Tari ini memang akhirnya
musik dengan tari rock and roll Bill
mata mengikuti irama seperti lagu dua.
cocok dengan zaman itu, serta menjadi
Hayley yang masuk ke Indonesia melalui
Tari serampang duabelas terdiri atas
daya tarik kuat bagi para pemuda dan
populerisasi filmnya. Musik dan tari rock
duabelas ragam irama/lagu Melayu
pelajar termasuk golongan tuanya.
and roll tersebut dianggap tidak senonoh
seperti senandung, mak inang, atau irama
dan tidak sesuai dengan kepribadian
yang terpengaruh oleh irama Portugis
bangsa Indonesia.
seperti lagu dua, pulau sari, dan pengaruh
Dinamika ragam irama dengan
Arab zapin, barodah, serta juga pengaruh
kelincahan gerak kaki banyak mengisi
Karo patam patam, gubang.
pertunjukan hiburan populer di tahun
Serampang duabelas diciptakan oleh Sauti Daulay, seorang guru sekolah
Hiburan Populer dan juga Tradisi
60-an dengan berbagai variasi oleh
asal Perbaungan, Medan, pada tahun
Keduabelas ragam irama dalam tari
1938 sebelum Perang Dunia II. Sauti
menyampaikan kisah kasih mdua sejoli
merasa perlu membuat tarian yang lebih
dari: pertemuan, meresap, memendam
teratur berdasarkan gerak tari Melayu,
rasa, mabuk payang, tanda cinta, balasan
sebagaimana terdapat di Sumatera Utara,
isyarat, menduga, masih belum percaya,
di antara komunitas rakyat pedesaan
jawaban, pinangan, mengantar pengantin
maupun di lingkungan istana Melayu,
bersanding, pertemuan kasih mesra
misalnya Istana Serdang. Saat itu, tari-
dengan sapu tangan. Tari serampang
Para selebriti Melayu-Minang seperti
tarian yang masih berfungsi sebagai ritual
duabelas sebagai tari berpasangan
Elly Kasim, Nuskan Syarief, dan
sosial, dipertahankan sebagai upaya
memiliki kerumitan gerak kaki yang
Yuni Amir populer berkat jogetan
mengangkat budaya Melayu dan upaya
lincah dan dinamis, bisa menjadi tari
serampang duabelas ini. Koreografer
menghimpun pergaulan antarkomunitas.
pergaulan yang bersifat hiburan ataupun
semacam Syaugi Bustami, Yuni Amir,
Sauti kemudian menggarapnya
lenggang lenggok penyanyi pop, maupun
Nurdjajadi yang terkenal dengan tari
dengan tema kisah kasih muda mudi
ditingkatkan menjadi seni pertunjukan.
senandung kipas menjadi selebriti berkat
dan menjadikannya semacam ‘tari perkawinan’.
Masuknya budaya pop dari Barat melalui radio dan film dianggap memberi
grup hiburan Melayu, dan mungkin bisa dikatakan semacam prolog terhadap “boom” musik dan joget dangdut di kemudian hari. Ragamnya disukai khalayak muda karena dinamis, lincah, dan menggairahkan.
pengembangan serampang duabelas melalui media populer dan film. Demikian juga Nani Widjaja selebritas film, pada
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 71
Sajembara Serampang 12 se-Indonesia ke-3 di Medan 21-28 April 1963 Perpusnas RI
awalnya adalah bintang serampang
Pada masa 60-an, bersama tari Indonesia
kembali sebagai tari tradisional dan
duabelas bersama Yuni Amir dan Nizmah
lainnya, tari serampang duabelas
ramai dibahas.
pada masa itu.
ikut dalam berbagai Misi Muhibah
Tari ini kemudian berkembang ke Singapura dan Malaysia berkat tangan dingin Tengku Yohanit, penari asal Medan, dan Suryanti Liu Cun Wai (Acun). Suryanti Liu Cun Wai yang pernah jadi
I
Kebudayaan Indonesia ke luar negeri. Misi kebudayaan tersebut memengaruhi perkembangan budaya Melayu di negara tetangga, utamanya Singapura dan Semenanjung Melayu.
Puncaknya, Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1976 Lokakarya Tari Melayu dalam perhelatan Pesta Seni Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Diskusi ini diharapkan menjadi dorongan kreativitas untuk mengejar
juara bertahan lomba Festival Serampang
Siapa pun yang bisa menari dan
ketertinggalan tari pergaulan nasional ini
Duabelas kemudian menjadi maestro
mengalaminya pada masa itu tahu
sekaligus menjawab perubahan zaman
pengembang tari ini di Singapura dan
bahwa tari serampang duabelas ibarat
yang serba cepat. DKJ berharap agar
Malaysia. Kini Suryanti promotor tari
‘demam Covid’ yang merasuki anak
tari Melayu bertumbuh dan menjadi
Indonesia di Hongkong bersama The
muda. Perkembangan tarian ini sempat
faktor pembangkit kebudayaan nasional.
Southeast Asia Dance Troupe.
terhenti sejenak pada tahun 1965, namun
Selanjutnya, pada tahun 80-an Tom Ibnur
syukurlah, serampang duabelas bangkit
hadir dan membangkitkan alternatif
72 INDONESIANA VOL. 11, 2021
lain dalam pengembangan tari Melayu
bahwa serampang duabelas dulu dapat
Serampang Duabelas” sambil mengenang
melalui zapin yang merupakan satu
‘merasuki’ siapa pun ibarat ’covid’.
“boom serampang duabelas” yang
ragam serampang duabelas. Kini, di 2021, tiba-tiba muncul suatu gagasan untuk menggelar Zapin Award. Tantangan Masa Kini Jika pada masa serampang duabelas, rock and roll saja yang dihadapi, maka sekarang ada berbagai varian ballroom dance yang latino seperti cha cha cha, samba, salsa, bachata, dan
Adalah penting untuk mengangkat seni hiburan populer ke arena yang lebih luas dan akan lebih baik jika ditunjang dengan kebijakan dalam ekonomi kreatif, terutama untuk pengembangan seni tari. Jika tidak, serampang duabelas akan tinggal kenangan saja, tertinggal dalam ranah tradisional. Tari itu hanya cukup
dahsyat tahun 60-an itu. Kita memberi apresiasi kepada Bung Karno yang pernah mencanangkannya sebagai tari pergaulan nasional serta Sauti Daulay yang pertama kali menampilkannya pada tanggal 9 April 1938 di Medan. (Julianti Parani Ph.D. koreografer-penari, peneliti- penulis, dosen senior IKJ)
dijunjung dalam peringatan “Hari Tari
zumba, baik sebagai tari pergaulan, maupun pertunjukan kompetitif di ranah olimpiade sebagai program dari “World Dancesport Federation”. Namun demikian, yang menggembirakan, bermunculan pula line dance gaya budaya lokal Indonesia. Bermula dari Poco Poco, lalu Lenggang Jakarta, dan Maumere. Kemajuan media dan teknologi membawa serampang duabelas meluas ke dalam ekspresi seni hiburan termasuk seni pertunjukan populer yang pasang surutnya pun bisa cepat berganti sesuai dinamika terhadap selera yang baru dan inovatif. Di Barat, dapat disaksikan perkembangan seni hiburan dan pertunjukan populer yang dahsyat itu, yang juga memberi pengaruh ke negara kita, berkat proses globalisasi yang ditunjang oleh ekonomi kreatif, yang menunjang komoditas politik perdagangan. Masa telah berubah dan ideologi tidak memberi pengaruh lagi pada hiburan populer, kelihatannya. Namun demikian kreativitas yang bersumber pada tari lokal bisa menjadi pertimbangan untuk dikemas sebagai kompetisi untuk meraih berbagai kompetensi, seperti melalui ekonomi kreatif. Menarik untuk diperhatikan, agar line dance gaya lokal Indonesia di arena kebugaran maupun
Peserta Sajembara Serampang 12 tahun 1963 - Perpusnas RI
kesenian dapat dikedepankan, mengingat
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 73
JALUR REMPAH Lada Putih - shutterstock_327386213 – ELAKSHI CREATIVE BUSINESS - https:// www.shutterstock.com/g/ecbpl
PERPEDUUR Semahal Lada Putih Bangka I
74 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Peperduur (semahal lada) adalah ungkapan khas orang Bangka. Ungkapan ini menunjukkan betapa sahang (lada berbulir besar) lebih mendatangkan banyak uang bagi orang Bangka”. (Hooyer DG--Residen Bangka, 1928-1931).
Lada Putih - shutterstock_561597922 – Sivapoom Yamasaki - https://www. shutterstock.com/g/Sivapoom+Yamasaki
Lada putih - shutterstock_1897520770 - FabrikaSimf - https:// www.shutterstock. com/g/FabrikaSimf
Di lain pihak, sebelum Revolusi barasal dari Kedatuan Sriwijaya. Sebagian dari komoditas tersebut, seperti penyu, kayu gaharu, kemenyan, pinang dan
L
timah adalah hasil bumi pulau Bangka. ada Bangka adalah komoditas ekspor yang telah diperdagangkan sejak masa Sriwijaya. Hsin-tang-
shu, sejarah Dinasti Tang, Cina, pada
abad ke-7 Masehi telah mencatat bahwa Kedatuan Sriwijaya kala itu memiliki 14
Demikian juga sahang (Piper ningrum), lada berbulir besar dan berkadar pedas tinggi yang merupakan tanaman warisan nenek moyang turun temurun, bukan sekedar produk perkebunan tetapi juga produk kebudayaan bagi orang Bangka.
kota dagang. Salah satu kota dagang yang
Riwayat lada pindah sejenak ke Banten
tercatat adalah Kotakapur Bangka. Dalam
untuk melihat jalur rempah masa
catatan tersebut Kotakapur adalah salah
prakolonial hingga masa kolonial.
satu pelabuhan pendukung (feeder point)
Sejarah menyebutkan, kesultanan
bagi Kedatuan Sriwijaya. Berdasarkan
Banten mencapai puncak kejayaannya
ciri-ciri dan letak geografisnya, besar
bersamaan dengan menguatnya
kemungkinan Kotakapur memang
pengaruh agama Islam, melemahnya
merupakan salah satu dari sekian kota
Kesultanan Demak, dan menguatnya
pelabuhan pendukung penting bagi
perdagangan intercontinental pada abad
Kedatuan Sriwijaya.
XVI. Sebelum menjadi satu kesultanan,
Konon, negeri Arab dahulu kedatangan berbagai produk dagang, seperti cengkeh, pala, kapulaga, pinang, kayu gaharu, kayu sapan, rempah-rempah, penyu, emas, perak, dan lada. Jika ditelusuri, komoditas tersebut Sebagian besar
Banten sudah menjadi negeri penghasil lada yang penting di dunia. Pada masa itu, perdagangan rempah-rempah, termasuk lada, dunia didominasi oleh
Belanda, kota Antwerp merupakan pusat distribusi rempah-rempah di Eropa Utara. Akan tetapi, setelah tahun 1591, Portugis melakukan kerjasama dengan Jerman, Spanyol dan Italia dan menjadikan Hamburg sebagai pelabuhan pusat distribusi rempah-rempah dan mengabaikan Antwerp. Hal ini mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental. Untuk itu, Belanda perlu menjaga pasokan dan distribusi lada mereka. Oleh karena itu, Belanda mengikat janji dengan Raja Samiam (Raja Sunda Penguasa Banten) dan dengan Henrique Lem utusan Jorge d’Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka. Sebagai imbalan bantuan Portugis karena telah membantu mereka melawan musuhnya, yaitu kerajaan Islam Demak, maka Portugis diperbolehkan oleh Raja Sunda mendirikan benteng dan diberi jaminan keamanan dalam melakukan pelayarannya menuju Banten.
bangsa Portugis dengan Lisbon sebagai
Portugis kemudian mendirikan benteng
pelabuhan utama.
di Pelabuhan Kalapa pada Tanggal 21
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 75
Peta Geologis Pulau Bangka dan Belitung – Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandshc-Indie : Atlas – D D 22,6, sheet 1
Agustus 1522 ditandai dengan peletakan
yang sempit antara Tanjung Tapa dan
1527 Masehi, karena kemudian Fatahillah
batu peringatan (Padrao) dalam bahasa
Tanjung Berarti, San-mai shu (pulau
berhasil menguasai Sunda Kelapa dari
Portugis. Padrao ditemukan di Jalan
Maspari), Kuala Tu-ma-heng (Wai Tulang
tangan Portugis.
Cengkeh, Jakarta (dahulu bernama
Bawang), dan Lin-ma to (Wai Seputih).
Prinsen Straat). Sekarang, Padrao
Dilanjutkan melalui Kao-Ta-lan-pang (Wai
tersimpan di Museum Nasional Jakarta
Sekampung), Nu-sha la (Ketapang), Shih-
dengan nomor inventaris 18423/26.
tan (pulau Sumur). Dari sini arah diubah
Rute pelayaran dari pulau Aur ke Banten dijamin. Pelabuhan persinggahan di Chang-yao shu (pulau Mapor), Lung-ya-ta-
kemudian sampai di Shun-t’a (Sunda) juga dijamin aman.
ini tentu saja menjadi perhatian utama bagi Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Palembang serta kerajaan-kerajaan di pesisir Timur pulau Sumatera seperti Riau Lingga dan Jambi. Kerajaan-kerajaan tersebut
shait (Gunung Daik Pulau Lingga), Man-
Rute perdagangan ini tentu saja
berebut pengaruh dan kuasa atas
t’ouhsu (pulau Roti), Chi-shu (pulau Tujuh)
menyusuri kawasan di sekitar pantai
pelayaran dan rute perdagangan dan
dan Peng-chia shan (gunung Bangka
Timur Sumatera, yaitu pulau Tujuh (Chi-
itu menjadi penyebab utama terjadinya
gunung Menumbing), bahkan di mulut
shu) di Utara pulau Bangka kemudian
perang antara Kesultanan Banten pada
sungai Palembang menjelang hulu ke
berlanjut ke pulau Bangka dan rute
masa pemerintahan Sultan Maulana
Chiii-chiang (Palembang) diamankan.
perjalanan terus memasuki selat
Muhammad gelar Kanjeng Ratu Banten
Bangka untuk kemudian terus menuju
Surosowan atau Pangeran Ratu ing Banten
Sunda (Shun-t’a). Perjanjian ini hanya
(1580-1596 M) melawan Kesultanan
berlangsung singkat karena pada Tahun
Palembang. Dalam pertempuran
Demikian juga perjalanan ke arah Selatan memasuki Selat Bangka melalui selat
I
ke Tenggara dan setelah Tujuh jam
Kawasan atau rute perdagangan lada
76 INDONESIANA VOL. 11, 2021
di Palembang dan di sekitar sungai
termasuk di wilayah Sindang, daerah
sektor pertambangan timah. Peralihan
Musi, Maulana Muhammad tewas dan
yang berada di perbatasan wilayah
itu ditandai dengan dibukanya parit-parit
pasukannya kembali ke Banten.
kesultanan yang penduduknya
penambangan timah dengan teknologi
Pada perkembangan selanjutnya sekitar
berstatus mardika (bebas) di pulau
sederhana melalui sistem pelubangan
pertengahan Abad ke-17, perdagangan
Bangka. Tugas utama penduduk daerah
berpindah (tobo-alih).
lada ditandai dengan campur tangan
Sindang adalah menjaga perbatasan.
Lada diperkenalkan kembali pada
bangsa VOC (Verenigde Oost-Indische
Sultan Abdurrahman mewajibkan bagi
abad ke-19, dan secara perlahan lada
Compagnie). Pada Tahun 1642 Masehi
daerah-daerah kekuasaannya untuk
kembali jaya seperti dulu. Bertanam
Kerajaan Palembang diperintah
mengembangkan tanaman Lada. Ia juga
lada kembali menjadi bagian dari
Pangeran Sedo ing Kenayan. Pada
membuat sistem perairan yang dibuat
kebudayaan Bangka. Orang Bangka
masa itu kerajaan Palembang mengikat
antara Ogan, Komering, dan Mesuji, yang
kembali menggunakan peperduur sebagai
perjanjian dagang lada dengan VOC
tidak saja digunakan untuk pertanian,
ungkapan khas. Sebagai smallholding
di Batavia (1710). Menurut catatan
namun juga untuk kepentingan
(tanaman rakyat) sahang telah membawa
Alfiah, perjanjian tersebut kemudian
pertahanan.
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
diperbaharui pemerintah Hindia Belanda
Wilayah-wilayah batin di pesisir Barat
Bangka. Berkat sahang, jumlah orang
dengan perdagangan Timah (1722) yang
pulau Bangka merupakan wilayah
Bangka yang menunaikan ibadah haji
ditandatangani oleh wakil VOC dengan
Sindang yang pada masa Sultan
meningkat. Seperti kata Residen Hooyer
Sultan Ratu Anum Komaruddin dari
Abdurrahman diwajibkan menanam
(1931), lada lebih menyejahterakan
Palembang.
sahang/sang (lada). Akan tetapi,
dibanding timah (Dato’ Akhmad Elvian,
Kesepakatan ini membuka pintu lebih
seiring dengan dimulainya eksploitasi
DPMP, Sejarawan dan Budayawan
lebar bagi Belanda untuk memborong
timah, karena berharga tinggi dan
Bangka Belitung Penerima Anugerah
Timah dari wilayah-wilayah di Bangka,
laku di pasaran dunia, Kesultanan
Kebudayaan).
termasuk Toboali. Hal ini tercatat dalam
Palembang menerapkan kebijakan
arsip ANRI berdasarkan laporan K.
baru untuk wilayah pulau Bangka yaitu
Heynis, Residen Bangka dan Palembang
pengembangan sektor pertambangan
kepada Comissarissen mengenai distrik
timah. Lada lambat laun ditinggalkan dan
Blinjoe, Soengi Liat, Marawang dan
penduduk pulau Bangka mulai beralih ke
Pankal Pinang pada tahun 1818. Pada Tanggal 13 Februari 1682 Masehi, Pangeran Aria, putera sultan Abdurrahman mendirikan Benteng di Bangkakota, di sungai bernama sama, dengan satu unit pasukan dari Makassar. Pembangunan Benteng ini terutama bertujuan untuk mengamankan jalur sempit pelayaran, perdagangan lada dan timah di Selat Bangka yang terletak dekat dengan Bangkakota. Pembangunan benteng ini ditentang oleh VOC karena mengganggu alur perdagangan lada dan sebagai ancaman bagi kapal-kapal VOC di kawasan tersebut. Sultan Abdurrahman (1662-1706) berhasil meletakkan tata kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang kuat bagi masyarakat dalam wilayah Kesultanan Palembang Darussalam
Lada putih - shutterstock_1897520770 - FabrikaSimf - https:// www.shutterstock. com/g/FabrikaSimf
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 77
CAGAR BUDAYA
Eloknya Seni Cadas Prasejarah di S
Misool
eni cadas prasejarah adalah
Analisis laboratorium terhadap material
Baru beberapa tahun belakangan ini
satu peninggalan seni rupa awal
lukisan seni cadas menunjukkan bahwa
seni cadas prasejarah Indonesia mulai
umat manusia yang ditemukan
lukisan-lukisan tersebut berumur ribuan
menarik perhatian dunia internasional
di seluruh dunia. Istilah seni cadas
bahkan puluhan ribu tahun. Namun,
melalui studi pertanggalan. Satu di
digunakan untuk menyebutkan karya
sebagian besar seni cadas di dunia tidak
antaranya adalah lukisan babi di Leang
seni berupa lukisan, pahatan, atau
dikenali sebagai peninggalan murni masa
Timpuseng, Maros, Sulawesi Selatan.
goresan yang ditorehkan di tempat
prasejarah oleh masyarakat sekitar.
Lukisan tersebut diperkirakan berumurs
yang tidak bisa dipindahkan, seperti di
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
sekitar 35.400 tahun. Kemudian, lukisan
dinding-dinding gua, tebing, atau batu
oleh ilmu pengetahuan modern pada
binatang menyerupai banteng di Lubang
besar. Pada umumnya seni cadas dibuat
abad 19-20 M, penduduk asli Australia
Jeriji Saleh (Kutai Timur, Kalimantan
oleh masyarakat tradisional pemburu-
dan Amerika merupakan masyarakat
Timur), yang diketahui berumur sekitar
pengumpul makanan meskipun terdapat
yang masih menghidupkan tradisi seni
40.000 tahun. Selanjutnya, lukisan
beberapa seni cadas yang berasal dari
cadas.
adegan menyerupai perburuan di
masyarakat peternak atau peladang.
I
78 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 78
Situs Gua Yucapan
Leang Bulu Sipong 4, Kawasan MarosPangkep, Sulawesi Selatan juga diketahui berumur sekitar 43.900 tahun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada zaman es sekitar 50.000—11.000 tahun lalu, manusia di Perancis dan Spanyol serta di Kalimantan dan Sulawesi hidup dalam tradisi seni cadas yang sama, yaitu dengan menggunakan pewarna merah serta menggambar cap tangan dan binatang-binatang besar.
peninggalan prasejarah sebagai penanda munculnya masa fajar kemanusiaan. Sebagian ahli berteori bahwa pada sekitar 40.000 tahun lalu dalam diri manusia mendadak muncul ledakan daya kreasi, yang menyebabkan munculnya
tahun lalu. Satu hal yang pasti adalah seni cadas merupakan sebuah hasil kreativitas manusia yang hidup ribuan tahun ke belakang.
seni cadas secara bersamaan di seluruh
Kawasan Seni Cadas Misool
dunia. Sebagian ahli yang lain berteori
Ketika kita berdiri menatap lukisan merah
Para ahli melihat bahwa seni cadas yang
bahwa daya kreasi manusia muncul
pada dinding tebing karst yang menjulang
ditemukan di seluruh dunia merupakan
secara berangsur mulai sekitar 200.000
di atas laut tenang Misool, sulit pikiran
I
VOL.11, 11,2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 79 79 VOL.
dan aya Bud gar Ca an ng du in el
erah Keramat di Mis uka Da ool Terb Dit. ran PCB u b u M g (Di en P rek i d to a k ra g n tP a r Ke
Permuseuman) kd ru Ce
i Da
erah Keramat yan gd i gu na k
a
n b se
a ag
rm Pe
ire (D
ra kto
t Pe
gan Cagar lindun B u da ya da n
Misool terletak di gugusan karst di Misool
menunjukkan bahwa kawasan gugusan
Timur dan Selatan, Raja Ampat, Papua
karst ini tidak memiliki sumber air
Barat dapat dikunjungi dengan menyewa
tawar, sehingga dapat disimpulkan
jasa pemandu dan perahu dari Desa Yelu.
bahwa masyarakat pendukungnya tidak
Desa tersebut terhubung dengan kota
bermukim di sana. Hal itu berbeda
Sorong dengan ferry yang berlayar dua
dengan gua-gua di Eropa dan Sulawesi
kali seminggu. Lukisan-lukisan seni cadas
serta Kalimantan yang merupakan
di Misool pertama kali dilaporkan oleh
hunian masyarakat prasejarah.
para penyelam yang sering beraktivitas di kawasan tersebut.
I
BM
ribuan tahun silam. Kawasan Seni Cadas
PC
yang mungkin dirasakan oleh pelukisnya,
us
n) ma eu
ran terbuk ngubu a-D i pe it.
kita untuk tidak melayang berimajinasi
Selain seni cadas, ceruk-ceruk di gugusan karst juga menyimpan makam terbuka
tebing karst di Misool. Lukisan dan gambar di tebing-tebing tersebut antara lain adalah motif non figuratif (39%), cap tangan (25%), binatang (20%), bulat (10%),
Studi arkeologi terhadap seni cadas
tempat masyarakat meletakkan jenazah
di Misool pertama kali dilakukan pada
kerabat mereka hingga awal abad ke-20.
tahun 2011 untuk menginterpretasikan
Hingga kini, tengkorak-tengkorak dan
lukisan-lukisan tersebut. Studi makna
kerangka manusia, serta temuan arca
itu menyimpulkan bahwa lukisan
kayu, gerabah, keramik, dan lain-lain
tersebut merupakan simbol roh-roh
masih dapat dijumpai di sana. Gugusan
yang berhubungan dengan gua, dewi
karst itu rupanya memiliki peran sosial
ibu, dan kesuburan. Pendataan yang
yang khusus bagi masyarakat selama
dilakukan pemerintah sampai tahun 2019
ribuan tahun. Selain sangat indah, karena
setidaknya telah mendokumentasikan 40
lokasinya yang terpencil, kawasan itu
situs seni cadas prasejarah di kawasan
memberikan pengalaman mendalam
Arti Seni Cadas
tersebut.
bahkan “spiritual” bagi pengunjungnya.
Para peneliti belum dapat secara pasti
Seni cadas di Misool sangat unik karena
Pengamat seni cadas menunjukkan
mengetahui apa arti seni cadas tersebut
terletak di gugusan pulau karst yang
bahwa terdapat 434 gambar lukisan dan
membentuk labirin di laut. Penelitian
gambar yang dilukiskan pada tebing-
80 INDONESIANA VOL. 11, 2021
dan antropomorfis, beliung, stensil tidak teridentifikasi, dan stensil boomerang yang masing-masing hanya 1-2%. Lukisan yang menggambarkan binatang terdapat 87 gambar, terdiri dari ikan tuna (40%), lumba-lumba (28%), surgeonfish (16%), ikan paus, ikan imajinatif, ular, hiu, burung, dan kadal yang jumlahnya di bawah lima gambar.
bagi masyarakat pembuatnya. Seperti lukisan zaman sekarang yang dapat
Seni Cadas di dinding Gua Yucapan - Dit. PCBM (Direktorat Pelindungan Cagar Budaya dan Permuseuman)
Se
ni Ca da s
d
eb iT g in
Se gaf
Cer uk di Da er a h
r Ke
am
tebing, yaitu pada ketinggian yang
y at d ig u
di atas permukaan laut. Berdasarkan
sebagai pengu nakan bur an
ang
bahkan mencapai sekitar 10 meter data tersebut, diduga kuat bahwa motif geometris dan cap tangan bernilai simbolis dan lebih sakral dibandingkan motif binatang. Tafsir itu pun masih jauh dari kesimpulan
ter b
uk a
yang menyeluruh, mengingat sangat mungkin lukisan-lukisan tersebut berasal dari tradisi yang sangat panjang, yaitu selama puluhan ribu tahun. Berdasarkan Foto : Seni Cadas di Dinding Gua Yucapan
analogi motif lukisan, dapat diduga bahwa gambar-gambar binatang pada dimaknai secara beragam, lukisan dari ribuan tahun lalu pun semustinya sama. Analogi yang dapat dilakukan untuk memberi makna pada kawasan seni cadas adalah dengan penerapan metode
seni cadas di Misool dibuat sebagai ekspresi sekuler kehidupan sehari-hari masyarakat. Terdapat beberapa kasus etnografi terkait penggambaran binatang dalam konteks sekuler pada seni cadas
bahwa motif cap tangan dan ikan tuna atau lumba-lumba berasal dari masa yang tua, mungkin sekitar 40.000 tahun lalu seiring migrasi awal manusia ke Benua Australia. Adapun motif beliung menunjukkan masa bercocok tanam
Australia, yaitu bahwa melukis dimaknai
sekitar 5.000 tahun yang lalu.
sebagai aktivitas mengisi waktu luang,
Lukisan-lukisan purba di dinding bukit-
perayaan perburuan yang berhasil, dan
bukit karst di laut teduh Misool yang
Data frekuensi dan persebaran
penunjukan lokasi tempat terdapat
lestari itu niscaya sangat memantik
motif lukisan dapat disusun menjadi
banyak binatang buruan.
imajinasi akan misteri keberadaan
Rata-rata motif binatang digambarkan
manusia di dunia. Di bukit karst ini orang
statistik terhadap data arkeologinya, yakni pada data lukisannya sendiri.
suatu pola. Kemudian, pola tersebut dibandingkan dengan data etnografi kemasyarakatan yang dihubungkan dengan pemaknaan dalam seni cadas di seluruh dunia. Metode tersebut sudah dilakukan di Misool dan mucul penafsiran
pada bagian bawah tebing karst, yaitu sekitar 1-2 meter di atas permukaan laut. Sedangkan motif geometris dan cap tangan terletak pada bagian atas
dari masa lalu telah menuangkan daya kreasinya yang mungkin terinspirasi oleh keindahan alam Misool sejak ribuan tahun yang lalu! (Yosua Adrian Pasaribu, Direktorat Pelindungan & Feri Latief))
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 81
MANUSKRIP
Khasiat
Barus - cinnamomum camphora - https://www. shutterstock. com/g/ecbpl – ELAKSHI CREATIVE BUSINESS
Kapur Barus dalam Manuskrip
Nusantara
H
arumnya camphor atau kapur barus sudah lama memikat para pemburu komoditas dari
segala penjuru dunia. Minyak umbil atau borneol dari pohon kapur barus berkhasiat untuk obat radang dan analgesik (pereda nyeri), juga sebagia tambahan pangan. Warnanya yang putih lagi transparan, digayuh dengan penuh kearifan oleh para penyadap pohon kapur (Dryobalanops aromatica) dan pohon kamper (Cinnamomum camphora). Butuh kesabaran ekstra saat menunggu pertumbuhan satu pohon barus (berkisar 50 tahun) guna mendapatkan kualitas bagus dan dijual dengan harga fantastis. 7, misalnya, menemukan kapur barus
menyebutkan kapur barus pada 775 M
Uniknya, letak Barus (persisnya) sendiri
yang mereka sangka garam di dalam
dalam Kitab al-Fitan wal ‘Malahim, ketika
masih diperdebatkan, meski kini masuk
tempayan-tempayan ketika mereka baru
Umar bin Abdul Aziz memberikan sanjungan
wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli
saja menaklukkan istana Dinasti Sasanid
dalam surat balasannya bagi seorang raja
Tengah, Sumatra Utara. Jika melihat
milik Chosroes II di tepian Sungai Tigris.
dari Sriwijaya. Dikatakan bahwa Sriwijaya memiliki keharuman kamper yang tercium
perubahan dari masa ke masa, mungkin
I
saja posisi pelabuhan dan kota pesisir
Yi Jing, yang hidup di zaman yang sama,
Barus berpindah karena suatu alasan.
turut pula menyinggung soal “kamper
sampai bermil-mil.
Po-Lu” sebagai komoditi andalan Shih-
Denyut perdagangan Barus mulai terlacak
Kamper disebut dalam catatan Barat
li-fo-shih alias Sriwijaya. Nama ‘Po-lu’
para petualang Portugis yang sampai ke
melalui Aetii Medici, karya Ateius Amida
merujuk pada nama Tionghoa untuk
Nusantara pada abad ke-16 M. Tomé Pires,
(502-578 M). Kemasyhuran aroma kapur
Barus dalam prosa sejarah Cina Klasik
orang Portugis yang teliti dalam mengamati
barus juga merebak hingga Asia Barat.
zaman Dinasti Tang berjudul Hsin-Tang-
keadaan di Nusantara, menyebut “kerajaan”
Pasukan Umar bin Khattab di abad ke-
Shu, yaitu “Lang-po-lu-si”. Bangsa Arab
Baros bergelimang harta.
82 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Manuskrip Pengobatan
Penyebutan kapur barus ada pada baris
Manuskrip Sunda lain yang menyebutkan
Manuskrip pengobatan Batak, yang
340 sebagai berikut: (335) … Anaking
kapur barus adalah Tentang Obat-
biasa disebut pustaha, menyebut kapur
Purnawijaya, (hu)rut ti(na) jadi jalma,
obatan dari Ciwidey (Bandung Selatan).
barus berguna untuk menyembuhkan
kawah jadi kasorgaan, (340) cahina jadi
Manuskrip beraksara Pegon (Arab)
berbagai penyakit. Getah kapur barus
kasturi, kapuleka (a)ér mawar, ruhakna
berbahasa Sunda dan Cirebon tersebut
(hayu hapur) senantiasa digunakan untuk
reujeung budahna, mate<11a>mahan
merupakan koleksi Museum Negeri Sri
obat penyakit pinggang (haccit gotting),
kapur baruna. Alihbahasanya: (335)
Baduga Bandung dengan nomor 273
rematik (jumbalang), sakit perut dan
Anakku, Purnawijaya, setelah usai
kaca 55.
luka (mabugang). Datu (dukun dalam
menjadi jadi manusia, neraka menjadi
adat Batak) juga menggunakan minyak
surga, (340) airnya menjadi minyak wangi,
Penyebutan kapur barus ada pada
umbel sebagai satu bahan obat patah
kapuleka, air mawar, bara serta buihnya,
halaman ke-20 dan ke-24, yang berbunyi:
tulang (maponggol), salah letak, atau
berubah menjadi kapur barus.
(125) … lamon balad amba (126) majing
retak. Minyak umbel juga berguna untuk mengawetkan/menghilangkan bau mayat, mencegah rusaknya kain, hingga menghentikan pendarahan akibat luka sayatan, luka bakar, dan obat sakit perut.
Salah satu kitab Thib yang bercerita tentang barus yang menjadi koleksi Perpusnas RI - Syefri Luwis
Ramuannya meliputi lima jenis kunyit, lima biji pala, berbagai akar, pisang, pinang, kelapa, sappelulut, kelapa hijau, minyak umbil, pelepah pisang, dan rumbia atau kayu. Prosesnya: semua bahan ditumbuk sehalus mungkin lalu dimasak dengan minyak kelapa hijau dan minyak umbil. Sang datu lantas mengucapkan mantra, “Biccumirloh dirahuman dirahuman, dirahumin dirahumin. Toruna dodo (Kuatlah engkau seperti Tuan Ta’ala. Gagahlah engkau seperti Tuan Tanjala. Berkatlah engkau bergerak seperti putaran nasi. Diberkatkan Rasulullah, La Ilaaha Illallaah)”. Kapur barus dalam budaya Sunda muncul dalam Manuskrip Darmajati (Kropak 423) koleksi Perpustakaan Nasional. Wawangsalan atau puisi klasik Sunda yang ditulis dalam bahasa dan aksara Sunda Kuna itu bermakna penyerahan (diri) dan persembahan kepada Yang Abadi. Manuskrip ini berasal dari koleksi Bupati Galuh R.A. Kusumadiningrat (1839-1886), dan diperkirakan berasal dari Kawali (Ciamis Utara).
Salah satu nisan di Kompleks Makam Mahligai - Septianda Perdana - https://www. shutterstock.com/g/ Septianda+Perdana Septianda Perdana
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 83
kana dada’ ngarana sétan (127) kalimur
terserangnya bagian mulut namanya
dua biji pala, dua bawang merah, tiga
watekna hareneg ati (128) tambana konéng
(150) setan talapuk, tanda-tandanya jadi
buah bawang, lima saga sawi. Semuanya
je(u)ng apu serta (129) ditepake(u)n tilu kali
(151) kapur barus, obatnya jeringau (152)
ditumbuk, ditambah air, lalu dicampur
sarta (130) ulah ngambekan lamon te(u)
bubuk(?) panggang(?)hangat-hangat, usap
dengan tiga saga kapur barus. Balurkan.
hadé (131) tambana konéng gedé tujuh
(153) usapke(u)n.
Naskah tersebut menyebut dengan detail
(132) keret dawun seret daun (133) singugu salasih bawang be(u)re(u)m (134) mangsoi katumbar jinten (135) disimburke(u)n, … dan (148) … lamon balad (149) amba majing kana cuqur ngarana (150) sétan
Jampi Jawi Jilid 1 dan Jilid 2 koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta menyebutkan kapur barus sebagai bahan
cara-cara pengobatan berbahan rempah. Bengkak karena jatuh, misalnya, berbeda obatnya dengan abuh tanpa jalaran (bengkak tanpa sebab).
ramuan obat untuk menyembuhkan
Adapun manuskrip dari Aceh yang
sakit abuh (bengkak) yang diderita oleh
menyebut kapur barus adalah Kitab Tib
anak atau orangtua, dan bengkak pada
yang menggunakan aksara Jawi (Arab)
payudara serta rahim. Bahan-bahan
dan bahasa Melayu, koleksi Teungku Amir
Alihbahasanya: (125) … jika balad amba
racikan yakni akar, rimpang, umbi, kayu,
di Meunasah Kruet Teumpeun, Teupin
(126) terserangnya bagian dada, namanya
biji, daun, bunga, buah, jamur, kapur
Raya Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam.
setan (127) kalimur, tanda-tandanya sakit
barus, kuning telur ayam (kampung),
Pada Bab (14), misalnya, disebutkan
hati (128) obatnya kunyit dan kapur serta
serta air tawar, arak, dan cuka.
obat sakit kepala. “Ambil daun pekakan
talapuk watekna jadi(151) kapur barus tambana jaringa (152) au bungbu pagang hanet-hanet usap- (153) usapke(u)n, …
(129) ditepukkan tiga kali serta (130) jangan cepat marah jika tak sesuai/bagus (131) obatnya temulawak tujuh (132) kupas … daun (133) senggugu(?) selasih, bawang merah (134) mesoyi(?) ketumbar jinten (135) disemburkan, … dan (148) usap-usapkan, jika balad (149) amba
I
Manuskrip Jawa bertajuk Serat Primbon
84 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Komposisi ramuan pengobatan untuk 12 macam penyakit abuh atau bengkak meliputi empat saga kayu timur, manis
dan kapur barus dan sendawa, maka giling lumat-lumat maka tempelkan di kepalanya, afiat”.
jangan seruas jari, mungsi dan sintok
Pada Bab (8), disebut untuk obat sakit
sama lima saga, kencur, jahe, tiga iris
mata. “Pertama ambil kelambak dan
lempuyang, tiga cabai, lima cengkeh,
gaharu dan kumkum dan cendana
Kompleks pemakaman Mahligai di Kampung Aek Dakka, Tapanuli Tengah - https://www.shutterstock.com/image-https://www.shutterstock.com/g/nineimage - nineimage
cengkeh dan air mawar dan kapur barus dan ambar maka sekaliannya itu asah maka minumkan, afiat”. Bab (25) untuk obat sakit mata bilis, “Ambil temu putih dan tembikar mangkuk putih dan kapur barus sedikit, maka asah pada besi, airnya air limau kapas dan air madu maka masukkan ke dalam mata yang sakit itu, afiat”.
Barus Masa Kini Pohon-pohon kapur tua dapat dikenali dengan munculnya benjolan-benjolan pada batangnya, namun kini sangat sulit ditemui. Sampai hari ini, pohon kapur penghasil kamper masih tumbuh di Aceh Singkil, Subulussalam, dan Tapanuli Tengah. Namun, produksi kapur barus makin menurun di wilayah barat Singkil,
Bab (60) untuk obat gigi, “Pertama ambil
Sungai Natal, antara Sibolga dan Padang
batang senduduk dan batang merpadi
Sidempuan hingga Aerbangis, juga
puan namanya dan surbub ambil
Kepulauan Riau termasuk Bengkalis dan
batangnya dan batang limau purut dan
Malaka.
batang melad yang besar dan nasi dingin dan batang benalu dan batang maja dan
Sejak 2019, International Union
batang patah kemudi maka sekalian itu
for Conservation of Nature (IUCN)
dijemur. Setelah itu kemudian dibakar
mengkategorikan Dryobalanops aromatica
ambil abunya, ambil terasi sedikit, kapur
dalam “daftar merah” sebagai spesies
barus sedikit dan empedu siam sedikit
yang terancam punah. Ancaman itu
dan empedu sawa sedikit maka sekalian
disebabkan oleh praktik penebangan
itu pirak lumat-lumat maka bubuh pada
yang tidak benar untuk mendapatkan
gigi tiga hari pada malam keratkan gigi
kristal kapur barus di batang pohon.
itu”.
Sebab lain, kebakaran dan konservasi
hutan menjadi perkebunan sawit. Barus telah menjadi memori kolektif bagi sebagian masyarakat di Asia dan Eropa, namun orang menggambarkan Barus berikut kapurnya menurut sudut pandang masing-masing. Narasi yang menumpuk itu perlu dimaknai kembali melalui aksi-aksi konkrit, misalnya melalui pelestarian cagar budaya atau konservasi cagar alam berkelanjutan. Kajian-kajian lintas disiplin juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. (Sinta Ridwan: Filolog, Periset R&D Anantarupa Studios dan Cerita Rempah Barus)
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 85
ARSITEKTUR
Memaknai
Jakarta sebagai Ruang Simbolik
L
anskap kota sejak awal abad ke-19 berkembang sangat pesat dengan kompleksitas elemen
I
dan permasalahannya. Satu persoalan
Sejarah kota bersifat lokal, karena
Kota bisa dilihat pula sebagai ruang
perkotaan berikut masyarakatnya bisa
kota merupakan institusi kecil di bawah
non-geografis. Para ahli post-struktural
dicermati melalui konsep modernitas,
provinsi dan negara. Oleh karena itu,
melihat kota sebagai sebuah ruang
untuk menjelaskan lebih beragam
pembabakan sejarah kota berbeda
yang lebih kompleks. Henri Lefebvre
mengenai sejarah perkotaan di
dengan pembabakan sejarah nasional.
memandang ruang bukan semata-mata
Indonesia, seperti dikatakan ahli tata
Perubahan-perubahan dalam konteks
sebagai ruang geografis, melainkan juga
kota Ilham Makkelo. Dalam kacamata
negara dapat berdampak terhadap
ruang sosial yang tidak hanya dihasilkan
ilmu sejarah dan arkeologi, kota-kota
kota, namun bisa juga tidak, sehingga
melalui hubungan produksi dan
merupakan representasi dari identitas
pembabakan sejarah kota harus mandiri,
reproduksi, namun juga hubungan sosial
dan jati diri bangsa karena budaya
tidak perlu tergantung pada pembabakan
yang kompleks. Secara serentak ruang
materinya (material culture).
sejarah nasional.
adalah produksi, sarana produksi, bagian
86 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Monas 1979 - Fridus Steijlen - KITLV D13240 Bundaran HI masa pembangunan MRT 2016 Syefri Luwis
dari kekuatan sosial faktor produksi, dan
problematikanya. Studi lain tentang citra
bawah kekuasaan penguasa-penguasa
objek untuk konsumsi.
kota juga terhimpun dalam buku yang
lokal, seperti raja dan bupati, sebelum
disunting oleh Peter J.M. Nas, Urban
datangnya penjajah. Kotanya secara
Bukan Sekadar Ruang
Symbolism (1993).
fisik memiliki ciri khas yang berpusat
Kajian mengenai ruang dilakukan
Pembabakan sejarah kota yang dijajah
di seputar pendopo tempat penguasa
misalnya oleh Hans-Dieter Evers dan
dapat dikaitkan dengan era kolonial.
tradisional tersebut tinggal. Ciri sebagai
Rudiger Korff dalam bukunya Urbanisme
Secara umum pembabakannya adalah
kota tradisional tidak serta-merta
di Asia Tenggara: Makna dan Kekuasaan
era kota tradisional (atau kota pra-
menghilang manakala kolonialisme
dalam Ruang-ruang Sosial. Buku tersebut
kolonial), era kota kolonial, dan era kota
datang.
lebih banyak membahas kota sebagai
pasca-kolonial. Kota tradisional adalah
Era kota kolonial adalah ketika kota-kota
ruang bermukim dengan segala
kota yang berkembang ketika berada di
berada di bawah kendali pemerintah
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 87
Bundaran HI 2016 - Syefri Luwis
kolonial atau pemerintah jajahan. Untuk
menekankan pada dimensi budaya kota,
Indonesia hingga memasuki zaman
kasus di Indonesia, kota kolonial muncul
dan berorientasi pada pembentukan,
globalisasi. Kota Jakarta dapat dikatakan
pertama kali ketika Belanda mulai
distribusi, makna simbol, serta ritual
menjadi representasi kota Jawa yang
menancapkan kekuasaannya. Belanda
dalam hubungannya dengan lingkungan
merupakan simbol kuat dari sebuah
mendarat pertama kali di Jayakarta, yang
binaan.
negara modern Indonesia.
kemudian berganti menjadi Batavia,
Simbolisme perkotaan diekspresikan
Pada awal kemerdekaan Indonesia,
dan diubah lagi menjadi Jakarta semasa
melalui tata letak kota, arsitektur,
Presiden Sukarno ikut merancang kota
pendudukan Jepang. Kota Batavia mulai
patung, nama jalan dan tempat, puisi,
Jakarta sebagai kekuasaan pusat kota,
dibangun oleh Belanda pada awal abad
ritual, festival dan prosesi. Juga melalui
yang pada masa itu merupakan pusat
ke-17 dan kemudian dijadikan pusat
untaian lain seperti mitos, novel, film,
dari negara yang merdeka. Soekarno
pemerintahan kolonial di Indonesia.
puisi, musik, lagu, dan situs web, yang
membangun tugu monumen nasional
Dari sudut pandang budaya materi
semuanya dapat disebut sebagai
(Monas), masjid Istiqlal, dan Hotel
(material culture) – khususnya ilmu
pembawa simbol material, diskursif,
Indonesia yang megah, namun dianggap
arkeologi— perkembangan suatu kota
ikonik, dan perilaku.
kurang memperhatikan pembangunan
merupakan bagian dari siklus panjang
I
fasilitas-fasilitas publik. Jakarta menjadi
dari kehidupan kota, termasuk proses
Kota Jakarta yang Penuh Makna
‘kota tanpa urbanisme’ dengan
rusak (decay), revitalisasi (revitalization),
Kota Jakarta (khususnya Kota Jakarta
menempatkan monumen di tengah-
dan pembaharuan (reclamation). Satu
Pusat) tampak penuh dengan simbol,
tengah pusat kota.
kecenderungan kontemporer dalam
termasuk makna atas monumen utama
Menurut Eryudhawan, pada Perancangan
penulisan sejarah perkotaan adalah
masa pemerintahan Soekarno. Markus
Kota Tahun 1965-1985 Gubernur DKI
memakai pendekatan dalam antropologi
Zahnd melihat dalam konteks sebagai
Jakarta Ali Sadikin (1966-1977) membawa
perkotaan, yakni ekologi simbolik
‘kota Jawa pasca-koloni’, yang secara
perubahan baru dalam modernisasi
perkotaan (urban symbolic ecology), yang
umum dibangun di awal kemerdekaan
kota. Kawasan lama seperti Kota Tua
88 INDONESIANA VOL. 11, 2021
berikut dan bangunan-bangunan
Kota Jakarta dipopulerkan dengan
direvitalisasi.
bersejarah di dalamnya mendapatkan
citra kota modern dan internasional,
Identitas Kota Jakarta tidak lepas dari
perhatian. Kemudian, pada tahun 1968
imajinasi untuk menjadi negara besar.
momen Kemerdekaan RI 1945, meski
pemerintah daerah melakukan upaya-
Hal itu dipamerkan dalam bentuk iklan
masih kuat dipengaruhi oleh unsur
upaya perlindungan dan pengembangan
dan berita. Jakarta dalam pandangan
kolonial Belanda. Kota Jakarta Pusat
terhadap bangunan lama tersebut.
Evers merupakan sebuah ‘negara teater’.
merupakan kesatuan ruang dari berbagai
Selanjutnya, pada masa Orde Baru
Simbol-simbol menciptakan fasad
peristiwa sejarah yang terwujud melalui
Presiden Soeharto membangun
modernitas dengan identitas sebagai
tinggalan materi. Dalam SK Gubernur
Monumen Lubang Buaya untuk
kota Internasional, namun ada yang
DKI Jakarta No 473/1993, terdapat 63
mengenang pengkhianatan PKI
disembunyikan oleh Jakarta.
bangunan dan 4 struktur bersejarah
tahun 1965, membangun Taman
Marsely L. Kehoe mengatakan bahwa
di Jakarta Pusat. Jakarta Pusat pasca-
Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai
Jakarta dibangun dalam identitas kolonial
kemerdekaan memang dirancang
miniatur suku dan budaya Indonesia.
Belanda, yang direpresentasikan dengan
penuh simbol material, dengan Monas,
Perkembangan ekonomi masa 80-
revitalisasi Gedung Arsip Nasional di
masjid Istiqlal, dan bangunan-bangunan
90-an yang memunculkan kelas-kelas
Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, dan
perkantoran, yang merepresentasikan
menengah baru terefleksikan dengan
identitas nasionalisme dan kultur
kota pra-kolonial dengan keraton, alun-
pembangunan pusat-pusat perbelanjaan
Indonesia yang direpresentasikan oleh
alun, dan pusat aktivitas perekonomian
dan apartemen mewah. Lambat laun,
pembangunan Taman Mini Indonesia
yang berdekatan. Sayangnya,
bermunculannya gedung-gedung
Indah (TMII) pada tahun 1971 oleh
kemunculan gedung-gedung pencakar
pencakar langit (city skyline) menetralisir
Presiden Soeharto. Namun demikian,
langit menetralisir simbol-simbol
lapisan-lapisan simbolik yang pernah
hingga kini elemen-elemen kolonial
tersebut, termasuk di kawasan Kota Tua
dibangun pada era sebelumnya,
masih menjadi bagian dari identitas
Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa.
termasuk kawasan Kota Tua di pantai
poskolonial Indonesia pada banyak
(Ary Sulistyo, Direktorat Perlindungan
utara Jakarta.
bangunan-bangunan kolonial yang
Kebudayaan Kemendikbudristek)
Stasiun Tanjung Priok - Syefri Luwis
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 89
SASTRA
Apa Kabar Pendokumentasi
“Carita Pantun”
Sunda
Pencerita Pantun Kaenti dari Baduy, Banten, Circa 1910, KITLV 5283
I
90 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Mang Ayi Basajan, juru pantun dari Kabupaten Subang, membawakan cerita “Ciung Wanara” pada pertunjukan pantun Sunda di Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi, 7 Juli 2020. (Foto: Dadan Sutisna)
P
ada 1518, penulis atau penyalin Sanghyang Siksa Kandang Karesian, satu naskah Sunda
kuno berbentuk prosa didaktis, menyebut empat judul carita pantun. Ia persisnya menulis seperti ini, “Hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya” (Jika ingin tahu tentang carita pantun: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, tanyalah juru pantun). Berdasarkan naskah itu, carita pantun dianggap sebagai tradisi lisan berbentuk sastra Sunda asli yang paling tua.
Melayu adalah jenis puisi pendek, yang
Dalam catatan Hawe Setiawan dan Atep
dalam masyarakat Sunda setara dengan
Kurnia (2018), Raden Aria Bratadiwidjaja
bahwa carita pantun Sunda telah ada
susualan atau sisindiran. Sementara
dari Ciamis dapat dikatakan sebagai
jauh sebelum masa Hindu. Sementara
carita pantun Sunda adalah kisah yang
orang pertama yang mencatat carita
Wim van Zanten (1987) menduga bahwa
relatif panjang, berupa puisi bermetrum
pantun Lurung Kasarung, pada 1845,
penulisannya telah dilakukan sejak
oktosilabis, yang dituturkan dan
yang dituturkan secara verbatim oleh
abad ke-16. Hingga kini (tahun 2021),
dinyanyikan oleh juru pantun dengan
juru pantun Aki Kriawacana. Naskah
carita pantun masih dibawakan oleh juru
iringan musik kecapi yang ia petik sendiri.
tulisan tangannya itu menjadi koleksi
pantun dalam ritual-ritual sakral berkait
Dalam perkembangannya, irama kecapi
Perpustakaan Leiden. Lalu pada 1882,
penanaman/panen padi, pernikahan,
dibarengi dengan tarawangsa, kecrek,
Tjakrakusumah dari Rangkasbitung,
sunatan, dan ruwatan, sebagaimana
suling, gamelan, dan bahkan pesinden.
mencatat sinopsis carita pantun Kuda
dapat ditemui di beberapa Kasepuhan
Mungkin hanya carita pantun dari Baduy
Malela yang diperolehnya dari juru
Banten Kidul dan Baduy, Kabupaten
yang hingga kini hanya dibawakan oleh
pantun asal Baduy. Naskahnya tersimpan
Lebak, Banten. Meski demikian, angkanya
seorang juru pantun yang “mantun”
di Perpustakaan Nasional. Pada
terus menurun dan dikhawatirkan punah.
sembari memetik kecapi berdawai
1891, Jacobs dan Meijer menerbitkan
sembilan.
transkripsi carita pantun Ciung Wanara.
C. M. Pleyte (1911) memperkirakan
Carita pantun yang tersebar di Tatar Sunda itu, berbeda sama sekali dengan
Pendokumentasian carita pantun telah
Pantun Melayu. Pantun dalam khasanah
diupayakan sejak akhir abad ke-19.
Pada 1905, Pleyte menerbitkan Raden Moending Laja Di Koesoema dan Loetoeng
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 91
Ciung Wanara, salah satu kisah yang menjadi ciri khas Suku Sunda. – Dadan Sutisna
Kasaroeng. Perekaman, transkripsi,
Baduy People of Western Java; Singing is
penerbitan, alih wahana, dan pengkajian
a Medicine (2021) menyatakan bahwa
carita pantun juga pernah diupayakan
lebih aman untuk membatasi 60-an judul
oleh Eringa (1949), Ajip Rosidi (1970—
saja yang diketahui, merujuk penelitian
1974), Kartini dkk. (1990), Andrew N.
Eringa (1949), itu pun belum diketahui
Weintraub (1990), Jakob Sumardjo (2013),
jumlah yang terdokumentasi dengan
dan Wim van Zanten (1987—2021).
baik. Apalagi, empat judul yang disebut
Namun hingga kini, belum jelas berapa banyak carita pantun Sunda yang berhasil didokumentasikan. Hawe Setiawan dan Atep Kurnia dalam Kuliah Budaya Sunda (2018) bab “Panorama Pantun Sunda”, menyebut ada sekitar 70-120 judul carita pantun yang telah dicatat. Sementara Wim van Zanten dalam Music of the
I
92 INDONESIANA VOL. 11, 2021
dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian sudah tidak lagi dikenal. Yang cukup menyedihkan, rekaman-rekaman carita pantun yang telah diupayakan Ajip Rosidi kini tak diketahui lagi keberadaannya, baik di Perpustakaan Ajip Rosidi di Bandung maupun di Perpustakaan Universitas Leiden/KITLV di Belanda.
Lutung Kasarung Di antara sedikit carita pantun Sunda yang pernah direkam, ditranskripsi, diterbitkan, tampaknya hanya Lutung Kasarung yang paling popular dan memiliki berbagai versi yang telah dialihwahanakan ke berbagai genre. Pudentia MPSS (1992) menyebutkan bahwa dari sejarah resepsi teksnya, kisah Lutung Kasarung telah bertransformasi tidak hanya berupa lintas budaya (dari Sunda ke Belanda, Indonesia, dan Jawa) plus Inggris, tapi juga lintas bentuk (dari carita pantun lisan ke tulisan, dari tulisan ke prosa, puisi, drama, opera, novel,
Pada saat menjalankan Proyek Penelitian
Kata Ajip, “Karena itulah sekali ini saya
Pantun dan Folklore Sunda, Ajip Rosidi
tidak akan menyertakan ringkasan cerita,
(1973) pun menyebutkan bahwa tidak
karena harus saya akui terus terang—
semua juru pantun mau menuturkan
ringkasan cerita Lutung Kasarung yang
carita pantun Lutung Kasarung. Namun,
saya buat tempo hari pun, lebih banyak
ia berhasil merekamnya dari Ki Sajin,
berdasarkan rekonstruksi imajinasi saya
juru pantun asal Baduy pada 1973 dan
sendiri. Banyak bagian-bagian yang
menerbitkannya pada tahun itu juga.
tidak menyambung, atau tidak logis,
Wim van Zanten (2021) juga berhasil
saya buatkan logis dan menyambung.
merekam audio Lutung Kasarung dari juru
Tentu saja perbuatan itu tidak dapat
pantun yang sama pada Januari 1977.
dibenarkan.”
Memang, carita pantun harus dianggap sebagai bagian dari “agama” (bagi orang Baduy) dan bukan bagian dari “seni”, dan ia telah mendapatkan izin dari Baduy untuk merekam Lutung Kasarung.
Sekaitan dengan bahasa, Ayatrohaedi dalam Carita Pantun: “Roman Sejarah” Sastra Lisan Sunda (1993), menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam carita pantun adalah bahasa “masa kini”
Setelah itu, tampaknya belum ada lagi
yang agak menyimpang dari bahasa
upaya untuk mendokumentasikan
awal ketika carita pantun itu dituturkan.
carita pantun dari para juru pantun
Meski demikian, carita pantun seperti
yang masih hidup di Banten atau Jawa
Paksi Keuling dan Lutung Kasarung dari
Barat. Sementara itu, bayang-bayang
Baduy memperlihatkan bahwa pengaruh
kepunahan carita pantun semakin
bahasa Arab (apalagi Eropa) hampir tidak
kentara, seiring jumlah juru pantun terus
terlacak jejaknya. Tidak ada nama nabi,
menyusut dari tahun ke tahun. Adakah
malaikat, atau tokoh yang berasal dari
yang mewarisi carita pantun dari para
dunia keislaman hadir di dalamnya. Juga
juru pantun yang direkam Ajip Rosidi
tidak tampil kosakata Arab dan Eropa.
pada tahun 1970-an itu?
Masih banyak hal belum diungkap perihal carita pantun, dari segi teks dan
Kesukaran Metodologis dongeng, dan film). Perlu ditambahkan
terlebih sisi sosiologis atau antropologis masyarakat penyokongnya. Bahkan,
Dalam “Pengantar” Carita Buyut Orenyeng
hingga kini, belum ditemukan satu
(1974), Ajip Rosidi mengungkapkan
pun penelitian yang berfokus pada
kesulitannya dalam mentranskripsi carita
kiprah sang juru pantun—yang masih
Sebagian peneliti menyebut bahwa
pantun yang dibawakan Ki Sajin dari
tersisa—selaku pelaku aktif dalam
kisah Lutung Kasarung dianggap sebagai
Baduy. Bahkan ia membatalkan rajah
mengaja, melestarikan, dan mewariskan
cerita yang sakral oleh para juru pantun
(bagian “doa” dari sebuah carita pantun)
pengetahuan tentang carita pantun.
atau oleh masyarakat penyokongnya.
pada terbitan Carita Lutung Kasarung
Meskipun, mungkin, carita pantun
Tampaknya ada paradoks di sini, bahwa
yang terbit setahun sebelumnya,
Sunda hanya dapat ditetapkan menjadi
Lutung Kasarung adalah carita pantun
karena kekeliruan-kekeliruan dalam
warisan budaya takbenda (WBTb) dari
paling populer dan bertansformasi, tapi
mentranskripsi. Wim van Zanten (2021)
Tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten),
juga dianggap sakral. Danasasmita dan
juga mengalami kendala yang sama.
tidak seperti pantun Melayu telah diakui
Djatisunda (1986) misalnya, mengatakan
Barangkali kesulitan memahami itu
UNESCO pada 2020 sebagai WBTb
bahwa cerita Lutung Kasarung di daerah
muncul karena struktur kalimat dalam
Indonesia dan Malaysia.
Baduy, Banten, tergolong sakral karena
bahasa Sunda dialek Baduy berbeda
[Niduparas Erlang, novelis]
menceritakan tentang cara merawat padi.
dengan bahasa Sunda biasa.
pula bentuk wawacan, gending karesnen, dan tembang cianjuran.
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 93
FILM
Mengembalikan FFI menjadi Milik Masyarakat Malam Anugerah Arman Febryan
I
94 INDONESIANA VOL. 11, 2021
D
unia perfilman Indonesia
hilir perfilman di Indonesia.
memiliki sejarah yang cukup panjang. Begitu pula Festival Film
dihentikan sementara. BP2N akhirnya mengeluarkan keputusan
Praktisi perfilman muda yang memiliki
bernomor 06/KEP/BP2N/2007, tentang
Indonesia (FFI) sebagai ajang pendukung
kemampuan teknis di bidang perfilman
Pembatalan Piala Citra Utama untuk
promosi dan barometer prestasi, telah
lalu membentuk Masyarakat Film
Film Terbaik (Eskul) dan mengubah
cukup lama diselenggarakan. Jika
Indonesia (MFI), lantas mulai melakukan
bentuk Piala Citra. Akan tetapi, FFI tetap
dihitung sejak pertama kali digelar tahun
gerakan-gerakan “politis”, seperti
diselenggarakan karena produksi film
1955, FFI berarti telah berumur 76 tahun,
memprotes kemenangan film “Eskul”
nasional terus bertambah.
dipotong waktu jeda pada tahun 1993 -
karya Nayato Fionula, pada tahun 2006.
2004, yang terkendala karena tidak ada
Mereka menilai Ekskul tidak layak sebagai
produksi film.
film terbaik, di antara alasannya karena
Lahirnya Undang-Undang Perfilman
plagiat dan melanggar hak cipta sebab
Undang-Undang Nomor 33 Tentang
Kebangkitan kembali FFI pada tahun 2004
menggunakan ilustrasi musik dari film-
Perfilman lahir pada 2009, dengan
merupakan upaya Badan Pengambangan
film luar negeri yakni Taegukgi, Gladiator,
memunculkan nama Badan Perfilman
Perfilman Nasional (BP2N) dengan
dan Munich.
Indonesia (BPI), suatu badan yang
ketuanya H. Djonny Syafruddin dan
MFI secara tegas menolak keputusan
dibentuk oleh masyarakat perfilman
sekretaris Adisurya Abdi. Gagasan untuk
juri FFI 2006. Sejumlah anggota MFI
dengan fasilitasi dari negara. BPI lahir
menyelenggarakan kembali FFI waktu itu
mengembalikan Piala Citra yang
pada tanggal 17 Januari 2014, melalui
karena produksi film mulai menggeliat.
mereka terima. Sutradara Riri Riza dan
suatu musyawarah besar pada 15-17
Satu di antaranya, Ada Apa Dengan Cinta,
Mira Lesmana yang meraih Piala Citra
Januari 2014. Satu tugas BPI adalah
bahkan menjadi film box office ketika itu.
2005 untuk film Gie mengembalikan
menggelar FFI.
piala pada 3 Januari 2005. Setelah itu, Generasi muda perfilman yang
22 peraih Piala Citra dari tahun 2004
BPI dengan ketua Alex Komang mulai
merasa punya andil atas kebangkitan
hingga 2006 juga melakukan aksi yang
menjadi penyelenggara FFI. Kemala
perfilman Indonesia pun memiliki
sama. MFI juga mendesak pembubaran
Atmojo terpilih menjadi Ketua Panitia
“agenda tersembunyi”, ingin merebut
Lembaga Sensor Film. Para sineas
Pelaksana FFI, dan ia membuat aturan
penguasaan penyelenggaraan festival
muda menilai penyelenggaraan FFI oleh
baru dalam penjurian film-film peserta.
film yang selama bertahun-tahun di
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Ia bekerja sama dengan Delloite, sebuah
bawah kekuasaan pelaku-pelaku lama
tidak transparan dalam pelaksanaan
lembaga survei. Juri FFI tidak harus
perfilman yang menguasai hulu hingga
dan pendanaan serta mendesak FFI
menilai bersama-sama dalam sebuah
Joko Anwar - Arman Febryan
Gunawan Maryanto - Arman Febryan
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 95
Merayakan penganugerahan- Arman Febryan
forum seperti pada sistem penjurian
informasi tentang FFI kepada media-
embel budaya. Tidak lagi menggunakan
sebelumnya, tetapi bisa menilai di mana
media melalui siaran pers atau bertemu
nama festival, melainkan apresiasi.
saja. Tim juri diberikan disket berisi
langsung di Gedung Film, Jalan Menteng
Pada tahun 2012, Direktorat Pembinaan
film-film peserta untuk ditonton. Hasil
Raya, Jakarta Pusat.
Kesenian dan Perfilman Kemendikbud
penilaian dicemplungkan ke dalam drop box yang disediakan oleh Delloitte. Terdapat 100 orang juri yang dipilih dari asosiasi perfilman. Belakangan terungkap, tidak semua juri benar-benar menonton film yang diberikan, seperti diakui pula oleh Lukman Sardi, Ketua Pelaksana FFI 2016 pada 2 Agustus 2017. Sejak dipegang oleh BPI, FFI memang terkesan elitis. Dalam hal penyampaian informasi kegiatan FFI, era Panitia Tetap (Pantap) FFI 1988 – 1992 merupakan yang terbaik. Ketika itu Pantap FFI memiliki empat bidang, yakni Bidang Acara, Bidang Luar Negeri, Bidang Penjurian, serta Bidang Humas / Dokumentasi dan Publikasi. Bidang Humas, Publikasi dan Dokumentasi yang diketuai oleh Ilham Bintang terus bekerja keras memberikan
I
96 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Pawai artis merupakan kegiatan penunjang FFI untuk mendekatkan artisartis dengan masyarakat. Pawai artis terakhir digelar di FFI 2014 Palembang. Pawai yang dimulai dari kantor Gubernur Sumatera Selatan, Griya Agung menuju Benteng Kuto Besak itu cukup menarik perhatian masyarakat karena diikuti 25 artis, diiringi drumband, komunitas ontel, komunitas motor besar, dan kendaraan jip.
untuk pertama kalinya menggelar acara Apresiasi Film Indonesia(AFI). Penyelenggaraan AFI kurang jelas urgensinya, karena format dan film-film yang dinilai sama belaka dengan FFI. Mengapa tidak memperkuat FFI saja, festival yang memiliki sejarah panjang dan sudah diakui sebagai barometer produksi dan kualitas film nasional. Alhasil sejak 2012, pemerintah memiliki dua festival, FFI yang diselenggaran Kemenparekraf dan AFI di bawah
Kemunculan AFI
Kemdikbud.
Menurut UU Perfilman, urusan perfilman
unit kerja baru bernama Pusat
dinaungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kemdikbudristek). Namun hingga 2014, FFI masih berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemendikbud lantas merancang festival film yang skala dan gaungnya setara dengan FFI, plus embel-
Pada 2015, Kemendikbud membentuk Pengembangan Perfilman (Pusbang) Film. Pada tahun itu pula FFI dipegang penuh oleh Pusbang Film, sehingga Kemdikbud menyelenggarakan dua festival film dalam setahun. Bedanya, FFI dilaksanakan oleh BPI, sedangkan
AFI dipegang oleh pihak luar, dari
masyarakat “kelas bawah” lebih menyukai
insan perfilman juga, yang sejak awal
film Malaya (Malaysia) dan India. Dengan
menggagas AFI. Sama seperti FFI, AFI
adanya FFI, masyarakat pelan-pelan
juga beberapa kali diadakan di daerah,
menggemari film Indonesia.
yakni di Istana Maimoon, Medan (2014),
Wartawan juga berperan besar dalam
Benteng Vredeburg Yogyakarta (2015),
FFI, karena wartawanlah yang akan
Manado (2016), dan di Banyuwangi
menjadi jembatan antara masyarat film
(2017). Namun pada 2018, pemerintah
dengan masyarakat umum. Di masa
tampaknya ingin berkonsentrasi pada
lalu wartawan tidak hanya jadi “corong”
satu festival saja, sehingga gaung AFI
bagi kegiatan perfilman, tetapi terlibat di
mulai berkurang.
dalamnya. Ketika penyelenggaraan FFI
Jika mau jujur, FFI juga makin kehilangan
mengalami kevakuman akibat kondisi
daya tarik, dan masyarakat umum kurang
politik yang tidak menentu, wartawan
peduli. Padahal, tujuan FFI selain menjadi
film membuat inisiatif membuat festival
barometer kualitas dan pertumbuhan
sendiri. Antara tahun 1970 sampai
film nasional, seharusnya juga menjadi
1975 terdapat festival terbatas berupa
alat untuk mendekatkan film dengan
Pemilihan Aktor/Aktris Terbaik yang
diselenggarakan oleh PWI Jaya Seksi Film. Kegiatan ini memang akhirnya tersaingi oleh masyarakat film yang dikelola oleh Yayasan Film Indonesia (YFI), dan mendapat dukungan dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, yang pada waktu itu merupakan institusi pembina perfilman nasional. Mengembalikan fungsi FFI menjadi ajang yang mendekatkan dunia perfilman dengan masyarakat adalah sebuah tantangan, apalagi di saat pandemi Korona saat ini. (Herman Wijaya, jurnalis dan pemerhati film)
masyarakatnya. Konsep penyelenggaraan terkesan elitis, tidak mendekat ke masyarakat. Menurut Firman Bintang, kekuatan FFI itu ada di daerah. Tidak perlu merasa turun derajat jika harus ke daerah-daerah, ikut pawai-pawai. “Orang film harus melaksanakan FFI seperti tujuan para pendahulu. Enggak usah malulah. Cari orang yang paham, mau dan mampu bekerja, serta harus didukung. Tapi kan orang film itu sulit bersatu. Selalu berkelompok,” katanya. FFI adalah ajang silaturahim. Kita berkumpul, berpesta, setelah setahun bekerja. Kita berpesta. Petani aja berpesta, nelayan berpesta. Di dalam pesta itu ada penghargaan-penghargaan kepada orang yang mampu berkarya. Setelah pesta usai, kita kembali bekerja. Jika ada kekurangan, kelemahan, jangan dijadikan perkara besar. Mendekatkan film dengan masyarakatnya merupakan tujuan mulia yang bisa mempertahakan eksistensi film nasional pada tahun-tahun berikutnya. Ini dibuktikan ketika FFI pertama kali diadakan, tahun 1955. Ketika itu masyarakat “golongan atas” menonton
Laura Basuki - Arman Febryan
film-film buatan Amerika, sedangkan
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 97
MUSEUM
Pos
Memori Korespondensi:
Kring… Kring Wajah Kantor Pusat PT Pos Indonesia - Jessika Nadya
G
enerasi bunga dan gen-X tentu masih dapat mengingat tukang pos dengan sepeda kayuhnya, mendatangi rumahrumah warga, untuk mengantarkan surat atau wesel. Begitu besar jasanya dipandang, hingga muncul lagu “Aku tukang pos rajin sekali. Surat kuantar naik sepeda. Semua rumah aku datangi. Tidak kupilih miskin dan kaya. Kring
kring pos,,,”, yang melodinya mirip lagu “Nenek Moyangku Orang Pelaut” karya Ibu Sud. Lambat laun, kereta angin itu diganti dengan sepeda motor, yang seiring waktu juga tertelan zaman dan bahkan dilelang. Di abad ke-21 ini, segala memori akan kartu pos, perangko, telegraf, giro, berikut sejarah pengantaran surat sejak zaman Hindia Belanda dapat dipanggil kembali melalui Museum Pos Indonesia, di Bandung.
I
98 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Museum Pos Indonesia berada di satu bangunan dengan Kantor Pusat PT Pos Indonesia (Persero) di Jalan Cilaki Bandung, satu kompleks dengan kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang dikenal dengan Gedung Sate. Pada Maret 2021, redaksi majalah Indonesiana menyambangi Museum Pos Indonesia untuk melongok suasana terkini. Kami sebelumnya telah mencari informasi awal melalui Google. Ketika mengetik “museum pos Indonesia”, frasa yang muncul paling atas dalam riwayat pencarian adalah “museum pos Indonesia angker”. Rasanya geli, tapi mafhum. Barangkali orang penasaran dengan lokasi penyimpanan koleksi lawas di lantai bawah tanah (lampu harus dinyalakan meski siang), dan berada di gedung tua pula, yang termasuk benda cagar budaya. Pikiran langsung mengarahkan: angker….
Sejarah Tua di Gedung Tua Berwisata ke Museum Pos Indonesia
Salah satu koleksi Museum Pos Indonesia - Jessika Nadya
berarti meraup dua hal sekaligus: sejarah pos di Indonesia yang jauh lebih tua dari umur Republik Indonesia itu, serta
jajahannya. Adapun arsitektur kolonial
bertumpuk seperti sate berbentuk jambu
sejarah gedung tua yang dimanfaatkan
Belanda adalah arsitektur Belanda
air. Gedung Sate sendiri hanya bagian
sebagai Kantor PT Pos Indonesia. Kita
yang dikembangkan di Indonesia ketika
kecil atau sekitar 5% dari “Kompleks
bisa mengenal Abdurahim Djodjodipoera
Indonesia dikuasai Belanda sekitar awal
Pusat Perkantoran Instansi Pemerintah
serta R Dijar, petinggi Jawatan PTT
abad ke-17 sampai 1942, seperti ditulis
Sipil” Hindia Belanda yang menempati
semasa Hindia Belanda yang mendapat
oleh Djoko Soekiman dalam Kebudayaan
lahan Bandung Utara seluas 27.000
penghargaan karena semangat
Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi
meter persegi (Harastoeti DH dalam
kebangsaan dan jasa-jasanya. Selain
(2011). Ciri paling menonjol adalah
100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung,
membahas soal sejarah dan arkeologi,
facade dan denah bangunan yang
2011).
kita dapat mengulik kembali keindahan
simetris serta gerbang masuk dengan
arsitektur gedung pos. Paket komplit.
dua daun pintu.
Arsitektur seperti kita tahu adalah
Data dari pemerintah Kota Bandung
tahapan pembangunan, perkembangan,
paduan karya seni, ilmu pengetahuan,
menyebutkan, terdapat sedikitnya 1.700
serta pertumbuhan Kota Bandung.
dan teknologi dalam menciptakan
bangunan warisan budaya di Bandung,
Pemerintah kolonial Belanda melalui
ruang sebagai tempat aktivitas manusia.
satu di antaranya adalah Kantor PT Pos
“The International Congresses of
Arsitektur kolonial, lebih khusus lagi,
Indonesia, yang berada di kompleks
Modern Architecture” (CIAM) pada tahun
merupakan arsitektur cangkokan dari
Gedung Sate, gedung yang di puncak
1931 menunjuk Bandung sebagai satu
negeri induknya, Eropa, ke daerah
menaranya terdapat enam ornamen
prototipe kota kolonial di dunia, seperti
Gedung-gedung tersebut menjadi bukti berlangsungnya proses dan
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 99
Pengunjung Museum Pos Indonesia Jessika Nadya
dikutip Rizky Pratama dalam Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Jalan ABC Bandung (2019).
Kiosk Informasi Pos Jessika Nadya
Sama dengan Gedung Sate, Gedung PT Pos Indonesia juga dirancang oleh arsitek Ir J. Berger. Dibutuhkan hingga 2.000-
1980 museum direvitalisasi. Pada 27
alat cetak perangko, lantas surat-surat
September 1983 bertepatan dengan Hari
berharga, armada pengantar surat, dan
Bhakti Postel ke-38, Menteri Pariwisata,
bahkan manuskrip. Koleksi lain meliputi
Pos, dan Telekomunikasi Achmad Tahir
buku-buku, visualisasi dan diorama
mengubah namanya menjadi Museum
kegiatan pengeposan, perlengakapan
Pos dan Giro, yang kemudian berubah
baju zaman kolonial, patung tokoh Pos
lagi pada tahun 1995 menjadi Museum
Indonesia, Mas Soeharto, pertugas pos
Pos Indonesia.
yang pernah diculik oleh Belanda. Kami memasuki museum dengan
merupakan karya yang gigantik.
Dari Perangko hingga Manuskrip
Museum pos telah ada sejak masa Hindia
Satu di antara koleksi museum yang
Belanda pada tahun 1933 dengan nama
hingga kini masih dikenal adalah
Pos Telegraph dan Telepon (PTT). Pada
perangko. Jumlahnya mencapai
masa Perang Dunia II hingga masa Jepang
131.000.000 lembar dari Indonesia dan
di Indonesia tahun 1942, museum tidak
178 negara sejak tahun 1933. Selain
terurus, dan terus terbengkelai hingga
itu, terdapat 200-an koleksi berbagai
akhir tahun 1979. Pada awal tahun
peralatan, seperti timbangan paket dan
an pekerja untuk membangunnya, dan di antara mereka terdapat sekitar 150 pekerja dari Cina Konghu atau Kanton, tukang-tukang kayu dan pemahat batu yang trampil di negerinya. Arsitek Belanda, Dr.Hendrik Petrus Berlage, menyebut bahwa rancangan kompleks Pusat Perkantoran Instansi Pemerintahan Sipil Hindia Belanda di Bandung
I
100 INDONESIANA VOL. 11, 2021
ditemani Pak Cucu, penjaga gedung. Museum tutup pada Minggu, dan pemandu pun libur, namun kami diizinkan masuk. Kami mulai menuruni tangga, dan mendapati pemandangan pertama: foto Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Pendiri Kantor Pos Batavia pada 26 Agustus 1746, yang
juga kantor pos pertama Hindia Belanda.
sudah tercetus jauh sebelum itu, yakni
menyatakan bahwa semenanjung Melayu
Turun tangga lagi, kami mendapati
pada 3 Desember 1795, oleh Sir Rowland
dan Singapura dipisahkan dari Sumatra
sejumlah peralatan lawas seperti mesin
Hill, petinggi di Dinas Perpajakan Inggris.
dan Kepri, sehingga Riau dan Johor pun
transaksi perangko dengan uang koin pecahan 50, 100, 500, dan 1.000 rupiah
Koleksi yang juga sangat berharga adalah
terbagi dua.
sejumlah manuskrip berupa surat-surat
Reproduksi dari surat-surat emas
dari raja-raja Nusantara untuk pejabat
raja-raja tersebut, di antaranya dari
Jika berbelok ke kiri, kita dapat melihat
Inggris yang dibingkai kaca dan dipajang
Aceh, Riau, Lingga, Palembang, Banten,
sepeda kayuh dan sepeda motor
di dinding museum. Satu di antaranya
Yogyakarta, Banjarmasin, Ambon, dan
pengantar surat yang nostalgik itu.
adalah surat dari raja terakhir kerajaan
Ternate, serta naskah-naskah kuno dari
Sebagian koleksi prangko dipajang
Riau-Johor, Sultan Mahmud Syah,
Batak, Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali,
dalam papan-papan kayu yang dilindungi
kepada Raffles pada tahun 1811, yang
Bugis, dan Makassar pernah dipamerkan
kaca sehingga bisa dilihat langsung.
menyatakan bahwa akan dikirim sebuah
pada tahun 1991. Pameran manuskrip
Namun ada sebagian koleksi yang hanya
kapal perang dengan senjata lengkap
tersebut merupakan kerjasama British
bisa dilihat dengan bantuan petugas,
untuk membantu pasukan Inggris.
Library London, Perpustakaan Nasional
sebab koleksi itu ditempel pada papan-
Surat ditulis dalam bahasa Melayu
Indonesia, dan Pos Indonesia.
papan yang disatukan secara vertical,
dengan menggunakan huruf Jawi, di atas
menyerupai lemari kayu berukuran 1,5 x
kertas Inggris. Dari Lingga, Engku Sayid
1 x 2,5 meter.
Muhammad Zain al-Kudsi, penasihat
dan timbangan paket manual.
Satu koleksi yang langka adalah lukisan perangko pertama di dunia yang digambar oleh Ratu Victoria. Perangko yang dinamai The Penny Black itu diterbitkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1840. Meski demikian, gagasan pemakaian perangko sebagai penggantian biaya kirim surat sebetulnya
Sultan Mahmud Syah, juga mengirim surat kepada Raffles tahun 1811. Waktu itu, wilayah Riau, Lingga, dan Pahang berada dalam kekuasaan Kerajaan Johor, yang diperintah tidak hanya oleh sultan dari Melayu namun juga pangeran dari Bugis, yang justru lebih berpengaruh.
Begitulah lawatan ke museum. Masa lalu terasa menjadi aktual kembali, mengisi memori masa kini kita. Sejarah bercerita melalui koleksinya. Bukan semata-mata meromantisasi, namun menjadikannya pijakan untuk perbaikan dan kebaikan di masa depan. Ayo ke museum! (Susi Ivvaty dan Jessika Nadya, Redaksi Majalah Indonesiana).
Perjanjian London pada 1824
Timbangan Paket Jessika Nadya
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 101
FIGUR
Umbu Landu Paranggi:
Guru yang Berumah di Atas Angin Pengantar: Umbu Landu Paranggi. Maestro misterius itu berpulang pada tanggal 6 April 2021 di Bali. Jagat sastra Tanah-Air berduka. Umbu tidak sekondang anak-anak asuhnya seperti Emha Ainun Nadjib atau Linus Suryadi, karena ia memilih untuk menjauh dari “sorot lampu”. Banyak orang hanya dapat mendengar namanya atau membaca karya-karya yang ia cipta pada tahun 70-an dan 80-an. Ia pun tidak mudah ditemui. Rubrik Figur di majalah Indonesia Volume 10 memilih Umbu agar namanya tertoreh di sini sebagai arsip atau semacam catatan, sekaligus mengenang dedikasinya.
E I
mha Ainun Nadjib pernah
mata penyair penyair muda Yogya saat
Pelopor Yogya yang berkantor di Jalan
berkelakar, “Penyair yang
itu. Meskipun Pelopor Yogya adalah
Malioboro 175 A, Yogyakarta, adalah
puisinya berhasil terbit di
media lokal, akan tetapi rubrik “Sabana”
seorang yang sangat disegani di dunia
“Sabana” itu seperti sudah naik haji dan
tidak kalah prestisius jika dibandingkan
kepenyairan Indonesia. Dia adalah
yang puisinya berhasil terbit di “Horison”
dengan majalah sastra nasional sekelas
Umbu Landu Paranggi, penyair kelahiran
seperti sudah melakukan Isra Mikraj.
Horizon dan Budaya Djaya.
Sumba, 10 Agustus 1943. Dunia sastra
Kelakar itu menunjukkan betapa
Apa yang membuat Pelopor Yogya begitu
prestisiusnya rubrik puisi “Sabana” di
prestisius? Ternyata, redaktur sastra
102 INDONESIANA VOL. 11, 2021
telah mafhum bahwa Umbu merupakan mentor, guru, pengasah batin, sekaligus
sepanjang Jalan Malioboro. PSK telah
diabadikan ke dalam diksi yang kuat dan
berkembang menjadi ajang membaca,
berkisah sendiri.
menulis, berdiskusi tanpa batas waktu.
Emha pernah bercerita bahwa hampir
Umbu adalah seorang guru yang
tiap malam ia diajak Umbu berjalan
sangat telaten. Sedemikian telaten
kaki menempuh jarak sekitar 15-20 km
dan intensnya Umbu sehingga mampu
menyusuri jalanan kota Yogya. Satu
membina penulis-penulis muda hingga
atau dua bulan sekali bahkan Umbu
menjadi penyair berkelas. Ia kemudian
mengajak berjalan kaki ke Magelang, ke
dijuluki sebagai Presiden Malioboro.
Klaten, ke Wates, ke Parangtritis untuk
Umbu mendidik para penyair muda
melatih kepekaan rasa dan menambah
Yogyakarta dengan cara berkelana
pengalaman. Bukan sekali dua kali Umbu
berjalan kaki menyusuri sudut sudut kota
tiba-tiba muncul di kostnya pada tengah
Yogyakarta untuk melatih kepekaan rasa
malam buta dan mengajaknya berjalan
dan intuisi. Umbu menekankan bahwa
kaki untuk menangkap momen-momen puitis. Emha menambahkan bahwa Umbu juga aktif mendorong anggota PSK menyelenggarakan acara perkemahan sastra atau pembacaan sastra di berbagai lokasi, mulai dari lereng bukit, bantaran Kali Code, pinggiran Kali Progo, Kali Gajah Wong sampai di surau, pesantren dan pasar.
pembimbing para penyair. Umbu telah melahirkan banyak penyair yang berkiprah di Yogya dan di tingkat nasional, seperti Emha Ainun Nadjib dan
Di bekoerajalah kau bagi nyawaku waku
(alm) Linus Suryadi Agustinus. Di lantai dua kantor redaksi Pelopor Yogya itulah pada 5 Maret 1968 Umbu membentuk komunitas penyair Persada Studi Klub (PSK). Komunitas bentukan Umbu tersebut kemudian muncul sebagai penyelenggara diskusi-diskusi untuk mengasah kemampuan kepenulisan. Komunitas, awalnya, berkumpul setiap minggu dan pada setiap pertemuan itu para anggota dipersilakan membacakan karyanya untuk kemudian diberikan kritik dan masukan oleh Umbu. Kelompok diskusi itu berkembang sehingga tidak berdiskusi sekali sepekan melainkan menjadi hampir tiap malam dan berlangsung di
sastra adalah kehidupan dan untuk menjadi sastrawan yang baik tidak bisa tidak harus bertolak dari pengalaman. Ia mengajak murid-muridnya untuk menangkap momen-momen puitis. Momen-momen itu hanya bisa diperoleh
suny agi nya b u a k h a l a j r e k risau sunyi be lah kau bagi nyawaku kerja risau sunyi be lah kau bagi nyawaku i kerja risau sunyi be u bagi kau bekerjalah suny awak risau risau ny i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku Kauku
dengan cara memperhatikan hal-hal kecil di jalanan, di pasar, dan di Lorong-lorong kehidupan. Momen-momen itu harus
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 103
Semua sketsa oleh Zul Lubis
Pada tahun 1975 , Umbu menghilang dari
telah matang. Umbu menyatakan,
menjadi meriah karena menjadi ruang
Yogyakarta hingga pada tahun 1979 ia
mereka yang bisa menembus kategori
berpolemik sastra di antara mereka.
muncul di Bali. Di sana ia melakukan hal
“Pos Budaya” adalah yang sajak-sajaknya
yang sama dengan apa yang dilakukan di
setingkat dengan sajak-sajak penyair
Yogya. Ia mencari bakat-bakat terpendam
nasional yang dimuat di Horison. Umbu
penyair muda Bali untuk kemudian
juga membuat kategori “Solo Run” bagi
menebar benih, menyiang, dan
penyair yang karyanya ditampilkan
memupuknya. Oleh karena itu, penyair
tunggal dalam satu halaman penuh
Bali generasi 1980 - 2000-an rata-rata
koran dan kategori ini sangat sulit untuk
adalah hasil sentuhan Umbu. Sentuhan
ditembus.
itu dilakukan melalui rubrik puisi di koran
rubrik-rubrik, “Posis” atau “Pos Siswa” untuk mewadahi tulisan-tulisan siswa dan “Posmas” atau “Pos Mahasiswa” untuk mewadahi tulisan-tulisan mahasiswa, dan “Pos Solo Run” bagi penulis yang tampil tunggal. Selain itu, Umbu juga menyediakan ruang bagi para guru
Wayan Sunartha, penyair Bali,
yang suka menulis esai-esai pendek.
menjelaskan bahwa sistem peringkat
Ada kalanya, muncul puisi dan prosa
Di Bali Post Umbu membagi rubrik ke
yang dibuat Umbu membuat para
berbahasa Bali dan Umbu memuat karya
dalam empat kategori, (1) “Pawai” bagi
penyair muda Bali “mabuk kepayang”
tersebut di rubriknya sebagai bentuk
pemula yang baru belajar menulis puisi,
dan tergila-gila menulis puisi. Tidak
apresiasi kepada sastra daerah.
(2) “Kompetisi” bagi penyair yang puisinya
hanya sampai di situ, Umbu sering juga
dianggap lumayan dan siap diadu dengan
sering membakar para penyair yang
penyair lain yang setingkat, (3) “Penyair”
sajaknya baru masuk kelas “Pawai” dan
yang sajaknya siap diadu di luar kandang,
“Kompetisi” agar berkarya lebih bagus
dan (4) “Posbud” atau “Pos Budaya” bagi
melalui rubrik esai-esai dan kritik puisi
penyair yang dianggap sajak-sajaknya
dari para penulis muda itu. Rubrik ini
Bali Post.
I
Di era 2000-an, Umbu menambahkan
104 INDONESIANA VOL. 11, 2021
Umbu bukan tipe redaktur sastra yang hanya duduk di belakang meja. Dia menjalankan konsep “turba” atau “turun ke bawah”. Umbu sering mengajak para penyair muda Denpasar menyelami kehidupan Pasar Kumbasari yang buka
24 jam untuk memperhatikan hal-hal
saya hanya bisa tersenyum mengiyakan.
Dalam bayangan saya, ia menguasai
kecil yang terjadi di sana. Tidak hanya
Namun, kami sempat berbincang,
keseluruhan pemandangan itu dan
di Denpasar, Umbu juga turun ke
atau tepatnya saya mendengarkannya
karenanya mampu mengubahnya
kabupaten-kabupaten. Umbu bahkan
berbicara. Sebuah obrolan ringan, bukan
menjadi apa saja. Tanah yang berbatu-
membuat jadwal pertemuan rutin untuk
wawancara.
batu, gerumbul yang tumbuh di sana-sini,
berkunjung ke sana untuk mengadakan
rumputan, jalan setapak bekas kaki kuda,
apresiasi puisi. Tak dinyana, di Jembrana
Sapardi Djoko Damono, dalam sebuah
dan nun di sana laut yang terhampar
dan Singaraja muncul sanggar-sanggar
buku menulis, “Setiap ingat Umbu,
selalu bergolak menyerukan suara-suara
sastra. Umbu juga menggairahkan
saya suka membayangkan sabana yang
kekal ke daratan hening yang sesekali
kehidupan sastra hingga pelosok desa di
membentang antara tanah perbukitan
terganggu ringkik kuda. Umbu, dalam
Bali, seperti Desa Marga di Tabanan.
dan laut yang batasnya cakrawala. Di
bayangan saya, adalah kebebasan itu.”
sana saya bayangkan berkeliaran kuda-
(Seno Djoko Suyono, Tim Penilai
Sesungguhnya, Umbu adalah penyair
kuda, dan dari kejauhan tampak oleh
Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020)
yang kuat pada sajak-sajak liris. Akan
saya seorang Pangeran, lelaki bertubuh
tetapi, ia tampaknya lebih menikmati
kokoh di atas kuda memandang
menjadi guru bagi penyair muda. Umbu
ke sekeliling yang lepas. Umbu.
lebih bahagia melihat anak asuhannya mampu menciptakan puisi-puisi yang lebih baik bahkan dari dirinya. Ia melupakan sajak-sajaknya sendiri untuk lebih menumbuhkan sajak-sajak orang lain. Ia adalah pelopor, pendidik, dan guru yang telah melahirkan sastrawansastrawan tangguh. Sampai akhir hayatnya, Umbu dikenal sebagai penyair yang berumah di atas angin. Tak seorang pun tahu di mana tempat tinggal tetapnya. Di mana Umbu suka, di situlah rumah baginya. Dia jarang mau datang ke acara-acara kesenian, meski diundang secara khusus. Tapi, seperti dikatakan Wayan Sunartha, dia akan muncul tiba-tiba jika acara itu menarik perhatiannya, atau hanya mengamati jalannya acara dari jarak yang jauh atau dari balik kegelapan. Saya pun sangat sulit menemui Umbu. Saya menunggu sampai beberapa hari untuk wawancara, saat mendengar kabar Umbu akan berada di suatu tempat. Memang akhirnya bisa bertemu dengan perantara seorang teman, tetapi saya tidak dapat memotretnya. Ia enggan, dan
Apa Ada Angin di Jakarta Apa Ada Angin di Jakarta Seperti dilepas desa Melati Apa cintaku bisa lagi cari Akar bukit Wonosari Yang diam di dasar jiwaku Terlontar jauh ke sudut kota Kenangkanlah jua yang celaka Orang usiran kota raya Pulanglah ke desa Membangun esok hari Kembali ke huma berhati Sebagian tulisan ini pernah dimuat di buku “Anugrah Kebudayaan Indonesia 2020.”
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 105
I
106 INDONESIANA VOL. 11, 2021
I
VOL. 11, 2021 INDONESIANA 107
TIDAK UNTUK DIJUAL
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung E. Lt. 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5 Senayan, Jakarta 10270
I
108 INDONESIANA VOL. 11, 2021
(021) 5725534 (021) 5725534 indonesiana.diversity@gmail.com http://kebudayaan.kemdikbud.go.id