Indonesiana Vol. 11 Kilau Budaya Indonesia

Page 1

11

VOLUME

2021

Alunan Doa Gondang Toba Ketika Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi Hurja Siluluton, Upacara Kematian Batak Angkola Eloknya Seni Cadas Prasejarah di Misool ISSN 2406-8063

9

772406

806005


Adat Istiadat

Manuskrip

Ritus

Tradisi Lisan I

2 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Bahasa

Pengetahuan Tradisional

Seni

Olahraga Tradisional

Permainan Tradisional

Teknologi Tradisional

10 Objek Pemajuan Kebudayaan


PENGANTAR

RESTU GUNAWAN Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan

Kata Pengantar Puji syukur alhamdullilah Majalah Indonesiana Volume 10 tahun 2021 bisa hadir didepan para pembaca yang terhormat. Dengan apresiasi dan antusias masyarakat terhadap majalah Indonesiana volume sebelumnya, Tim Redaksi Majalah Indonesiana berusaha memberikan yang terbaik agar majalah ini dapat terbit. Dengan berbagai hambatan dan tantangan yang tetap ada, terlebih di tengah kondisi Indonesia yang masih dilanda pandemi hingga saat ini. Majalah Indonesiana tahun ini terbit dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hadirnya Majalah Indonesiana vol.10 diharapkan dapat menjadi media diplomasi budaya yang mengenalkan serta menyebarluaskan informasi kekayaan budaya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Ragam budaya yang dimiliki bangsa kita salah satunya datang dari desa. Sejak tahun 2020, Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Kebudayaan telah memulai program Desa Pemajuan Kebudayaan. Program ini dilakukan untuk menemukenali kembali potensi yang dimiliki desa, sehingga masyarakat dapat mengembangkan serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan melalui penguatan ekosistem budaya. Paradigma pembangunan berlandaskan kebudayaan memang sudah seharusnya dimulai dari unit terkecil yang ada di Indonesia, yaitu desa. Interaksi budaya yang menyimpan

tatanan nilai kehidupan ini sendiri lahir, tumbuh, dan berkembang secara natural pada masyarakat desa. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan pengaturan desa ialah melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa. Saat ini desa-desa yang ada di dalam negeri masih menyimpan kekayaan budaya lokal yang perlu digali kembali, dilestarikan dan yang terpenting diwariskan ke generasi muda. Setiap desa memiliki cerita sejarah, objek pemajuan kebudayaan, serta cagar budaya yang khas. Namun hal ini tentu sia-sia jika hanya dinikmati dan dilihat, tanpa dikembangkan dan dimanfaatkan. Desa merupakan tatanan kita yang paling kecil. Jika budaya desa maju, maka Indonesia pun akan maju, karena kebudayaan nasional ialah kumpulan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di desa. Berbagai cerita budaya di Nusantara yang telah terekam dan tergambar di Majalah Indonesiana volume 10, menjadi bukti komitmen dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui program yang diampu oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dalam menjalankan misi kebudayaan yang merujuk pada UU Pemajuan Kebudayaan Nomor

5 Tahun 2017. Semoga bacaan ini menjadi inspirasi bagi setiap pembaca, terutama masyarakat Indonesia, untuk terus berkontribusi dalam memajukan kebudayaan, mengapresiasi karya dari berbagai daerah di Indonesia, dan tetap menjaga nyala budaya.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 1


10 11 VOLUME

2021

KILAU BUDAYA INDONESIA

Pengarah HILMAR FARID Direktur Jenderal Kebudayaan Penanggung Jawab RESTU GUNAWAN GUNAWA N Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaa Kebudayaann Koordinator Umum Umum & & Koordinator Pemimpin Redaksi Redaks i Pemimpin BINSAR SIMANULLANG SIMANULLANG BINSAR Redaktur Pelaksana Pelaksana Redaktur SUSI IVVATY IVVATY SUSI Redaktur Naska h Redaktur Naskah MARTIN SURYAJAYA MARTIN SURYAJAYA ALFIAN S. SIAGIAN ALFIAN S. SIAGIAN Redaktur Fot o Redaktur Foto SYEFRI LUWIS SYEFRI LUWIS Tata Letak Tata Letak ZUL LUBIS Fotografer Fotografer JESSIKA NADYA OGESVELTRY JESSIKA YUDHINADYA WISNUOGESVELTRY ARYAND I YUDHI WISNU ARYANDI Sekretariat Sekretariat POKJA PENGEMBANGAN DIREKTORAT PPK POKJA PENGEMBANGAN DIREKTORAT PPK

Salam Redaksi Kampanye kebaikan apa pun rasanya sulit berhasil jika hanya dilakukan satudua kali. Sosialisasi musti dilakukan terus-menerus untuk menjangkau sasaran yang lebih luas, dengan beragam cara. Kesadaran pun lama-lama terbentuk dan tujuan dapat diraih. Tentu dibutuhkan kerja keras untuk itu. Satu kampanye kebaikan yang telah diikat dalam kebijakan dan diwujudkan dalam program kegiatan di Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek adalah desa pemajuan kebudayaan, yang bekerjasama dengan kementerian terkait. Sandaran hukumnya jelas, satu di antaranya adalah UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Di dalam Pasal 4 disebutkan, salah satu tujuan pengaturan desa adalah melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa. Konsekuensinya kemudian, perkembangan kebudayaan tak bisa dipisahkan dari perkembangan masyarakatnya. Mewujudkan desa yang berkemajuan kebudayaan berarti juga menjadikan desa sejahtera. Sebab, desa yang miskin ekonomi dan miskin perubahan sama belaka dengan miskin budaya. Desa yang sejahtera budaya berarti memiliki serta menerapkan nilai moral, nilai ekonomi, nilai seni, dan nilai sains. Demi terus menggaungkan kampanye mengenai desa dan pembangunan desa, Indonesiana Volume 11 masih menurunkan topik utama desa pemajuan kebudayaan, melanjutkan edisi sebelumnya. Cerita desa-desa yang sebagian mendapat fasilitasi dari Ditjen Kebudayaan sangat menginspirasi dan dapat menjadi contoh bagaimana masyarakat memajukan desanya. Desa-desa tersebut pada dasarnya memang telah mengupayakan pemajuan kebudayaannya sendiri, seperti Desa Paya Dedep di Aceh Tengah. Di Paya Dedep, akulturasi budaya Jawa dan Gayo terbuhul secara natural nyaris tanpa gesekan, sejak tahun 80-an ketika Orde Baru menggulirkan program transmigrasi. Desa Hendea di Buton

Kementerian Kementerian Pendidikan, Pendidikan, Kebudayaan, Kebudayaan, Riset, Riset, Indonesiaa dan Teknologi Republik Indonesi Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung Lt. 9, 9, Gedung E. E. Lt. Jl. Jl. Jenderal Jenderal Sudirman Sudirman Kav. Kav. 4-5 4-5 Senayan, Jakarta 10270 (021) 5725534

Sulawesi Tenggara memiliki tradisi ma’a ta’a yang masih dilakukan hingga saat ini, membuat hubungan antarwarga terjalin penuh kekeluargaan. Gotong-royong tidak sekadar kata-kata. Kampung Pitu di Desa Nglanggeran Gunung Kidul DI Yogyakarta juga punya cerita bagaimana berswasembada pangan. Berbagai program direktorat juga terekam dengan cukup detail. Ambil

(021) 5725534

contoh zonasi di kawasan percandian Dieng Jawa Tengah sebagai satu upaya

indonesiana.diversity@gmail.com

perlindungan cagar budaya. Rubrik-rubrik menarik terkait objek pemajuan

http://kebudayaan.kemdikbud.go.i d http://kebudayaan.kemdikbud.go.id

kebudayaan rasanya akan menambah kecintaan kita pada negeri ini, betapa

Majalah Indonesiana bertujuan untuk promosi promosi budaya budaya Indonesia, Indonesia, dan dan tidak tidak diperjualbelikan. diperjualbelikan. untuk Komentar Komentar atas atas artikel, artikel, foto foto dan dan lain-lain lain-lain ditujukan ditujukan kepada: kepada: indonesiana.diversity@gmail.co m indonesiana.diversity@gmail.com

kekayaan dan keragaman budaya itu mampu menyeruakkan rasa-rasa terkecil dalam hati. Kita bangga, maka kita jaga. Ada tradisi lisan sawakka di Talaud, carita pantun Sunda, tari serampang duabelas yang kini kritis, hingga wastra gringsing Bali yang penuh simbol dan makna. Rubrik figur menampilkan maestro

Sampul depan: depan: Gaya bertenaga buruhsang pabrik genteng-Jatisura . Sampul Senyum bahagia oppung Denison (foto: Pandu Rahadian )

Sampul belakang : Kerangka di Penguburan Terbuka Daerah Keramat Sampul belakang: PenariPelindungan Caci dan kain Songke. di Misool - Dit. PCBM (Direktorat Cagar Budaya dan (foto: Dodi Sandradi) Permuseuman)

II

INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 222 INDONESIANA INDONESIANA VOL. 10, 2021

Umbu Landu Paranggi (in memoriam) sebagai catatan dan kenangan akan peran besarnya dalam jagat kesusasteraan Indonesia. Selamat membaca… Pemimpin Redaksi


SAMBUTAN

HILMAR FARID Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia

Sambutan Direktur Jenderal Kebudayaan Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya tradisional yang tak terhitung jumlahnya. Kekayaan budaya tersebut kini dihadapkan pada kenyataan zaman yang ditandai dengan hubungan salingpengaruh antar budaya Indonesia sendiri dan budaya-budaya yang datang dari luar. Apabila tidak dikelola dengan baik, kekayaan budaya Indonesia bisa merosot dan lenyap satu per satu digantikan dengan budaya-budaya baru yang muncul dari interaksi global. Pada dirinya, globalisasi bukanlah gejala yang negatif. Globalisasi turut memperkaya kekayaan budaya bangsa. Akan tetapi, hal itu hanya akan terjadi apabila dilakukan usaha terus-menerus untuk mengelola kekayaan budaya yang telah menjadi bagian dari kepribadian bangsa sehingga pengaruh yang datang dari luar dapat diserap dengan baik. Undang-Undang No. 5 / 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan telah menggariskan pokok pendekatan yang mesti diambil dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia. UndangUndang tersebut mendaftar sepuluh kategori objek budaya: (1) tradisi lisan, (2) manuskrip, (3) adat istiadat, (4) ritus, (5) pengetahuan tradisional, (6) teknologi tradisional, (7) seni, (8) bahasa, (9) permainan rakyat dan (10) olahraga tradisional. Sepuluh kategori objek budaya tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang wajib dimajukan melalui upaya pelindungan,

pengembangan, pemanfaatan atas objek-objek itu serta pembinaan atas tenaga manusia yang mengelolanya. Kehidupan masyarakat modern tidak pernah lepas dari jejak pengaruh budaya tradisi. Cara berpikir dan tata perilaku manusia modern dilatarbelakangi oleh sistem nilai yang hidup dalam masyarakat tradisional. Tanpa latar belakang budaya tradisi itu, kita akan hilang tak tentu arah dalam pergaulan hidup global dan tak memberikan dampak apa-apa kepada peradaban dunia. Oleh karenanya, kita perlu senantiasa memberikan perhatian pada suara-suara yang datang dari budaya tradisi untuk membimbing kita berperilaku baik, dengan kepribadian budaya yang kuat, dan atas dasar itu ikut mempengaruhi peradaban dunia. Semua ini hanya akan terjadi apabila sumber-sumber rujukan budaya tradisi dijadikan inti dari kehidupan bersama kita sebagai masyarakat. Salah satu sumber rujukan budaya itu adalah warisan budaya. Dalam proses pembentukan jatidiri dan kepribadian, warisan budaya memainkan peranan penting sebagai rujukan kebudayaan masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan budaya adalah rekaman tonggak-tonggak penting perjalanan kebudayaan yang menjadi sumber inspirasi bagi praktik bersama di masa kini. Berinteraksi dengan warisan

budaya, karenanya, bukan hanya berarti berinteraksi dengan masa lalu, tetapi juga mengenali kembali siapa sejatinya diri kita hari ini. Sebagai buah cipta, rasa dan karsa manusia, warisan budaya juga sebuah wahana tempat kita belajar dari pengalaman masyarakat yang hidup di waktu dan tempat yang lain. Dengan begitu, warisan budaya bukan hanya rujukan eksklusif suatu masyarakat saja, tetapi bersifat universal dan bermanfaat bagi segenap umat manusia. Di situlah apresiasi terhadap warisan budaya menjadi apresiasi terhadap keanekaragaman budaya umat manusia. Untuk itu, saya menyambut baik penerbitan Majalah Indonesiana Volume 11 yang mengangkat kekayaan warisan budaya bangsa dengan menggali kembali berbagai inspirasi dari desa, kaum muda, praktik budaya maritim, serta aneka ekspresi budaya lokal. Semoga lewat bacaan ini, kita semua dapat semakin teguh dalam memilih jalan pemajuan kebudayaan yang akan mengantarkan Indonesia ke visi pemajuan kebudayaan 20 tahun ke depan: “Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan, mendamaikan dan menyejahterakan.”

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 3


DA F TA R I S I SAMBUTAN

RUBRIK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

1

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan

ADAT ISTIADAT

3

Direktur Jenderal Kebudayaan

44

TRADISI LISAN

TOPIK UTAMA 6

Akulturasi Melintas Batas di Desa Paya Dedep

10

Pesta “Ma’a Ta’a”, Sukacita Warga Hendea

14

Potensi Seni Songah Desa Citengah

18

Menangkap Embun di Kampung Pitu

24

Komik Strip: Cerita Keharmonisan dari Tenganan

PERISTIWA

I

26

Ketika Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi

30

Alunan Doa Gondang Toba

34

Pentingnya Zonasi di Percandian Dieng

38

Pemugaran Tetap Berjalan di Candi Prambanan

42

Data museum

4 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Hurja Siluluton, Upacara Kematian Batak Angkola

44

Sawakka, Berkebun dan Bersyukur di Talaud

WASTRA 54

Gringsing, Menenun Keseimbangan

JALUR REMPAH 58

Jejaring Perdagangan Rempah di Teluk Tomini

KULINER 62

Kuah Rempah Meruah dalam Semangkuk Coto

RITUAL 66

Sanggring lamongan, Memelihara Lingkungan


SASTRA

SENI PERTUNJUKAN 70

Serampang Duabelas, Riwayatmu Dulu Kisahmu Kini

90

FILM

JALUR REMPAH 74

Perpeduur, Semahal Lada Putih Bangsa

94

Eloknya Seni Cadas Prasejarah di Misool

MANUSKRIP 82

Khasiat Kapur Barus dalam Manuskrip Nusantara

Mengembalikan FFI Menjadi Milik Masyarakat

MUSEUM

CAGAR BUDAYA 78

Menanti Lagi Pendokumentasi “Carita Pantun” Sunda

98

Memori Korespondensi: “Kring Kring Pos…. “

FIGUR 102 Umbu Landu Paranggi: Guru yang Berumah di atas Angin

ARSITEKTUR 86

Memaknai Jakarta sebagai Ruang Simbolik

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 5


TOPIK UTAMA

Mungkin sebagian dari kita belum tahu bahwa di Aceh, khususnya di tanah Gayo, budaya Jawa hidup dan bertahan sebagaimana di tempat asalnya, dan makin kaya setelah mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Beberapa kabupaten menjadi kantung-kantung pemukiman komunitas Jawa, seperti Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Singkil. Sebagian dari mereka sudah menetap sejak masa kolonial, yang didatangkan untuk bekerja di perkebunan milik orang-orang Eropa. Sebagian datang pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dan sebagian lain mengikuti program transmigrasi di era Presiden Soeharto tahun 1982.

Akulturasi Melintas Batas di Desa Paya Dedep

Melintas batas dalam budaya Zullubis

I

6 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Kopi untuk tiap generasi Zullubis

Akulturasi lewat cinta Zullubis

D

esa Paya Dedep di Kecamatan

Dieng terkenal dengan kentangnya, Paya

Jagong Jeget, Kabupaten Aceh

Dedep kondang dengan kopinya.

Tengah merupakan satu desa

yang muncul dan berkembang karena

Kopi memang komoditi unggulan dataran

adanya program transmigrasi. Sebelum

tinggi Gayo, dari Kabupaten Bener

dimekarkan, desa ini menjadi bagian

Meriah, Aceh Tengah, hingga ke Gayo

dari Desa Paya Tungel, satu dari 7 Unit

Lues. Kalau menurut Q Grader, kopi gayo

Penempatan Transmigrasi (UPT) yang

memiliki karakter aroma dan cita rasa

ada di Kabupaten Aceh Tengah. Secara

yang khas. Kualitas bijinya sangat sesuai

geografis, Desa Paya Dedep terletak di

untuk beragam pemrosesan, terutama

kawasan pegunungan dengan ketinggian

fermentasi natural. Selain itu, kadar

sekitar 1600 mdpl. Hawa sangat dingin.

keasamannya juga rendah, sehingga

Kalau kita lihat dari aplikasi Accuweather,

kopi gayo relatif aman dikonsumsi oleh

suhu udara pada pukul 11.00 hanya 19

orang-orang dengan masalah lambung.

derajat celcius di cuaca normal. Pukul

Beragam sayur dan buah seperti jeruk

3.00 dini hari, suhunya bisa di bawah 0

dan pepaya juga tumbuh bagus.

derajat. Kalau di Jawa, suhunya kira-kira

Usia komunitas Jawa di Paya Dedep

sama seperti di dataran tinggi Dieng. Suasananya saja yang berbeda. Kalau

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 7


memang masih terbilang muda, yakni

Warga Paya Dedep memiliki ikatan kuat

sebab ikatan yang dibangun melampaui

sekitar 40-an tahun atau dua generasi

satu sama lain, yang bahkan melebihi

berbagai perbedaan identitas kultural

kelahiran, setelah kedatangan pertama.

hubungan darah. Ikatan ini lahir dari

seperti suku dan bahkan agama. Ikatan

Kenangan akan tempat asal masih

sejarah yang panjang tentang cerita

ini juga yang kemudian memunculkan

melekat dengan kuat, dan masih memiliki

senasib dan sepenanggungan, ketika

istilah sedulur sak kampung bagi orang-

keterikatan emosional dengan tempat

mereka datang di kapal yang sama,

orang Gayo dan orang dari suku lain yang

asal, atau istilahnya belum paten obor.

merasakan pahitnya membuka lahan

tinggal bersama mereka.

dengan hanya bermodalkan tenaga

Saat ini, komunitas Jawa di Tanah Gayo

Adaptatif, Ramah, dan Terbuka

dan alat seadanya, hingga menjalani

menguasai sedikitnya dua bahasa

Sama seperti komunitas Jawa lain yang

kehidupan sesudahnya. Semua itu

daerah, yakni bahasa Jawa sebagai

ada di tanah Gayo, komunitas Jawa di

mengakibatkan terbangunnya ikatan

bahasa ibu serta bahasa Gayo sebagai

Paya Dedep selalu menunjukkan sikap

kelompok dengan tingkat kohesi sosial

bahasa pasar (lingua franca). Bahkan tidak

terbuka kepada orang lain. Mereka

yang sangat kuat, yang oleh sosiolog Selo

sedikit yang menguasai bahasa Aceh dan

sudah terbiasa melihat orang luar yang

Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

bahasa Jamee. Bahasa-bahasa tersebut

datang berkunjung. Senyum mereka

disebut paguyuban.

mereka kuasai untuk dapat berbaur

memberikan rasa hangat di dalam hati,

dengan masyarakat setempat, khususnya

dan menjadi selimut di tengah suhu

Paguyuban yang terbentuk tidak hanya

terkait dengan kegiatan jual-beli yang

dingin yang menusuk hingga ke tulang.

sebatas pada komunitas Jawa saja, tetapi

menjangkau sampai ke luar kabupaten

Sungguh kesan yang luar biasa, padahal

juga dengan suku lain termasuk orang

dan provinsi. Bahasa setempat juga

desa ini bukan termasuk kawasan

Gayo sebagai penduduk asli. Merujuk

dipakai untuk menghormati kebudayaan

pariwisata. Disadari atau tidak, sikap

Ferdinand Tonnies, model paguyuban

yang lebih dulu ada. Misalnya, jika

ramah dan terbuka ini sebenarnya adalah

seperti ini disebut gemeinschaft by place,

mereka sedang berkumpul dan kebetulan

modal dasar sumber daya manusia ideal,

atau paguyuban yang muncul karena

di antara mereka ada orang Gayo,

yang jika diramu dengan keindahan

orang-orang tinggal berdekatan di suatu

mereka akan berbicara dengan bahasa

alam akan menjadikan Desa Paya Dedep

daerah. Maknanya jauh lebih dalam dari

Gayo. Penggunaan bahasa ini mungkin

sebagai kawasan ekowisata berbasis

ikatan kelompok berdasarkan hubungan

terlihat sederhana, tetapi inilah bentuk

budaya.

kekerabatan (gemeinschaft by blood),

sikap toleransi yang ada pada komunitas Jawa di Paya Dedep.

Dentum melintas batas Zullubis

I

8 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Kopi, persembahan untuk negeri Zullubis

Seni bagi kekayaan jiwa Zullubis

Akulturasi dan Kawin Campur

simbolisme keharmonisan antara dua

sebagaimana lazimnya tradisi yang

Dalam konsep antropologi, setiap

kultur yang berbeda. Kondisi ini menjadi

berlaku di Aceh Tengah. Begitu juga

kebudayaan yang tinggal berdekatan

gambaran ideal tentang bagaimana

dengan resepsi, para pengantin biasanya

selama kurun waktu tertentu akan

seharusnya kita hidup berdampingan

akan berganti pakaian sesuai dengan

memicu terjadinya proses akulturasi.

dalam perbedaan.

adat masing-masing sebagai simbol

Secara sederhana, akulturasi ini adalah

bahwa mereka telah mengikat janji

situasi ketika kebudayaan yang satu

Akulturasi budaya yang terjadi pada

hidup di bawah dua nilai yang berbeda.

mempelajari satu atau beberapa unsur

komunitas Jawa di Paya Dedep ini

Tak lupa, gagar mayang menjadi saksi

kebudayaan lain dan menjadikannya

merupakan bukti bahwa setiap manusia

bersatunya dua sejoli yang berbeda suku

bagian dari kebudayaannya. Unsur

memiliki kemampuan resiliensi yang

bangsa.

kebudayaan yang dimaksud bisa

membuat mereka mudah beradaptasi

dalam bentuk tradisi, bahasa, sistem

dengan lingkungan. Strategi resiliensi

Kawin campur ini menghasilkan generasi

kemasyarakatan, pengetahuan, ritus,

yang mereka lakukan sebenarnya cukup

baru yang oleh Prof. Usman Pelly

religi, serta kesenian. Di desa Paya

sederhana, yakni dengan memegang

disebut sebagai generasi hibrida (hybrid

Dedep, akulturasi antara kebudayaan

peribahasa “di mana bumi dipijak di situ

generation). Generasi hibrida adalah kunci

Jawa dengan Gayo yang telah hidup

langit dijunjung”. Terbukti, tidak ada

untuk mewujudkan masyarakat yang

berdampingan untuk waktu yang lama.

konflik yang terdengar di antara mereka

lebih terintegrasi, sebab mereka adalah

Dalam sebuah film pendek berjudul

sejak tahun 1982.

hasil dari proses akulturasi budaya dalam

“Jangin” yang dirilis oleh komunitas anak

bentuk yang nyata. Perbedaan identitas

muda bernama Etnis Mountain Signature

Dari berbagai proses peleburan di Paya

tidak hanya hidup di sekitar mereka,

(EMS), diilustrasikan bahwa akulturasi

Dedep, kawin campur adalah satu hal

tetapi juga mengalir di dalam darahnya.

terjadi dalam wadah seni hingga

yang unik. Kawin campur itu biasanya

Mereka bukan orang Jawa, bukan pula

melampaui batasan kultural yang ada.

terjadi antara orang Jawa dengan suku

orang Gayo, tetapi mereka bisa menjadi

Pada salah satu cuplikan film, anak-anak

Gayo, namun ada pula orang Jawa yang

Jawa dan Gayo. Oleh karena itu, mereka

keturunan Jawa menari guel dan anak-

kawin dengan orang dari suku lain karena

mampu memahami setiap perbedaan

anak Gayo memainkan kesenian reog.

merantau lalu kembali ke Paya Dedep.

sehingga meminimalisir potensi konflik.

Klimaksnya adalah, reog dan guel menari

Dalam kawin campur itu, akulturasi

(Dharma Kelana Putra, BPNB Aceh)

dalam satu panggung dilatarbelakangi

terjadi dengan sangat intens. Misalnya

oleh bentang alam yang indah sebagai

ketika akad nikah, kedua pasangan biasanya mengenakan kerawang Gayo

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 9


TOPIK UTAMA

“Ma’a Ta’a” Sukacita Warga Hendea

Ma’a ta’a merupakan tradisi masyarakat Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang dalam bahasa suku Cia-cia berarti acara makan bersama. Seiring waktu, ma’a ta’a lebih dikenal sebagai nama pesta kampung. Acaranya memang makan-makan. Tiap rumah menyiapkan makanan dan kue-kue yang dihidangkan untuk sanak saudara, kerabat, dan tamu yang datang bertandang. Adapun puncak acara makan bersama diselenggarakan di baruga (galampa). Tradisi ma’a ta’a juga menjadi ajang pertemuan bagi warga yang memiliki sanak keluarga di daerah rantau.

I

10 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 10


Ma’a ta’a digelar setahun sekali oleh masyarakat Desa Hendea, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara secara turun-temurun dan tetap lestari hingga kini. Secara geografis, Desa Hendea di Kabupaten Buton Selatan berada di daerah pegunungan yang cocok untuk lahan pertanian dengan jumlah penduduk 2.017 jiwa pada tahun 2019. Biasanya ma’a ta’a dilaksanakan seusai panen padi atau hasil bumi, seperti lazimnya ritual-ritual masyarakat agraris. Victor Turner berpandangan bahwa ritual dalam sudut pandang antropologi merupakan salah satu bentuk drama sosial yang menampilkan peran-peran simbolik. Melalui drama sosial itu, berbagai segi kehidupan masyarakat dipertunjukkan untuk ditanggapi bersama (The Forest of Symbols, Aspects

Of Ndembu Ritual, 1987, halaman 32-33).

Ma’a Ta’a untuk Cia-cia -

Secara spesifik di dalam ritual peralihan atau the rites of passages terjadi proses pengolahan batin yang menyebabkan manusia mampu keluar dari berbagai konflik akibat adanya perubahanperubahan yang dihadapi manusia dalam hidupnya (halaman 94). Pesta adat ma’a ta’a atau mata’a (bersenang-senang) dilakukan sebagai rasa syukur karena masa panen musim timur dan musim barat telah berhasil dilalui dengan baik. Pesta adat ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu, yang dimulai atas izin dan kebijakan Sultan Buton saat itu. Makanan dan minuman yang disajikan dalam ritual adat ini merupakan wujud terima kasih kepada Yang Maha Kuasa (Suku Cia-cia Gelar Pesta Adat Mata’a, 2010, kompas.com).

I

VOL.11, 11,2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 11 11 VOL.


Bersuka cita dalam rasa

Beberapa Tahapan Ritual

para tokoh masyarakat dari kaum laki laki

suap makanan berupa ketupat besar

Puncak acara tradisi ma’a ta’a dihelat

(sarano anamhane). Nduano ganda adalah

(kauru), yang diiringi dengan doa. Para

selama tiga hari dengan berbagai

pertanda bahwa acara puncak ma’a ta’a

tetua adat lalu saling berbalas syair

tahapan pelaksanaannya. Tahapan

akan dimulai empat hari kemudian.

dengan kalimat-kalimat nasihat atau

pertama adalah to oano ma’a ta’a atau

Tahapan ketiga adalah tampoano api

ajakan kepada seluruh masyarakat

musyawarah penentuan hari baik yang

yang bermakna bakar dupa. Proses ini

untuk saling berbagi dan menghargai,

dipimpin oleh pemangku adat dan

dilaksanakan oleh tetua adat di (baruga)

menghormati, dan menjaga tali

dihadiri oleh masyarakat di galampa

atau galampa, dengan membakar dupa

silaturahim demi kokohnya tali

(baruga). Dalam tahapan ini, setelah ada

sembari membacakan doa kepada

persaudaraan.

kesepakatan dalam musyawarah adat,

arwah para leluhur yang telah gugur.

maka acara ma’a ta’a diputuskan dua

Masyarakat yang keluarganya telah

Acara puncak ma’a ta’a yang dinanti pun

belas hari kemudian (dikutip dari laman

meninggal juga melakukan ritual bakar

tiba. Karamea a’alono atau pesta sehari

desabudaya.kemdikbud.go.id, diakses

dupa dan berziarah ke makam orang tua

semalam pada pukul 08:00 pagi hingga

Agustus 2021).

atau anggota keluarga lain pada sore hari.

05:30 pagi berikutnya. Ritual itu diawali

Setelah proses ziarah selesai, masing-

dengan pipalikiano bicubitara, yakni

Tahap berikutnya adalah nduano ganda

masing silsilah keluarga berkumpul di

pengumpulan hasil panen yang digantung

atau dalam Bahasa Indonesia diartikan

rumah saudara tertua perempuan

di tiap-tiap rumah warga, seperti ubi

tabuh atau membunyikan kendang.

dengan membawa talang berisi makanan

kayu, jagung, kacang tanah, kelapa, dan

Instrumen yang digunakan dalam

untuk melakukan baca doa dan makan

tanaman lainnya. Pipalikiano bicubitara

acara ini adalah kendang yang disebut

bersama. Ritual ini bertujuan agar

tersebut hanya dilakukan oleh pemuda

lakanterega, satu alat musik tradisional

masyarakat tetap mengingat anggota-

(sarano anamhane). Setelah itu, seluruh

yang terbuat dari kayu dan kulit kambing

anggota keluarga yang telah meninggal.

sarano anamhane diarahkan kembali ke

yang berdiameter 50 cm. Acara tabuh

I

galampa untuk melakukan bongka barata.

kendang itu dilakukan pada malam hari di

Seusai bakar dupa, acara selanjutnya

rumah adat (galampa) yang dihadiri oleh

adalah posambua. Tokoh-tokoh adat

Pelaksanaan acara bongka barata diawali

pemangku adat (mancuana popa’ano) dan

duduk saling berhadapan lalu saling

dengan mengelilingi halaman galampa

12 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Tua muda turut berpesta

Segala unsur masyarakat dalam Ma’a Ta’a

dalam mempererat kekeluargaan.

tiga kali oleh seorang tetua adat sebagai

Mempererat Tali Kekeluargaan

pembuka acara pangencei atau mangaru,

Bagi suku Cia-cia, ritual ma’a ta’a

pilinda atau tari linda, dan manca atau

menunjukkan pentingnya menjaga

pencak silat. Kegiatan menari linda

silaturahim untuk mengikat erat tali

dan pencak silat ini terus dilakukan

kekeluargaan demi terciptanya persatuan.

secara bergantian oleh seluruh lapisan

Dengan penuh semangat dan doa-doa

masyarakat mulai anak-anak, remaja,

para tetua, tanpa pantang menyerah dan

dewasa, dan orang tua dengan iringan

harapan besar untuk kembali bertandang

gendang lakanterega sampai esok pagi.

ke kampung halaman, seluruh aktvifitas

Terakhir adalah kalepa, yakni cara

masyarakat kembali seperti biasanya.

penyuguhan makanan di atas talang

Petani kembali bergelut dengan

sekaligus baca doa bersama yang

tanamannya, perantau kembali angkat

dipimpin oleh pemangku adat sebagai

jangkar mengarungi samudera, polisi

wujud syukur atas berhasilnya pesta

dan tentara telah bersiap berjaga-

panen dalam setahun. Pelaksanaan

jaga, dan para guru kembali teguh

acara ini hanya dihadiri orang tua (kepala

ke sekolah. Budaya ma’a ta’a ini

keluarga) di galampa yang terdiri dari

sudah menjadi warisan tertua dari para

bebagai macam profesi. Baca doa ini

leluhur yang tetap dijaga dan dilestarikan

bertujuan untuk menjaga keselamatan

oleh warga Desa Hendea.

leluhur dan antarwarga. Semua indera

dan semua warga ketika mencari nafkah

Budaya ma’a ta’a merupakan media

M. Hum, Peneliti Sejarah dan Dosen

baik itu di kampung atau di perantauan.

komunikasi yang efektif bagi suku Cia-

Setelah baca doa dan makan bersama,

cia untuk menjembatani komunikasi

mereka pun saling bersalaman, menandai

antarwarga lintas generasi, terutama

para petani, pedagang, polisi, tentara,

Kebudayaan ini sekaligus menjadi media yang efektif digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak luas sebagaimana definisi media dalam pandangan Harfield Cangara (Pengantar Ilmu Komunikasi, 1998: halaman 119). Media juga merupakan perpanjangan indera manusia, mengutip Marshal Macluhan dalam Dedi Kurnia Syah Putra (Media dan Politik, Menemukan Relasi antara Dimensi Simbiosis Mutualisme, Media dan Politik, 2012: halaman 2). Definisi media tersebut cocok untuk menggambarkan budaya ma’a ta’a sebagai medium komunikasi kepada terlibat. (Faishal Hilmy Maulida, BINUS University Malang)

pungkasnya pesta adat ma’a ta’a.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 13


TOPIK UTAMA

Songah dari Citengah Alip Purnomo

Seni Songah di

Desa Citengah P

andemi Covid-19 yang menjangkiti dunia, termasuk Indonesia, telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan dan berdampak terhadap kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Satu sektor yang sangat terdampak adalah pariwisata, khususnya desadesa wisata. Survei yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute pada April 2020 menunjukan bahwa desa-desa wisata yang

menjadi responden telah menutup kegiatan wisatanya. Pada Maret 2020, 49% desa wisata hilang potensi pendapatan sekitar 25 juta rupiah; 35,1% berpotensi hilang pendapatan antara 25 juta rupiah hingga 100 juta rupiah; dan 15,5% berpotensi hilang pendapatan lebih dari 100 juta rupiah.

I

14 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bertujuan untuk menstabilkan sistem keuangan dan memberikan instrumen baru untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian desa. Pada 2021, dana desa dimanfaatkan terutama untuk pemulihan ekonomi di masa pandemi dengan menyasar tiga aspek, satu di antaranya pengembangan desa wisata. Berdasarkan data Asosiasi Desa Wisata Indonesia, saat ini terdapat 1.302 desa Tarawangsaxsongah-

wisata di Indonesia. Enam peringkat

Direktorat Jenderal

teratas: 138 desa wisata di Jawa Barat,

Kebudayaan

132 desa di Jawa Tengah, 114 desa di Jawa Timur, 92 desa di Nusa Tenggara Timur, 87 desa di Sumatera Utara, dan

Songah membawa bungah -

57 desa di DI Yogyakarta. Kemenparekraf

Alip Purnomo

menargetkan 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024. Desa wisata juga memayungi usaha mikro dan kecil. Kemampuan desa wisata dalam menyerap tenaga kerja tidak bisa dipandang sebelah mata. Secara nasional, 63.350.222 unit usaha mikro mampu menyerap 107.376.540 tenaga kerja. Adapun 783.132 unit usaha skala kecil mampu menyerap sekitar 5.831.256 tenaga kerja. Potensi ini diharapkan mampu mestimulasi bangkitnya ekonomi masyarakat yang berbasis pedesaan. Bupati Sumedang dalam pertemuan dengan 11 kepala daerah dan Menteri Parekraf pada Maret 2021 menyampaikan, saat ini sedang dikembangkan tur virtual 360 derajat. Tur virtual itu diharapkan mampu memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi tujuan wisata, satu di antaranya di Desa Citengah,

Dari Hutan Pinus hingga Curug

dengan ketinggian kurang lebih 501-1000

Desa Citengah berada di Kecamatan

mdpl. Desa ini memiliki luas wilayah

Sumedang Selatan, Kabupaten

3.406 hektare atau 30,61% dari total luas

Sumedang, Jawa Barat. Secara topografis,

Kecamatan Sumedang Selatan. Desa

Desa Citengah berada di lereng gunung

Citengah merupakan desa yang subur, memiliki banyak sumber mata air, dan

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 15


Songsong Kendang Direktorat Jenderal Kebudayaan

dan dikelilingi oleh beberapa sungai,

membangun terminal yang juga akan

mampu mengeluarkan suara dengan

seperti Sungai Cihonje, Sungai Citengah,

dikembangkan untuk wisata air, karena

frekuensi rendah, mirip dengan gong bas.

dan Sungai Citundun.

posisinya berdekatan dengan Sungai

Keberadaan songah juga menunjukan

Cihonje.

bagaimana masyarakat sekitar

Desa Citengah memiliki pemandangan alam yang memesona. Hutan pinus, air

Sektor pariwisata di Desa Citengah

terjun, perkebunan teh Margawindu,

berkontribusi pada Pendapatan Asli

situs sejarah, dan pemandangan sungai,

Desa (PAD). Di 2021, PAD Desa Citengah

merupakan objek pariwisata andalan

menyumbang 7,3 persen terhadap

Kabupaten Sumedang. Akses menuju ke

APBDes yang berjumlah kurang lebih

Desa Citengah relatif mudah dijangkau.

1,5 milyar rupiah. Di tengah pandemi

Terdapat pula 23 curug yang belum ditata

dan lesunya sektor pariwisata, angka ini

dan dikelola dengan baik.

tentunya dapat meningkatkan optimisme

Selain oleh sektor swasta, pariwisata di Desa Citengah juga dikelola oleh Badan

di masa yang akan datang.

Usaha Milik Desa (BUMDes), yang kini

Kesenian Songah

tengah mengembangkan pengelolaan

Kesenian tradisonal merupakan satu

jasa parkir wisata serta pengamanan

potensi yang bisa dikembangkan sebagai

kebun teh dan getah pinus. Hingga kini,

daya tarik pariwisata. Seni tradisional

BUMDes Karya Mukti sudah mampu

memiliki kekuatan yang disyaratkan

menghasilkan hingga 30 juta rupiah.

dalam produk pariwisata, yaitu keunikan,

Walaupun bukan angka yang fantastis,

otentisitas, originalitas dan diversitas.

tetapi ini merupakan modal dan

Desa Citengah memiliki seni khas itu,

sekaligus optimisme, bahwa pengelolaan

songah atau songsong Citengah.

pariwisata desa bisa terus berkembang serta dijadikan fokus usaha. Saat ini, pemerintah desa berupaya untuk

I

terhadap pengembangan pariwisata desa

16 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Songah merupakan alat musik yang terbuat dari bambu tamiang. Songah

berinteraksi dengan alam mereka dan secara kreatif menggunakan sumber daya yang ada di sekitar mereka untuk digunakan sebagai alat berkesenian. Keberadaan bambu di Desa Citengah cukup melimpah. Selain untuk berkesenian, bambu juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membangun rumah, alat masak dan sebagainya. Songah berasal dari kata songsong yang merupakan alat yang digunakan untuk meniup hawu (tungku untuk memasak) dan ngah yang menunjukan identitas wilayah, yaitu Desa Citengah. Songsong biasanya dimainkan bersama alat musik tradisional lainnya seperti suling dan kecapi. Perpaduan antara songah dan alat musik tradisional lainnya membawa pendengar masuk dalam pengalaman spiritual yang unik.


Songah seringkali dimainkan pada saat

Desa Citengah, serta tokoh-tokoh penting

juga dukungan pemerintah kabupaten

kegiatan hajat lembur, tradisi syukur

kerajaan Sumedang.

yang sudah mulai mempromosikan

dengan cara merawat alam yang di dalamnya terdiri dari berbagai kegiatan lain yakni ruwat jagat, pentas seni, dan ziarah karuhun. Songah bahkan ditampilkan dalam acara pembukaan Paragliding World Championship di Kabupaten Sumedang tahun 2019. Songsong juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan Pesta Rakyat tahun 2014.

Peluang Pascapandemi Sejumlah ahli memprediksi adanya

tujuan wisata mereka melalui program tur virtual.

perubahan tren berwisata pasca

Peran pemerintah pusat diharapkan

pandemi. Masyarakat akan lebih memilih

mampu mendorong wisata desa dengan

tujuan wisata yang berbasis alam,

berbagai program, misalnya upaya

pedesaan dan memiliki ciri khas, baik

meningkatkan standar kebersihan,

dari segi adat istiadat maupun kesenian

kesehatan, dan keselamatan melalui

khas yang dimiliki. Sungguh kabar baik

program Clean, Health, Safety &

bagi Desa Citengah. Maka itu, desa harus

Environmental Sustainability (CHSE).

Perlahan, songah tidak hanya bisa

berbenah diri, juga beradaptasi dengan

Peran swasta dan perbankan juga

dinikmati oleh warga Desa Citengah,

kebiasaan baru.

diharapkan dalam membangun

tetapi juga dinikmati secara nasional bahkan internasional. Acara songah bisa dilengkapi dengan permainan anak tradisional egrang dan gatrik yang sampai saat ini masih dimainkan oleh anak-anak Citengah.

Tentu saja desa tidak cukup bekerja sendiri. Harus ada upaya dan dukungan dari berbagai pihak. Desa Citengah sejauh ini sudah memiliki modal kondisi alam yang mendukung, SDM yang kreatif, kesenian tradisi yang unik, dan BUMDes

Potensi wisata sejarah juga dieksplorasi,

yang berpengalaman dalam mengelola

misalnya peninggalan kolonial Belanda

pariwisata desa. Dukungan pemdes

(rel lori untuk mengangkut komoditas

melalui dana desa dalam membangun

teh) dan makam sejumlah ulama, pendiri

infrastruktur juga sudah tampak. Begitu

infrastruktur pariwisata di desa, termasuk menyediakan akses permodalan bagi masyarakat melalui UMKM yang bergerak di sektor pariwisata. Sinergitas ini diharapkan mampu membangkitkan sektor pariwista desa yang porak poranda akibat pandemik. Harapannya, perekonomian masyarakat desa yang berbasis lingkungan dan kesehatan bergairah lagi. Mari mulai dari desa. (Steve Christiantara)

Tarawangsaxsongah Direktorat Jenderal Kebudayaan

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 17


TOPIK UTAMA

Menjaring embun, menjaring wisatawan - Direktorat PPK

Menjaring Embun di

Kampung Pitu II

18 18 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021


Kampung Pitu, entah berapa kali lagi kami tersesat, setelah melewati jalanjalan sempit yang tidak rata, terus naik hingga ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Akhirnya sampai juga, setelah Pak Aan menjemput kami di persimpangan jalan di dusun tetangga. Kampung Pitu merupakan satu wilayah RT, yakni RT 19 Desa Nglanggeran, yang memang hanya berisi tujuh kepala keluarga (KK). Jika hadir keluarga baru melalui pernikahan serta mendaftarkan KK baru, KK orang tuanya kemudian dicabut dan ikut anaknya sebagai kepala keluarga, termasuk juga adik-adik yang belum menikah. Banyak juga warga Kampung Pitu yang setelah menikah kemudian pindah, pergi dari kampung. Penangkap Embun 1 Syefri Luwis

“Ada juga yang kemudian meninggal, lalu KK diganti atas nama anaknya. Pokoknya, secara alami terjadi begitu saja, selalu

Ademe Gunung Merapi purba

hanya tujuh KK di kampung ini, dengan

Melu krungu suaramu ngomongke apa

jumlah warga 30-40 orang,” terang Aan.

Ademe Gunung Merapi purba Sing nang Nglanggeran Wonosari Yogyakarta

epenggal lirik lagu Banyu Langit

S

karya Didi Kempot sengaja kami senandungkan sepanjang

perjalanan menuju Kampung Pitu di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak jauh dari Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba. Jika hendak ke Kampung Pitu, Gunung Api Purba bisa menjadi patokan. Gunung yang pernah aktif sekitar 20 – 60 juta tahun silam tersebut berbentuk bongkahan batu andesit raksasa, membentang sekitar 800 meter dengan ketinggian 300 meter. Kami menyanyi mengikuti lagu di ponsel, sambil mencari sinyal yang tibatiba menghilang dan sesaat kemudian muncul lagi. Jika tidak berkomunikasi

Penangkap Embun 2 Syefri Luwis

terus dengan Pak Aan, tokoh masyarakat

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 19


Mengabadikan penjaring embun Direktorat PPK

Juru kunci Telaga Guyangan Kampung

orang yang “membabat desa” atau yang

pada 2015 setelah memenangi lomba

Pitu, Yatnorejo (75) menuturkan

pertama kali datang ke kampung dan

komunitas adat di Semarang.

sekelumit sejarah Kampung Pitu,

menjadi cikal bakal keberadaan Kampung

khususnya terkait pohon kinah gadhung

Pitu. Pendek kata, sejak zaman Iro

wulung yang dianggap keramat karena

Dikromo hingga ke generasi berikutnya,

guguran daunnya tidak pernah terlihat

jumlah KK di Kampung Pitu memang

warga namun “terbang” hingga ke

hanya tujuh saja, sesuai dengan empu

wilayah Kraton Yogyakarta. Pohon itu

pitu yang merupakan simbol dari pitung

dulu berjumlah lima, dan oleh warga

pusering jagad (tujuh pusarnya jagat).

dinamai sesuai hari pasaran Jawa yakni pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Mbah Yatno mengutip kisah yang disampaikan sesepuh kampung, almarhum Mbah Redjodimuljo. Kini, kinah gadhung wulung sudah tidak ada lagi, hilang begitu saja hingga ke akarnya, tanpa ada warga yang mengetahuinya.

kalih jambu klutuk. Masalahe panenan angel disade mergine namun dalan setapak, disade ting pasar kaling nyunggi, mulai jam 01.00 dugi Piyungan byar padang. Kalih welas jambu angsal limang

Seorang warga Kampung Pitu

gelo. Sade kajeng, sade areng, sedoyo

menceritakan suasana pada tahun 1978,

disunggi. Nek nedine tiwul, nempur beras.

ketika pertama kali ia datang, seperti

Mriki nembe mulai Makmur rikala mlebet

dikutip dalam buku Komunitas Kampung

listrik, nggantol 700 meter, tahun 1997.

Pitu Gunung Kidul karya Bambang H Suta

Tahun 2001 mobil nembe saged mlebet”.

Purwana, Theresiana Ani Larasati, dan Ambar Adrianto (BNPB DIY, 2019). Waktu itu namanya masih Telaga Guyangan

silsilah Iro Dikromo yang diyakini sebagai

Dusun Nglanggeran Wetan, karena Kampung Pitu baru “resmi” dipakai

I

utama dados petani telo, gogo, jagung,

Ekonomi Sulit

Mbah Yatno dan Aan juga menceritakan

20 INDONESIANA VOL. 11, 2021

“Kula mlebet mriki kawontenan ekonomi susah, sulit, jalan setapak. Penghasilan

(Saya masuk ke sini saat keadaan ekonomi susah, sulit, jalan cuma setapak. Penghasilan utama menjadi petani ketela, padi gogo, jagung, dan jambu


Salah satu rumah Penduduk Kampung Pitu Syefri Luwis

Foto : Rumah tertua dan Kosong di Kampung Pitu, setelah penghuninya meninggal dunia (Syefri Luwis)

Foto : Pendopo Kampung Pitu (Syefri Luwis)

biji. Masalahnya, hasil panen sulit dijual, karena hanya melalui jalan setapak. Dijual ke pasar dengan cara dipanggul di atas kepala. Berangkat dari jam 01.00 dini hari sampai di pasar Piyungan sudah terang-benderang. 12 jambu biji dijual lima rupiah. Kami juga menjual kayu, arang, semuanya dipanggul (sampai ke pasar). Kalau makanan sehari-hari tiwul atau mengecer beras. Di sini baru mulai makmur ketika listrik masuk tahun 1997, (itu pun) nyantol (kabel) sejauh 700 meter. Tahun 2001 barulah mobil bisa masuk”. Betapa tidak mudahnya hidup di daerah terpencil di republik ini, luar

Kampung Pitu bisa bertahan hidup?

Terdapat jenis vegetasi jambu monyet

biasa timpang dibandingkan kota-kota

Desa Nglanggeran secara umum makin

(Anacardium accidentale) dan melanding

besar. Tahun 1997, ketika rezim Orba

tergolong maju, terutama karena wisata

(Acacia glauca) di sana.

sudah berkuasa selama 30-an tahun,

Gunung Api Purba. Namun Kampung

pembangunan ternyata jauh dari merata,

Pitu, satu bagian kecil (satu RT saja) dari

listrik masih sulit didapat. Jangankan di

desa, tidak semaju itu.

Indonesia bagian Timur, di Yogyakarta

Pada tahun 1965—1967 pemerintah memberikan bibit tanaman akasia (Acacia auriculiformis). Warga juga menanam

Hingga sepuluh tahun lalu (merujuk

secara swadaya pohon sono (Dalbergia

Djoko Purwanggono, 2011), 70 persen

latifoila), pohon jati (Tectona grandis), dan

penduduk Desa Nglanggran masih

mahoni (Swietenia mahogany) yang masa

Swasembada

memiliki usaha pembuatan arang kayu.

pertumbuhannya relatif lama.

Jika tidak memutar otak sediri,

Kayunya diambil dari hutan rakyat, yang

berswasembada, bagaimana warga

merupakan bagian dari proyek reboisasi

saja masih susah mendapat fasilitas negara.

tahun 1962 untuk menanggulangi erosi.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 21


Mbah Yatno Rejo Syefri Luwis

“Sampai sekarang, sebagian besar

mengenai tradisi serta pariwisata

anggrek, menurut survei Taman

matapencaharian warga Kampung Pitu

dilakukan, termasuk oleh Balai Pelesarian

Konservasi Anggrek.

dan Desa Nglanggeran secara luas, ya

Nilai Budaya DIY. Media massa juga

petani. Petani sawah maupun ladang.

makin banyak menyebarkan kabar

Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan

mengenai Kampung Pitu. Beberapa spot

Pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan

sendiri dan dijual juga,” tutur Aan,

yang dikunjungi wisatawan selain Gunung

Kemdikbud pada 2020 memberikan

yang aktif menjadi pengelola wisata di

Api Purba juga Telaga Guyangan dan jejak

fasilitasi kepada para seniman agar tetap

Sekretariat Gunung Api Purba.

kaki kuda di dekat telaga yang diyakini

berdaya pada masa pandemi Covid-19.

sebagai jejak kuda sembrani, tungganan

Satu di antara seniman-seniman yang

para bidadari.

mendapatkan kesempatan untuk

Selain mengandalkan sawah dan ladang untuk hidup dan menghidupi

I

keluarga, warga Kampung Pitu dan Desa

“Sekarang, makin banyak orang datang,

Nglanggeran secara luas makin pintar

bahkan dari luar kota, dari Bali juga ke

memanfaatkan potensi wisata alam

sini, hanya sekadar cuci muka di Telaga

dan ekowisata untuk menggaet tamu

Guyangan. Maka kami mengembangkan

agar datang ke desa. Gunung Api Purba

hal lain yaitu budidaya anggrek,” papar

makin dikenal, dan berbagai penelitian

Aan. Kini sudah ditemukan 21 species

22 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Penangkap Embun

membuat karya yang bermanfaat adalah Rudi Hendriatno, perupa lulusan Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Insitut Seni Indonesia Yogyakarta. Perupa asal Padang kelahiran 1980


itu membikin gagasan kreatif tentang

Fungsi alat itu adalah menangkap air

pekerjaan tersebut kepada Rudi, yang

instalasi yang tidak hanya memenuhi

yang “terperangkap” di dalam kabut/

pada tahun 2013 meraih penghargaan

unsur-unsur seni namun juga manfaat.

awan, lalu dialirkan melalui selang,

Indonesian Art Award dan karya-

Keahlian pemilik Studio_211 Yogyakarta

terus turun ke bawah, lantas ditampung

karyanya telah dipamerkan di berbagai

tersebut adalah seni kriya, maka itu

dalam ember besar. Agar kabut dapat

galeri di Indonesia serta luar negeri.

gagasannya sangat pas diterapkan

ditangkap, ketinggian instalasi harus

Keterampilannya mengolah kayu menjadi

di Kampung Pitu. Apa itu? Instalasi

lebih dari 2.000 meter di atas permukaan

karya seni kontemporer telah mendapat

penangkap embun.

laut. “Jadi, fungsi pohon dipindahkan

pengakuan publik. “Saya memilih kayu

ke instalasi, menjadi semacam bank

karena membuat kita dekat dengan alam.

air. Tugas saya, bagaimana membuat

Kayu juga bagian dari kehidupaan sehari-

instalasi ini tetap berseni, tidak asal-

hari,” katanya.

Ketika disodori tawaran untuk membuat karya seni yang berguna dan menggerakkan, Rudi tidak terlalu lama memikirkannya. Ia memang sudah

asalan,” jelas Rudi.

Kini Kampung Pitu Desa Nglanggeran

terbiasa bereksperimen dengan karya-

Bahan-bahan yang dibutuhkan di

kian berbudaya. Warga membangun

karya instalasi. “Seni dan bermanfaat.

antaranya pipa galvanis berbagai ukuran,

sendiri desanya supaya berdaya.

Saya langsung memikirkan lokasi-lokasi

plat strip, cat, jarring nilon, kabe, dan

(Jessika Nadya dan Susi Ivvaty)

yang terpencil, misalnya ketika suatu

lampu. Butuh waktu hanya 45 hari untuk

desa sulit mendapatkan air, kira-kita apa

mengerjakan instalasi, sejak survei

yang bisa saya perbuat sebagai seniman.

lokasi, berkonsultasi dengan ahli air

Lalu terpikir instalasi penangkap embun,”

dan cuaca, hingga eksekusi pembuatan

tutur Rudi di Kampung Pitu.

instalasi. Adalah tepat menyerahkan

Pemakaman tertua di Kampung Pitu Syefri Luwis

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 23


I

24 INDONESIANA VOL. 11, 2021


I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 25


KEMAH BUDAYA

Ketika

Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi

II

26 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 26

M

odernisasi perkotaan terbukti mendorong urbanisasi yang mengakibatkan populasi penduduk di desa berkurang. Di sisi lain,

pembangunan yang tidak merata antara kota dan desa meningkatkan kesenjangan kualitas hidup, sehingga menimbulkan gesekan sosial. Persaingan hidup ketat, pengangguran meningkat, kriminalitas mencuat. Urbanisasi dapat dicegah dengan pengembangan potensi desa yang mewadahi kepentingan-kepentingan lokal. Setiap desa memiliki karakteristik yang berbeda, seperti kondisi geografis dan potensi ekonomi, sehingga dalam penanganannya tidak dapat dipukul-rata. Desa di wilayah pegunungan tentu berbeda dengan desa di rawa-rawa, di tepian sungai atau danau, dan di pesisir. Daya saing dapat ditingkatkan melalui pengembangan potensi berbasis pengetahuan lokal: penciptaan produk baru, penawaran jasa, atau penerapan metode yang lebih efektif dan efisien. Inovasi kebudayaan berarti


pembauran kemajuan sains dan

tema “Inovasi Desa untuk Pemajuan

yang nantinya diekspektasikan akan

teknologi dengan warisan dan potensi

Kebudayaan” ingin mendorong generasi

memunculkan sebuah kesadaran kolektif.

budaya daerah, serta didukung oleh

muda melahirkan inovasi dengan cara

Tindakan yang programatis sangat

masyarakat desa yang berpartisipasi

meningkatkan sinergi antara teknologi

dibutuhkan agar daerah pedesaan dapat

secara menyeluruh. Melalui inovasi

modern dan tradisional seperti

tumbuh secara berkelanjutan. Untuk

kebudayaan, desa dapat memberdayakan

penciptaan kecerdasan baru yang

memecahkan setiap masalah, peserta

identitas budayanya sebagai sumber

berbasis pada STEAM (Science, Technology,

KBKM didorong agar memberdayakan

kesejahteraan.

Engineering, Arts, and Mathematics)

kekuatan kearifan lokal di suatu daerah

dielaborasi dengan kearifan lokal (local

yang mampu mengendalikan serta

wisdom) untuk pemajuan kebudayaan.

memberi arah pada perkembangan budaya.

Kemah Budaya dan Tantangan Kebudayaan

Sebagai platform kerja budaya, KBKM menjadi ruang bertukar pengalaman-

Memperbincangkan kebudayaan selalu

Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM)

pengalaman baik, berkarya bersama,

berkaitan dengan tradisi yang terikat

sebagai program yang dirintis

melakukan tindakan nyata yang realistik,

kuat di dalam struktur sosial. Semua

oleh Kementerian Pendidikan dan

dan kemampuan membangun jejaring.

penduduk pedesaan di Indonesia

Kebudayaan sejak tahun 2019 berupaya

Dengan menumbuhkan semangat

secara primordial tentu sudah memiliki

untuk menjawab tantangan pemajuan

berkolaborasi, kegiatan ini diarahkan

loyalitas etnik terhadap suku bangsanya

kebudayaan di berbagai daerah. KBKM

untuk membangun ekosistem,

masing-maisng, karena sejak kecil

yang pada tahun 2021 mengusung

menciptakan interaksi di antara

mereka tumbuh dan berkembang dalam

peserta, masyarakat, dan stakeholder

kebudayaan suku bangsa itu.

Foto bersama Sesditejnbud dan Direktur PTLK bersama pemenang KBKM 2020 – Dit. PTLK

II

VOL.11, 11,2021 2021INDONESIANA INDONESIANA 27 27 VOL.


Presentasi peserta Kemah Budaya Dit. PTLK

Dengan hasil berupa inovasi berbasis

tindakan yang tepat. Di samping itu

tradisi yang hidup, falsafah hidup,

aplikasi dan inovasi berbasis purwarupa,

inovasi yang tercipta dari para peserta

kebiasaan hidup sehari-hari dan lain-lain.

peserta KBKM akan membangun setiap

diharapkan berasal dari kemampuan

gagasan dan konsepnya menjadi suatu

adaptasi dengan lingkungan untuk

prototype yang dipertajam selama

memecahkan setiap masalah yang ada di

proses kegiatan. Pengembangan ide

lingkup sosialnya.

KBKM diharapkan melahirkan inovasi yang orisinal. Artinya peserta mampu menjelaskan ide dan konsep yang ada

Dengan pola pembelajaran hybrid yang

dalam pemikirannya secara jernih

mengkombinasikan wahana daring dan

dan murni dari pemikiran sendiri atau

luring serta dilengkapi dengan live in

kelompoknya.

di desa yang menjadi lokus penelitian

Ide yang dihasilkan tentunya mencerminkan kemampuan menangkap peluang dan lahir dari sikap kritis dan analitis dalam memahami realitas sosial, mencari prioritas solusi terhadap permasalahan melalui inovasi dan

I

Inovasi Berbasis Kenyataan

28 INDONESIANA VOL. 11, 2021

kelompok, KBKM mendorong peserta untuk menciptakan inovasi berbasis kenyataan dan permasalahan di lapangan. Dimulai dari memahami latar belakang kehidupan masyarakat, mengenali segala aspek kehidupan,

Kemudian peserta melakukan pemetaan masalah dengan analisis tentang kebutuhan masyarakat di desa serta menyelidiki ketidaksesuaian antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, baik melalui wawancara maupun dari pengalaman langsung peserta. Setelah itu kelompok peserta akan membuat skala prioritas, mana yang paling penting dan mana yang paling mendukung untuk segera diatasi. Langkah selanjutnya yang paling konkrit adalah menentukan cara-cara yang paling efektif serta efisien untuk dilakukan.


Pandangan terhadap suatu kemajuan

tanaman pangan, pengembangan

dengan pengembangan infomasi yang

berbasis budaya yang berasal dari

teknologi pasca panen, dan budidaya

mampu mengangkat pariwisata daerah;

pengetahuan dan teknologi tradisional

tanaman perkebunan untuk ketahanan

aneka ragam bahasa lokal dan kesenian

sangat dimungkinkan menyasar ke

pangan.

tradisional, upacara adat sampai

aneka hal, mulai dari ketahanan pangan, suatu penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, pengembangan teknologi dan manajemen transportasi untuk memecahkan masalah aksesibilitas, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, sampai pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya peran teknologi dalam pertumbuhan ekonomi juga akan memobilisasi masyarakat untuk memperkuat kemampuan teknologinya. Sebagai contoh, pengembangan produktivitas peternakan dan perikanan dapat diaplikasikan dengan menggali pengetahuan setempat tentang ramuan tradisional dari tanaman obat. Contoh lain adalah pemanfaatan warisan budaya lokal untuk menungkatkan produktivitas

Bioteknologi yang didasarkan pada budaya leluhur bisa meningkatkan mutu olahan sumber daya alam di bidang pangan, farmasi, obat-obatan, kosmetika, dan bahan industri. Pengetahuan dan

potensi fisik; taman laut, perkampungan tradisional, keajaiban alam, panorama alam (pengunungan atau pantai), museum daerah, hingga lokus-lokus sejarah.

teknologi tradisional di bidang energi

Pada akhirnya, pengembangan teknologi

bisa menggeser dari penggunaan minyak

dapat meluas sampai mengubah

dan batu bara ke gelombang angin, gas

keseluruhan lanskap lingkungan. Inovasi

alam, energi solar, energi air waduk, dan

budaya berbasis aplikasi yang mampu

biomassa.

memantapkan fungsi dan kualitas

Teknologi berbasis aplikasi juga dapat menyasar pengembangan desa siber. Aplikasi untuk pemasaran produk desa dari pasar tradisional berbasis online bisa menjadi salah satu wujud pengembangan industri kecil menengah. Inovasi yang menghidupkan kembali informasi mengenai kuliner tradisional yang saat ini semakin jarang dan langka orang membuatnya, itu mungkin erat dengan identitas lokasi suatu daerah. Begitu juga

kawasan lindung dan kelestarian lingkungan mungkin juga bisa menjadi salah satu jawaban bagaimana bersikap secara arif terhadap alam. Kiranya berbagai upaya pengembangan inovasi tersebut akan menjadi sumbangsih yang nyata dari pemuda yang ada di seluruh wilayah Indonesia terhadap upaya pemajuan kebudayaan Indonesia. (Agus Hermanto, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek)

Membangung Mesin Tandur Syefri Luwis

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 29


MUSIK

Alunan Doa Gondang Toba Sulim - Julius Bramanto - https:// www.shutterstock.com/g/ Julius+Bramanto

II

30 30 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021


J

ika kita bicara tentang musik tradisional tentu akan berkaitan erat dengan filosofi

dan nilai-nilai spiritual yang kaya yang otentik terdapat pada suatu masyarakat. Musik tidak pernah lepas dari ekspresi kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, tidak terkecuali di wilayah kaldera gunung api purba yang kini dikenal dengan Kawasan Danau Toba. Letusan gunung api purba di Toba yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat. Ilmuwan meyakini bahwa letusannya telah menyusutkan populasi manusia secara masif. Tidaklah mengherankan apabila kawasan Danau Toba memiliki sejarah awal mula kehidupan manusia

Gondang yang Magis Denison

yang khas dan sudah mengakar ke dalam kehidupan masyarakatnya bahkan sebelum datangnya agama-agama Abrahamik di bumi nusantara ini. Masyarakat adat setempat meyakini

Gondang Sabangunan terdiri dari

Bagi masyarakat adat Batak Toba,

bahwa Toba merupakan tempat

instrumen yang bernama ogung (gong),

gondang memiliki fungsi yang sakral

awal mula peradaban manusia, hal

hesek (perkusi) , gordang (kendang

karena merupakan sarana penyampaian

ini diperkuat dengan legenda Debata

penentu ritme), odap (kendang dua sisi),

doa dan harapan kepada Sang Khalik.

Mulajadi na Bolon beserta ritual-ritual

taganing (5 buah kendang melodis), dan

Ritual-ritual yang biasa menggunakan

tradisi yang merupakan ekspresi

sarune bolon (alat musik tiup). Sedangkan

musik gondang itu antara lain adalah

pemujaan terhadap Sang Maha Kuasa

Gondang Hasapi terdiri dari instrumen

upacara kematian, pesta perkawinan

tersebut. Doa-doa yang dipanjatkan

yang bernama garantung (gambang

bahkan ritual mendoakan orang sakit

dalam ritual-ritual tersebut biasanya

kayu), sarune etek (sejenis klarinet), odap,

sampai meminta hujan menggunakan

diiringi dengan ensambel musik dan

sulim, dan hesek. Perbedaan utama dua

Gondang Toba.

menjadi ciri khas masyarakat adat Batak

jenis gondang ini selain dapat dilihat dari

Toba.

instrumen yang digunakan, juga dari

Salah satu musik ritual khas Toba adalah Gondang Batak Toba yang telah memiliki sejarah yang panjang. Musik gondang selalu dimainkan terutama oleh komunitas Parmalim yang merupakan penganut kepercayaan lama yang sudah turun temurun. Secara umum, musik Gondang Batak Toba terbagi menjadi dua jenis, yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi.

penggunaannya. Gondang Sabangunan biasanya dimainkan di luar bangunan (rumah), sedangkan Gondang Hasapi biasanya dimainkan di dalam ruangan (rumah). Walaupun antara Gondang Hasapi dan Gondang Sabangunan berbagi reportoir yang sama namun pada praktiknya kedua jenis ensambel musik ini tidak pernah dimainkan dalam upacara ritual yang sama.

Seorang maestro musik tradisi Batak, Marsius Sitohang, menyatakan bahwa penggunaan musik gondang bahkan harus dipersiapkan secara sangat serius. Jika ada warga yang ingin melakukan ritual dengan gondang, para pemain gondang atau pargonsi harus diberikan makanan-makanan yang terbaik oleh suhut (pemilik hajat) sehari sebelumnya, supaya mereka senang dan dapat memainkan musik gondang dengan khidmat. Tidaklah mengherankan apabila

I

VOL. VOL. 11, 11, 2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 31 31


pargonsi ini memiliki strata sosial yang

diatonis pada musik-musik Barat

Ditinjau dari segi ritmis, ketukan irama

terhormat di masyarakat Batak Toba

yang memiliki tujuh tingkat, gondang

dan tempo permainan musik gondang

karena berperan menjadi perantara

hanya memiliki lima tingkat nada

terlihat sangat bervariasi tergantung dari

penyampai doa melalui musik gondang.

diatonis mayor, yaitu do, re, mi, fa, dan

improvisasi dan estetis pemain sarune

sol. Susunan tangga nada ini dapat

dan taganing yang seringkali bermain

ditemukan di alat musik taganing dan

dalam kondisi trance. Hal ini akan sangat

garantung. Keunikan nada ini menjadikan

berbeda apabila dibandingkan dengan

gondang memiliki struktur tangga nada

pakem-pakem irama musik etnik lain

pentatonis yang unik, dan bahkan tidak

seperti gamelan yang mempunyai pola

ditemukan persamaannya dengan musik-

ritmis yang sangat ketat.

Jika diamati dari sudut pandang kajian musik, komposisi musik gondang tergolong unik. Meski notasi yang digunakan dapat ditulis dengan tangga nada pada umumnya, namun struktur tangga nadanya tidak sama. Apabila dibandingkan dengan tangga nada

I

32 32 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021

musik etnik manapun di dunia.


Regenerasi dalam budaya - Denison

Seiring dengan perkembangan zaman,

perlu diapresiasi, misalnya memadukan

memperkenalkannya ke dunia luar.

harus diakui bahwa peran Gondang

permainan gondang dengan drum, kibor,

Dengan cara itu pula generasi muda

Toba di masyarakat telah mengalami

dan gitar elektrik.

yang belum mengenal musik Gondang

pergeseran nilai, ketika terkadang dimainkan di luar wilayah adat dan peribadatan. Banyak anak muda Toba yang mencoba mengeluarkan gondang dari beban kulturalnya, mengolaborasikannya dengan alatalat musik lain. Upaya kreatif yang dilakukan oleh musisi-musisi muda itu

Namun hal itu sebaiknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang mengancam kepunahan esensi dari musik Gondang Toba, yang pada dasarnya merupakan ekspresi ritual. Pandanglah sebagai cara

Toba akan mulai mempelajari dan turut melestarikan budaya leluhur. (Denison Wicaksono: Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbudristek)

generasi muda untuk melestarikan, menghargai warisan leluhur, dan turut

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 33


PERLINDUNGAN

I

34 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Pentingnya

Zonasi

di Percandian Dieng

Percandian Dieng dengan keindahan lanskap alam berbalut kekayaan budaya niscaya telah menjadi magnet bagi para penikmat wisata. Terletak di dataran tinggi, 2000 meter dari permukaan laut (mdpl), Percandian Dieng berada di dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Percandian Dieng dibangun dalam dua tahap, yakni antara tahun 650—730 M yang disebut dengan Langgam Dieng Tua dan 730—800 M atau Langgan Dieng Baru. Candi-candi yang termasuk Langgam Dieng Lama adalah Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, dan Candi Gatotkaca, sedangkan Langgam Dieng Baru meliputi Candi Puntadewa, Candi Sembodro, dan Candi Bima.

I

34 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Selimut Kabut Arjuna - Dit. DPK

D

itinjau dari persebaran candi, terdapat enam gugusan candi (kompleks candi) yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Banjarnegara, yaitu (1) Candi Dwarawati, (2) Candi Setyaki, (3) Kompleks Candi Arjuna, (4) Candi Gatutkaca, (5) Candi Kunti dan (6) Candi Bima. Selain gugusan candi, terdapat sisa-sisa bangunan Dharmasala dan terowongan kuno

Gangsiran Aswatama. Adapun peninggalan situs masa Hindu di wilayah administratif Kabupaten Wonosobo meliputi dua situs, yaitu Situs Tuk Bimo Lukar dan Situs Watukelir. Setelah candi-candi usia dibangun, masyarakat pendukung kebudayaan Dieng yang sebagian besar beragama Hindu seakan menghilang begitu saja. Percandian Dieng diperbincangkan kembali setelah seorang tentara Inggris bernama H.C. Cornelius menuliskan temuan situs purbakala dalam catatan perjalanannya pada tahun 1814. Lantas orang Belanda, J. Kinsbergen dan Van Kinsbergen mengunjungi dataran tinggi Dieng pada tahun 1856 serta mengaktifkan kembali gangsiran aswatama sehingga sirkulasi

air di kompleks Candi Arjuna kembali baik dan candi tidak tergenang. Namun, proses penggalian dan pemanfaatan itu juga cukup kontroversial, karena menurut masyarakat, orang-orang Belanda juga melakukan pengambilan batu lepas candi untuk membangun infrastruktur di sekitar candi. Selain itu, mereka juga menemukan berbagai peninggalan berharga seperti perhiasan dan dibawa ke Belanda.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 35


Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng

Secara umum dasar penentuan zonasi

melibatkan beberapa ahli arkeologi,

telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar

meliputi:

antropologi, planologi, dan pemetaan.

Budaya Peringkat Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan

situs dengan pola menyebar, sehingga

warisan budaya yang bersifat

Penetapan cagar budaya merupakan untuk menjamin kelestariannya.

Percandian Dieng berkarakteristik

dan tingkat kepadatan

dan Kebudayaan nomor 007/M/2017. satu upaya pelindungan oleh Pemerintah

Seperti kita tahu, Kawasan Cagar Budaya

a. Identifikasi sebaran, jenis,

karakteristik tata guna lahan sekitarnya

kebendaan;

juga berbeda-beda. Untuk itu, dirasa

b. Nilai penting bagi sejarah, ilmu

tepat untuk menggunakan sistem zonasi

pengetahuan, pendidikan,

Selain penetapan, upaya pelindungan yang diamanatkan dalam Undang-

c.

Undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah membuat

model sel. Hasil kajian merumuskan tiga

agama, dan kebudayaan; Kondisi lingkungan (fisik, sosial, budaya, administrasi); d.

zona dalam kawasan ini yaitu zona inti seluas 34,63 Ha, zona penyangga seluas 68,43 Ha, dan zona pengembangan

Pemanfaatan dan rencana

seluas 66,01 Ha.

zonasi. Zonasi adalah penentuan

pemanfaatan ruang di dalam

batas-batas keruangan yang bertujuan

maupun di sekitar Situs dan/

1). Zona inti adalah area pelindungan

atau Kawasan Cagar Budaya;

utama untuk menjaga bagian

Potensi pengembangan dan

terpenting cagar budaya. Pada

pemanfaatan zona; dan

zona ini tidak diperbolehkan

Sifat, jenis, dan bentuk

adanya intervensi apa pun kecuali

dalam situs atau kawasan cagar budaya

gangguan serta ancaman yang

untuk kepentingan penelitian atau

yaitu zona inti, zona penyangga, zona

berdampak kerusakan terhadap

upaya pelindungan terhadap cagar

pengembang, dan zona penunjang.

Cagar Budaya

budaya. Penetapan zona inti pada

untuk mengatur, mengendalikan, dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dalam

e.

usaha pelestarian cagar budaya. Terdapat empat zona yang dapat diterapkan

f.

Keempat zona tersebut tidak harus ada semua, disesuaikan dengan kebutuhan pelindungan serta hasil kajian.

Pada tahun 2020 telah dilakukan Kajian Zonasi Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional Percandian Dieng dengan

Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng didasarkan pada kebutuhan pelindungan dan juga kepemilikan

Candi Dwarawati - Dit. DPK Candi Gatotkaca - Dit. DPK

I

36 INDONESIANA VOL. 11, 2021


2).

lahan oleh pemerintah, yakni Balai

baik perumahan maupun

dijabarkan secara detail. Hasil kajian

Pelestarian Cagar Budaya Jawa

kawasan komersil, sehingga perlu

zonasi yang telah dilaksanakan oleh tim

Tengah.

adanya pengendalian perizinan

diharapkan dapat menyempurnakan

Zona penyangga adalah area yang

untuk pembangunan dan

RTRW yang setiap lima tahun dapat

melindungi zona inti. Bentuk dari zona

pemanfaatan di kawasan ini.

dievaluasi serta direvisi jika dianggap

penyangga idealnya mengelilingi zona inti, namun berdasarkan karakteristik eksisting penggunaaan lahan, sarana prasarana, dan topografi di Kawasan Dieng, bentuk itu tidak dapat dicapai: beberapa bagian zona pengembangan tidak dapat dibuat mengelilingi zona inti. Strategi pun dibuat untuk menanggulangi kendala tersebut, yakni menetapkan aturan yang tegas agar tidak menambah potensi ancaman terhadap kelestarian cagar budaya. Konkritnya, bangunan atau sarana yang telah ada diizinkan untuk tetap berdiri, namun bangunan baru dilarang didirikan. 3). Zona pengembangan adalah area

Peraturan mengenai zonasi Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng dapat diterapkan jika dituangkan atau diadopsi dalam peraturan daerah mengenai tata ruang wilayah. Maka itu

perlu. Hal ini menjadi titik terang dalam upaya pelindungan melalui zonasi yang kemudian akan diadopsi dalam peraturan tata ruang daerah tempat beradanya cagar budaya.

perlu adanya sikronisasi antara hasil

Dengan adanya sikronisasi peraturan

dari kajian zonasi dengan Rencana

antara pemerintah pusat dan pemerintah

Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau

daerah, serta kepedulian masyarakat

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

sekitar kawasan cagar budaya, semoga

Berkaitan dengan hal itu sudah

Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng

terjalin komunikasi dengan Dinas Tata

dapat lestari. Terjaganya kelestarian

Ruang Kabupaten Banjarnegara dan

Kawasan Cagar Budaya Percandian Dieng

Wonosobo sewaktu sosialisasi hasil

tentunya akan berdampak pula kepada

kajian zonasi pada tahun 2020.

kelestarian cagar budaya, budaya lokal

Di dalam rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Banjarnegara dan

untuk kegiatan pengembangan

Kabupaten Wonosobo, Kawasan Cagar

potensi cagar budaya bagi

Budaya Percandian Dieng sudah

kepentingan rekreasi, daerah

termasuk dalam kawasan pelindungan

konservasi lingkungan alam, lanskap

budaya. Namun ketentuan mengenai

budaya, kehidupan budaya tradisional,

kegiatan dan peraturan terkait dengan

keagamaan, dan kepariwisataan. Zona

pengembangan, pemanfaatan, dan

ini berupa kawasan padat bangunan

pembangunan di kawasan belum

Petani Kentang Dieng berdoa sebelum bercocok tanam Dit. DPK

Dieng, serta bentang alam Dataran Tinggi Dieng yang selama ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Roda perekonomian masyarakat pun dapat berputar dengan baik, demi kesejahteraan masyarakat. (Albertus Napitupulu, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Kemdikbudristek)

Diskusi Tim Kajian Zonasi Dit. DPK

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 37


GALERI FOTO

I

38 INDONESIANA INDONESIANA VOL. VOL. 11, 11, 2021 2021 38


Pemugaran Tetap Berjalan di

Candi Prambanan

Prambanan terus berbenah Yudhi Wisnu

I

VOL. 11, 11, 2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 39 39 VOL.


S

iang begitu terik di Candi

“Setelah bagian fondasi cocok, lalu

Wisnu, 4. Candi Nandi, 5. Candi Garuda

Loro Jonggrang Prambanan,

dimulai susun coba bagian tubuh candi.

dan Angsa, 6. Candi Apit (2 bangunan), 7.

awal April 2021. Namun, kami

Jika batu lama yang dibutuhkan belum

Candi Kelir (4 bangunan), 8. Candi Sudut

tetap bersemangat menyambangi

didapatkan, bisa diganti dengan batu

(4 bangunan).

kompleks candi yang terletak di Dusun

batu, asalkan polos putih. Petugas akan

Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan

menandai baru baru dengan timbel,”

Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa

lanjut Edi. Karena pandemi Korona,

Yogyakarta itu. Pandemi Korona yang

kegiatan fisik ditiadakan pada 2020, dan

memang mengekang keinginan banyak

dimulai lagi pada 2021. Pagar halaman

orang untuk berwisata, namun sesekali

satu dipugar seusai Lebaran, setelah itu

bolehlah untuk menyegarkan pikiran.

pintu masuk sisi Selatan.

Selama pandemi Covid-19, objek-objek wisata memang sempat ditutup total, namun belakangan mulai dibuka kembali dengan pembatasan-pembatasa, misalnya tidak boleh masuk ke bilik-bilik candi karena berpotensi untuk saling senggol antarpengunjung.

Sesampai di candi yang lahannya berteras-teras dan dikelilingi tebing itu, candi induk di teras paling atas. Kami disambut Polsus Didik Windarto serta

warisan budaya dunia oleh Komite

teknisi Margono dan Sularto yang hari itu

Warisan Dunia UNESCO Nomor C.642

bertugas menjaga Candi Ijo.

tahun 1991 dengan nama Prambanan Temple Compounds. Kompleks Candi

melakukan susun coba, dengan cara

menjadi tiga halaman konsentris

mengelompokkan per bangunan.

(terpusat), dihubungkan dengan gapura

Pekerjaan ini bagian dari pemugaran

yang terletak pada keempat sisinya.

Di kompleks candi yang ditemukan pertama kali oleh H.E. Dorrepaal pada 1886 itu terdapat 17 struktur bangunan yang terletak di 11 teras. Candi induk di teras paling atas berukuran 1843x1843 centimeter dan tinggi 1600 centimeter. Di dalam candi induk terdapat sebuah bilik

Halaman luar Candi Prambanan dikelilingi

berisi Lingga-Yoni yang melambangkan

tempok pagar berukuran 390X390 meter.

Dewa Siwa yang menyatu dengan Dewi

Halaman tengah dikelilingi tembok pagar

Parwati. Di depan candi induk terdapat

berukuran 220X220 meter. Di halaman

tiga candi perwara yang menghadap ke

Jika ada orang bertanya, berapa waktu

kedua terdapat 224 buah candi perwara

timur.

yang dibutuhkan untuk memugar

yang disusun menjadi empat deret yang

candi. Jawabannya, pemugaran

makin ke dalam makin tinggi letaknya.

adalah pekerjaan jangka panjang.

Deret pertama 68 buah, deret kedua 60

Oleh karena itu, program pemugaran

buah, deret ketiga 52 buah, dan deret

harus diagendakan dan dianggarkan

keempat 44 buah.

saban tahun, demi konservasi juga. “Untuk pemugaran candi, harus studi teknis dulu lima bulan. Lalu percobaan dikelompokkan per bangunan. Susun coba itu per lapis. Fondasi, lalu tugu satu, tugu dua, atap satu, atap dua,” papar Edi.

I

Sambirejo, Prambanan, Sleman.

tahun 1733 itu telah ditetapkan menjadi

dengan Candi Loro Jonggrang terbagi

seputaran Loro Jonggrang.

tertinggi di DIY, terletak di Desa

oleh warga Belanda, C.A. Lons, pada

halaman candi kedua. “Kami sedang

Budaya DIY, saat kami menemuinya di

perjalanan menuju Candi Ijo, candi

kami langsung menaiki tangga menuju

Prambanan yang sering disebut juga

dokumentasi Balai Pelestarian Cagar

di Loro Jonggrang, kami melanjutkan

Candi yang ditemukan pertama kali

Sejumlah pekerja tampak sibuk di

candi,” kata Prasetyo Edi, staf bagian

Setelah puas mengitari beberapa candi

40 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Matahari makin lengser ke arah barat, meski teriknya belum sirna. Cukup sudah wisata candi kali ini. Tidak perlu semuanya didekati. Kadang-kadang sesuatu perlu dipandang dari kejauhan,

Di dalam halaman pusat yang dikelilingi

agar kita dapat merasakan keindahan

pagar berukuran 110x110 meter terdapat

dan misteri secara berbeda. (Susi Ivvaty

16 bangunan candi yang tersebar di

dan Jessika Nadya)

delapan petak: 1. Candi Siwa sebagai candi induk, 2. Candi Brahma, 3. Candi


Sore di Candi Ijo - Dhimas Satriaa https://www.shutterstock.com/g/Dhimasadi

Susun coba berlangsung kembali tahun 2021 setelah terhenti di tahun 2020 Yudhi Wisnu

Proses yang terus berlangsung Yudhi Wisnu

Candi Ijo, Candi tertinggi di DIY Susi Ivvaty

Pemugaran tanpa henti Yudhi Wisnu

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 41


BUDAYA DALAM DATA

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata. Pemilik Museum adalah pemerintah, pemerintah daerah, setiap orang atau masyarakat hukum adat yang mendirikan museum.

I

42 INDONESIANA VOL. 11, 2021


SEKILAS MUSEUM

439

Museum di Indonesia

Kementerian Lembaga

TNI

POLRI

Pemerintah Provinsi

57 18 27 2 57

Pemerintah Kabupaten

95

Pemerintah Kota

Setiap orang

36 147

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 43


ADAT ISTIADAT

Horja Siluluton

Upacara Kematian Batak Angkola

K I

Anak laki-laki yang memakai Happu atau mahkota Raja Batak Angkola adalah cucu pertama mendiang yang dibuatkan horja siluluton. Pepatah Batak Angkola berkata, habang halihi tinggal tungko atau telah terbang elang tinggallah tungkai Andian Siregar Siagian

etika ada seseorang yang

di wilayah Tapanuli Bagian Selatan

masyarakat yang mendiami lembah

meninggal dalam masyarakat

itu sudah ada sejak Ompu Palti Raja

gunung Sibualbuali itu masih menganut

adat Batak Angkola maka

Siregar, Raja Angkola – Sipirok. Ritual

keyakinan Ha – sipelebeguon (animisme).

mereka berkata, “habang halihi tinggal

tersebut berlanjutkan ke keturunannya

Masyarakat Batak Angkola yang

tukko” (terbanglah elang tinggal tonggak).

yang kemudian tersebar di Parau Sorat,

kemudian mayoritas beragama

Ritual kematian masyarakat yang tinggal

Baringin, Sipirok Godang. Ketika itu

Islam mengubah upacara adat yang

44 INDONESIANA VOL. 11, 2021


dikenal dengan istilah gaja lumpat tersebut menjadi horja siluluton (pesta kemalangan) yang dilangsungkan ketika seseorang meninggal dunia. Orang Batak Angkola meyakini bahwa pada saat seseorang meninggal maka sudah selesai tugas dunia. Kata siluluton memiliki arti duka cita. Dengan demikian, horja siluluton berarti

Sebelum jenazah dibawa ke pekuburan terlebih dahulu dilaksanakan acara “manariakkon”, yaitu membacakan riwayat dan kebaikan-kebaikan mendiang. Manariakkon “habang halihi tinggal tukko” Andian Siregar Siagian

aktivitas berkaitan dengan kemalangan, seperti kematian, membangun kuburan, memindahkan kuburan. Fokus diskusi dibatasi hanya pada upacara kematian. Secara adat, orang Batak Angkola ketika ada kematian melaksanakan tradisi sebagai berikut; membunyikan tawak-tawak, ogung dan tabuh untuk memberitahukan warga huta atau luat bahwa ada kerabat mereka yang meninggal. Keluarga orang yang meninggal selanjutnya memotong kerbau (nabontar/longa tinuktung). Untuk diperhatikan, pemotongan kerbau baru dapat dilaksanakan apabila yang meninggal itu ketika berumah tangga sudah diadati atau dipestakan secara adat.

Rombongan prajurit mengawal cucu pertama mendiang menuju pemakaman. Sepulang dari pemakaman sang cucu akan langsung ditabalkan dengan nama raja yang sama dengan mendiang oppungnya - Andian Siregar Siagian

Pelaksanaan adat siluluton tidak akan

Ritual ini dimulai dengan musyawarah

kepada cucu laki-laki pertama dari

pernah terlepas dari sistem kekerabatan

keluarga yang disebut tahi ni suhut

anak laki-laki almarhum. Lahanan atau

dalihan natolu. Penyembelihan nabontar

na dialap tahi ni kahanggi ditungkoli

syarat utama dari pelaksanaan ritual

(kerbau) bukan hanya simbol bahwa yang

anak boru dohot di tuai morana. Seusai

ini adalah kerbau yang akan dipotong

meninggal sudah memasuki tujuan hidup

musyawarah pertama, tuan rumah dan

dan disuguhkan kepada Raja dan

tertinggi; hasangapon melainkan juga

kerabatnya wajib mengundang raja-raja

masyarakatnya.

petanda kesedihan. Tulan riccan (daging

dengan perantara sembah sirih dan

paha) kerbau yang disembelih secara

berita sirih yang mengabarkan bahwa

Kendaraan Menuju Alam Atas

khusus untuk menghormati kematian

akan dilangsungkan sidang adat yang

Pelaksanaan ritual adat siluluton

tersebut akan diserahkan secara adat

dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung.

dilakukan sesakral mungkin. Dalam ritual

oleh kahanggi (kerabat seketurunan)

Pada persidangan adat, Raja Panusunan

horja siluluton dalam masyarakat Batak

dan anak boru (pengambil istri) yang

Bulung akan mempertanyakan maksud

Angkola adalah keberadaan hombung

meninggal kepada mora (pemberi istri).

dan tujuan keluarga mengundang

dan roto. Penghormatan yang diberikan

Penyerahan tulan riccan tersebut adalah

raja dan menanyakan kenapa ada

kepada seseorang yang meninggal dalam

pengganti kata bahwa anak borunya

hombung dan roto di sekitar rumah

suasana keadatan sayur matua bulung

(pengambil istri dari pihaknya) sudah

yang kemalangan tersebut. Raja juga

adalah pada saat menuju pemakaman

meninggal dan anak perempuan atau

bertanya mengenai gelar adat orang yang

jenazah diletakkan di atas roto (roppan)

saudara perempuannya sudah menjanda.

meninggal agar nanti dapat ditabalkan

yaitu semacam meja yang bertiang empat setinggi 0, 50 cm.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 45


Kerabat mendiang memberangkatkan jenazah di dalam hombung (keranda) yang dilengkapi roto (penutupnya secara lengkap). Masing-masing roto mengikuti hombung yang sesuai dengan tingkatan dan derajat jenazah. - Andian Siregar Siagian

kalangan biasa yang diakhir hidupnya

horja siluluton ini mempersyaratkan

Hombung adalah peti penutup jenazah

mempunyai keturunan yang mampu

perlengkapan upacara sepanjang adat

yang dibuat dari kayu yang diberi ukiran

menyembelih seekor kerbau untuk pesta

atau surat tumbaga holing upacara

angkola dihiasi dengan ulos angkola

kemalangan orang tua mereka. Roto

tersebut, yaitu; kerbau, payung

dan dililiti kain merah putih dan hitam.

payung diberikan kepada orang yang

rarangan (payung adat berwarna kuning

Sedangkan roto adalah keranda jenazah

berasal dari keturunan raja-raja huta atau

yang dikembangkan tepat di depan

yang terbuat dari bambu. Hombung

raja-raja luat yang memimpin kampung

rumah duka dan pada saat jenazah

bukan hanya penutup semata tetapi

atau wilayah kecamatan di tempat

diberangkatkan ke pemakaman paying

menjadi penanda khas. Hombung dan

mereka tinggal.

tersebut digunakan oleh cucu raja orang

roto ini mempunyai 3 macam tingkatan:

yang meninggal tersebut. Roto pada tingkatan tertinggi adalah roto

I

1. Roto gobak satu paket dengan hombung

gaja lumpat yang diberikan kepada orang

Selanjutnya, pedang dan tombak untuk

manusun/hombung manolon,

yang meninggal berasal dari keluarga

menjaga raja, tuku atau happu yang

2. Roto payung satu paket dengan

yang telah memotong tujuh kerbau

dikenakan cucu raja, haronduk (tempat

hombung rapotan,

sepanjang tujuh keturunan berturut-turut

sirih) yang dilapisi kain berwarna kuning

3. Roto gaja lumpat satu paket dengan

dari nenek moyangnya, sudah lanjut

untuk tempat daun sirih, bendera

hombung rapotan

usia, semua anaknya sudah selesai adat

merah putih yang didirikan tepat

(menikah), sering mengikuti upacara

didepan halaman rumah duka yang

Penggunaan roto tersebut disesuaikan

adat baik besar maupun kecil di dalam

melambangkan kewarganegaraan

dengan status terakhir orang yang

kampung atau diluar kampung, pendopo

Indonesia, bendera adat yang tiangnya

meninggal. Roto gobak atau keranda

pemakaman sudah dipersiapkan.

dari bambu yang tidak dipotong

selimut diberikan kepada orang dari

Sebagaimana ritual lainnya, ritual

ujungnya agar lekukan bambu tersebut

46 INDONESIANA VOL. 11, 2021


bisa menghadap rumah duka yang

maju ke depan dan ke belakang tujuh

melambangkan duka cita, ulos sadum

kali. Itu adalah perlambang agar segala

Upacara adat dilanjutkan kembali setelah

Angkola atau abit godang, doal (gong

perselisihan dan perbuatan menyakitkan

rombongan pengantar jenazah kembali

kecil), uang receh, dan beras kuning.

hati yang belum diselesaikan semasa

dari pekuburan, yakni penabalan gelar

Sebelum jenazah diberangkatkan ke

hidup, dapat disudahi.

turunan dari orang yang meninggal

pemakaman masih ada acara yang

kepada cucu laki-laki tertuanya. Upacara

disebut manariakkon (pidato) dari

Bersamaan dengan prosesi maju

ini dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung

pihak keluarga. Pada kesempatan itu

dan mundur tujuh kali tersebut, anak

dan didampingi oleh Raja Pangondian

dilaksanakan juga pembacaan jujur ngolu

boru atau pihak pengambil istri dari

dan raja-raja lain. Penabalan gelar

(daftar riwayat hidup) jenazah oleh unsur

jenazah akan menebar uang receh yang

merupakan pertanda berakhirnya

dalihan natolu, pemerintah setempat,

sudah dicampur dengan beras kuning

upacara adat tersebut dan gelar pun

pemuka agama, raja-raja, dan ditutup

sebagai perlambang dari penggantian

dinyatakan sah sepanjang adat.

dengan pidato Raja Panusunan Bulung.

utang-piutang almarhum yang belum

Ritual ini memang merupakan

Raja Panusunan Bulung (raja wilayah adat

selesai semasa hidupnya. Pidato Raja

perwujudan dari nilai budaya level

tempatan) dalam pidatonya menjelaskan

Panusunan Bulung ditutup dengan

tertinggi yaitu hasangapon atau

satu-persatu makna perlengkapan

meneriakkan kata horas sebanyak tiga

kebertuahan. Horja siluluton dilaksanakan

sepanjang adat yang dihadirkan dalam

kali disertai pemukulan doal (gong kecil)

untuk merayakan daur hidup terakhir

ritual ini dan mengumumkan pemberian

sebanyak-banyaknya dalam hitungan

Orang Batak Angkola, yaitu kematian.

gelar turunan kepada cucu almarhum.

ganjil. Selanjutnya, jenazah diserahkan

(Andian Siregar Siagian, Pemuda

Selanjutnya, Raja Panusunan Bulung

kepada pihak pemuka agama untuk

pemerhati Adat dan Kebudayaan

memerintahkan pengangkat jenazah agar

dimakamkan.

Batak Angkola)

Masyarakat setempat ikut mempersiapkan hombung atau keranda yang akan membawa jenazah mendiang ke kuburannya - Andian Siregar Siagian

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 47


TRADISI LISAN

Pemandangan Talaud - shutterstock_1839399103 – Obet Semuel - https:// www.shutterstock.com/g/Obet+Semuel

I I

48 INDONESIANA VOL. 11, 2021 48 INDONESIANA VOL. 11, 2021


w a a k k a S Berkebun dan Bersyukur di Talaud

I I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 49 VOL. 11, 2021 INDONESIANA 49


asyarakat Talaud adalah suatu

M

kelompok masyarakat yang secara historis kultural mendiami

gugusan kepulauan di bibir pasifik yang dikenal dengan pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Talaud, sebagai pulau terluar di atas Sulawesi Utara yang merupakan beranda NKRI, berbatasan langsung dengan negara tetangga Filipina. Mereka telah hadir kira-kira 4.000 tahun sebelum Masehi. Nama Talaud dalam bahasa daerah disebut “taloda” yang berasal dari dua kata, yaitu kata “talo” adalah nama orang yang berasal dari Talaud, dan kata “oda” adalah nama isterinya yang berasal dari pulau Mindanao, Filipina. Keduanya digabungkan menjadi “taloda” dan menjadi nama anak keturunan mereka berdua. Berkembang juga cerita bahwa nama “Talaud” berasal dari akar kata “melaude” yang berarti jauh ke laut, mendapat awalan “ta” yang berarti tidak, sehingga Talaud berarti tidak jauh dari Laut. Talaud bisa juga berasal dari akar kata “tau” ditambah dengan “led (laude)”, tau artinya orang, led (laude) artinya lautan, sehingga talaude berarti orang lautan atau samuderawan. Talaud sering juga disebut dengan Porodisa. Kata “porodisa” berasal dari bahasa Portugis “paradise” yang berarti surga, konon ketika Portugis datang ke Talaud mereka mellihat keindahan Talaud yang sangat mempesona, tetapi

I

Talaud untuk maju menyerang bangsa portugis yang ingin menjajah Talaud.

Sawakka adalah tradisi lisan masyarakat Talaud yang diceritakan secara turuntemurun oleh pemimpin adat yang

karena masyarakat setempat tidak dapat

Adat Cocok Tanam

disebut Ratumbanua atau inangu Wanua

melafalkan dengan baik maka mereka

Kepatuhan warga masyarakat Talaud

atau Timaddu Ruanganna. Tradisi lisan

menyebutnya dengan porodisa. Tetapi

kepada adat dan pemuka-pemuka

dituturkan dalam upacara adat sebagai

ada pula yang mengartikan bahwa

adat atau tokoh masyarakat lainnya

puncak dari rangkaian kegiatan pekerjaan

porodisa itu berasal dari bahasa Talaud

masih sangat kuat. Mereka menyakini

bercocok tanam setelah upacara adat

sendiri yakni dari kata porrossa, dissa.

bahwa sebuah pelanggaran adat

malintukku halele, malintukku wualanna,

Kata “porrossa” berati potong, pancung,

akan menimbulkan akibat yang

manimbullah sasuanna, dan mallano

sementara kata “dissa” berarti serang

akan ditanggung mereka dan bisa

sasuanna. Sawakka merupakan ungkapan

sehingga porodisa sebuah kata yang

mendatangkan malapetaka berupa sakit,

syukur yang dilakukan oleh mereka

diucapkan dengan lantang dan nyaring

kematian, bencana alam, atau kegagalan

yang telah bekerja keras, mengalami

untuk memberi semangat kepada orang

dalam penghasilan perekonomian.

pertolongan Tuhan selama bekerja,

50 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Hutan Mangrove di Talaud - shutterstock_1949604586 – Tevi Images - https://www.shutterstock.com/g/ Tevi+Images

Upacara Adat Malintukku Wualan Upacara adat malintukku wualan atau menurunkan benih/bibit, merupakan kegiatan lanjutan setelah masyarakat selesai membuka dan mempersiapkan lahan untuk ditanami. Tahapan berikutnya masyarakat akan menanami lahan dimaksud dengan benih/bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Upacara adat ini mengandung makna permohonan kepada Yang Maha Esa agar benih/ bibit yang akan ditanam dapat bertumbuh dengan baik dan pada akhirnya menghasilkan panen yang berlimpah dan memberikan kemakmuran.

Upacara Adat Manimbullah Sasuanna Upacara adat manimbullah sasuanna atau mengasapi/ menyehatkan tanaman, yang merupakan upacara adat yang dilakukan dalam proses pemeliharaan tanaman agar tanaman boleh tumbuh dengan subur dan memberikan hasil yang menerima hasil dari kerja keras yang

biasa dilakukan ketika masyarakat

berlimpah. Upacara ini biasanya

dilakukan dan pada akhirnya menyadari

akan memulai membuka

dilakukan beberapa waktu

bahwa semua itu merupakan berkat

dan menyiapkan lahan untuk

setelah tanaman sudah mulai

Tuhan.

ditanami, bisa dilakukan secara

tumbuh, dimana masyarakat

sendiri namun biasanya banyak

akan membakar sesuatu disekitar

dilakukan secara berkelompok

tanaman dengan maksud

(ma’ariu). Parang menjadi simbol

dan keyakinan bahwa asap

dari aktivitas membuka lahan,

memberikan dampak kesuburan

sehingga perlu diupacarakan dan

bagi tanaman yang telah ditanam

didoakan agar diberkati Tuhan

dan mulai tumbuh.

Keseluruhan rangkaian ritual cocok tanam ini terbagi dalam tahap-tahap yang masing-masing ditandai oleh upacara adat.

Upacara Adat Malintukku Halele. Upacara adat malintukku halele

dan terhindar dari kecelakaan selama bekerja.

atau menurunkan parang merupakan upacara adat yang

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 51


Merayakan Sawakka – Clartje Awulle

Upacara Adat “Mallano Sasuanna”

Bersyukur Lewat “Sawakka”

Upacara adat malanno sasuanna

itu berakhir, dimulailah sawakka atau

atau memohon doa agar

upacara syukur selesai panen sebagai

tanaman terhindar dari penyakit,

suatu ucapan syukur kepada Tuhan

merupakan upacara adat

Penguasa atas perolehan hasil panen.

yang dilakukan selama proses

Dalam ritual ini Ratumbanua selaku

pemeliharaan dan menunggu

pemimpin adat menyampaikan doa

panen tiba. Penyakit bisa saja

syukur sebagai sebuah ungkapan terima

menyerang tanaman yang telah

kasih yang dalam karena Tuhan telah

mulai tumbuh sehingga melalui

menjawab doa mulai dari pembukaan

upacara adat ini masyarakat

lahan, penanaman bibit, pemeliharaan

memohon perlindungan Tuhan

dan panen serta Tuhan telah melindungi

agar tanaman yang telah mereka

masyarakat petani selama bekerja

tanam mendapat perlindungan

melalui kesehatan, kekuatan dan

Dalam upacara adat ini diletakkanlah

dan menghasilkan panen yang

kemampuan. Biasanya pemimpin agama

sebuah ba’aa, yaitu ketupat besar yang

berlimpah.

dalam hal ini pendeta, pastor atau

dianyam berbentuk burung “asiare”

penatua juga diberikan kesempatan juga

(elang), sebagai lambang kemakmuran

untuk memanjatkan doa syukur kepada

yang telah diterima melalui hasil panen.

Tuhan.

Ratumbanua selaku pemimpin adat

Setelah seluruh ritual cocok tanam

Upacara adat sawakka diikuti oleh seluruh masyarakat sebagai ungkapan syukur seluruh masyarakat kepada Tuhan karena telah menganugerahkan berkat secara berkelimpahan sehingga suasana yang tampak adalah suasana penuh sukacita, persaudaraan, dan perdamaian. Hal ini ditunjukkan dengan seluruh masyarakat membawa makanan dari rumah masing-masing (saruwenten) dan berkumpul menjadi satu di dalam losoh (tenda besar) yang didirikan secara bersama di tanah lapang dan siap mengikuti upacara adat.

akan melakukan ritual pemotongan

I

52 INDONESIANA VOL. 11, 2021


ba’aa dan dilanjutkan dengan menikmati makanan yang telah dibawah dari rumah masing-masing untuk disantap bersama. Melengkapi sukacita, dalam upacara adat tersebut biasanya ditampilkan rangkaian tari-tarian yang berkisah tentang saat membuka ladang, menanam padi, memelihara dan memetik hasil sebagai ungkapan syukur. Lagu-lagu daerah Talaud sebagai sebuah identitas budaya juga dinyanyikan melengkapi sukacita dalam upacara syukur. Beberapa lagu daerah Talaud yang populer adalah lagu-lagu pujian terhadap daerah, antara lain Lembungu Rintulu, Porodisa I’lellare’, Su’ Bowon’ Manu Darua, Tuta Mandassa, Eh Apa Lodda Sia, Passaran’nu Indonesia, Oh Taloda Inariadi, dan Tahaloang Tomdolana. Lagu-lagu tersebut menggambarkan pujian dan pujaan terhadap tanah kelahiran dan

Masyarakat Talaud merayakan Natal dan Sawakka bersama-sama – Clartje Awulle

rasa cinta orang Talaud terhadap tanah Talaud. Lagu-lagu ini mengisahkan bahwa ketika mereka pergi, tanah Talaud selalu akan diingat dan tidak terlupakan. Hal ini memberikan satu gambaran bahwa pengaruh eksternal tidak menggoyahkan identitas Talaud, tetapi justru mendorong pelestarian budaya setempat. Ini adalah perwujudan ketahanan budaya yang harus dipupuk dan dilestarikan dalam rangka menggulirkan pemajuan budaya Indonesia (Clartje S.E.Awulle, Donna Sampaleng, Mayske Rinny Liando: Dosen asal Sulut)

Perayaan Sawakka di Talaud – Clartje Awulle

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 53


WASTRA

Gringsing

Menenun Keseimbangan

I

54 INDONESIANA VOL. 11, 2021


J

ika mendengar kata Bali, yang terlintas di benak adalah panorama alam yang indah dan tradisi yang masih sangat kental. Masyarakat Bali memang masih mengikat diri pada tradisinya, termasuk pada tradisi wastra. Tidak

mengherankan jika di beberapa tempat ditemukan kain tenun dengan motif khas yang terinspirasi dari alam. Proses pembuatan tenun ini terikat pada tradisi. Kain Gringsing dari Tenganan Pegringsingan adalah salah satunya.

Bagi masyarakat Tenganan

sakit atau terhindar dari sakit. Oleh sebab

Pegringsingan, menenun bukan

itu, gringsing juga dipercaya memiliki

sekadar menghasilkan selembar kain

kekuatan magis sebagai penolak bala.

untuk penutup tubuh atau kebutuhan

Keyakinan ini tidak hanya dipercayai oleh

fesyen. Kain Gringsing memiliki fungsi

masyarakat Tenganan Pegringsingan,

khusus dalam tradisi keagamaan di

namun juga daerah-daerah lain di

masyarakat Pegringsingan. Tenun ini

Bali. Oleh karena itu, Masyarakat Bali

hadir di sebagian besar rangkaian

mensyaratkan hadirnya kain gringsing

upacara keagamaan. Dalam beberapa

sebagai penolak mara bahaya.

kesempatan, kain Gringsing bahkan menjadi syarat utama dalam upacara.

upacara tolak bala dan permohonan

tenun itu yang mengandung makna

keselamatan untuk anak tengah sebuah

keseimbangan tetapi juga warna pada

keluarga yang diapit oleh anak pertama

tenun itu sendiri. Warna hitam, merah,

dan anak ketiga yang meninggal. Konon,

dan putih atau kekuningan pada kain

Tenun Gringsing tercipta ketika Dewa

Gringsing, melambangkan unsur air,

Indra sedang mengagumi kecantikan

api, dan udara. Ketiga warna itu harus

langit di malam hari. Dewa Indra,

seimbang agar alam dan tubuh terhindar

kemudian, menunjukkan kecantikan

dari sakit.

bintang-bintang di langit itu kepada Wong

Pegringsingan adalah keturunan Wong Paneges yang berasal dari wilayah

lahirnya berbagai macam motif tenun Gringsing. Versi lain meyakini bahwa ketrampilan

Paneges mewasiatkan pentingnya

menenun Gringsing didapat dari Dadong

menjaga keseimbangan kepada

Bungkuk, penenun Gringsing di Bulan.

keturunannya. Hal ini dimaksudkan agar

Kepiawaian Dadong Bungkuk inilah yang

kehidupan bisa terus berlanjut. Prinsip

ditiru masyarakat Grinsing sehingga

keseimbangan tersebut disimbolkan

lahirlah tradisi menenun yang sarat

dengan tapak dara (tanda tambah)

makna itu.

sebagai symbol dalam kehidupan

gunaan Tenun Gringsing di

masyarakat. Symbol ini diinsersi

Tenganan Pegringsingan

dalam motif lubeng, motif dasar tenun

ing Saat menari Abwang

Paneges. Itulah yang menjadi inspirasi

Kerajaan Bedahulu. Konon, Wong

Keterangan: contoh peng-

Mengenakan Tenun Grings-

sanan empeg, yang digunakan dalam

Sebenarnya, tak hanya motif dalam

Menurut hikayat, masyarakat Tenganan

Foto : Muda-Mudi Tenganan

Sebagai contoh, kain Gringsing motif

Gringsing. Nama Gringsing sendiri berasal dari kata

Lemah -Ni Wayan Widayanti

gering yang artinya sakit dan sing yang

Arioka

berarti tidak. Jadi, gringsing artinya tidak

Menenun untuk Keberlanjutan Tradisi Bagi masyarakat Tenganan Pagringsingan, menenun adalah proses olah rasa dan laku spiritual yang ketat. Gringsing merupakan tenun ikat ganda,

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 55


Keterangan : Keseharian Pekak Raji memproses kapas menjadi benang Foto : Pekak Raji Ni Wayan Widayanti Arioka

yakni benang dihi yang vertikal (bagian

waktu ini adalah representasi dari

memastikan bahwa semua benang

lebar kain) maupun benang pakan

pengendalian diri dan kesabaran sebagai

terpisah sebelum proses penenunan

yang horizontal (bagian panjang kain).

laku spiritual.

dimulai. Proses ini dilakukan seperti

Tenun ikat ganda ini memiliki motif yang dihasilkan melalui proses peng-ikat-an dan pewarnaan yang khas. Sebagai infomasi, Ikat ganda merupakan simbol rwabhineda yang berarti bahwa segala sesuatu selalu berpasangan dan saling menyempurnakan.

atau memisahkan serat kapas dari bijinya, nyetet atau memekarkan dan membersihkan kapas, ngulung atau menggulung kapas pada sebuah tangkai bambu, hingga ngantih atau memintal benang menggunakan jantra atau roda

menyisir rambut. Benang dianggap layaknya rambut yang perlu disisir dengan hati-hati agar tidak putus. Gerakan nyikat sama seperti menyisir rambut, dari atas ke bawah, dan diulangi berkali-kali sampai benang kering dan tidak ada yang menempel satu sama lain.

Tenun Gringsing merupakan hasil

kayu silinder yang diputar tangan. Proses

Hal ini memperlihatkan bahwa tradisi

dari proses Panjang. Berawal dari

memintal benang adalah proses yang

menenun di Tenganan Pegringsingan

dari memintal kapas menjadi benang,

penuh kesabaran dan ketelitian. Sering

terikat pada berbagai aturan yang harus

mempersiapkan benang menjadi dihi

kali, kapas yang dipintal putus di tengah

ditaati. Aturan lain adalah proses ngames,

dan pakan, mengikat benang untuk

jalan dan perlu disambung kembali agar

yakni proses mewarnai kain menjadi biru.

membentuk motif, mewarnai benang,

berkesinambungan.

Proses ini tidak boleh dilakukan di dalam

hingga mengawinkan benang dihi dan pakan untuk menjadi selembar kain. Setidaknya, ada delapan belas langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan selembar kain Gringsing. Rangkaian proses panjang dan memakan

I

Proses menenun itu adalah Mebed

56 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Bagaimanapun, kain Gringsing adalah kain yang sakral bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Gringsing

wilayah Tenganan Pegringsingan. Proses ngames dilakukan oleh masyarakat di Desa Bugbug, Karangasem.

diperlakukan dengan sangat hati-hati,

Selanjutnya, proses merendam benang

bahkan sejak dari masih berupa benang.

untuk pewarnaan, baik perendaman

Pada proses nyikat adalah proses untuk

pertama maupun perendaman


berikutnya, tidak boleh dilakukan saat

benang) di rumah salah satu keluarga di

Pada akhirnya, Gringsing bukan hanya

kajeng (hari ketiga pada tri wara, siklus

luar desa Tenganan Pegringsingan. Ritual

sekedar lembaran kain dengan motif-

waktu tiga harian pada penanggalan Bali).

ini mengandung pesan bahwa kelak

motif yang menarik dan unik secara

sesudah menikah ia harus siap menjadi

etnik namun merupakan proses

ibu yang menenun sendiri pakaian anak-

penuh kesabaran demi mencapai

anaknya.

keseimbangan hidup. Keterikatan pada

Melekat pada Tradisi Religi Salah satu yang unik pada masyarakat Tenganan Pegringsingan adalah bahwa pernikahan yang diharapkan adalah pernikahan yang terjadi di antara warga mereka sendiri. Tetu saja, kain khas Tenganan Pegringsingan merupakan kain yang digunakan sebagai busana utama pernikahan adat. Namun, tidak sekadar mengenakan kain Gringsing, prosesi

Masih terkait upacara perkawinan, dalam mebanten kaja, sepasang suami istri yang baru menikah selama setahun terakhir wajib hadir untuk memperkenalkan diri sebagai suami istri kepada Ida Bhatara Sanghyang. Mereka wajib mempersiapkan banten tambahan

tenun Gringsing adalah keterikatan pada ritual keagamaan dan keterikatan pada kelanjutan tradisi. Upaya revitalisasi diharapkan mampu membuat kain Gringsing tetap lestari di tengah gempuran produksi kain massal dan penggunaan pewarna sintetis.

berupa sepasang kain Gringsing merah

Pekak Raji, satu-satunya pemintal

dan hitam. Gringsing yang dibawa oleh

benang Tenganan Pegringsingan, baru

pasangan ini adalah Gringsing suci yang

saja wafat pada akhir tahun 2020 lalu.

lembarannya masih berkesinambungan

Kepergiannya tentu berpengaruh pada

(belum digunting bagian ujungnya)

keberlangsungan tradisi memintal

dan belum pernah dikenakan sebagai

benang di Tenganan Pagringsingan.

pakaian. Saat ini, kain Gringsing juga

Namun, masyarakat Tenganan

digunakan pada upacara kematian, yakni

Pegringsingan percaya pasti akan ada

Pengantin perempuan di Tenganan

untuk menutup jenazah. Namun hal ini

yang meneruskan ketrampilan memintal

Pegringsingan wajib ngantih (memintal

bukan merupakan keharusan.

benang ini. Ni Wayan Widayanti Arioka,

perkawinan antarwarga di Tenganan Pegringsingan juga melibatkan tradisi tenun yang mereka pelihara. Mahar terbaik bukan berupa uang atau benda mahal lainnya melainkan benang grinsing yang menyimbolkan sambungan tali persaudaraan antara kedua keluarga.

yayasan Wisnu

Keterangan : proses menenun di Tenganan Pegringsingan

Foto : Proses Menenun Ni Wayan Widayanti Arioka

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 57


JALUR REMPAH Gorontalo, sebelum 1880, Woodbury & Page (Batavia), KITLV 26755

Jejaring Perdagangan Rempah di Teluk

Tomini

T

eluk Tomini tidak begitu populer

di dunia dan tergabung dalam jaringan

sekitar 1.179 km2. Dengan wilayah yang

di telinga kaum milenial, bahkan

perdagangan rempah.

cukup luas, Teluk Tomini menyimpan

masyarakat Indonesia pada

umumnya. Masyarakat lebih mengenal Manado, Gorontalo, Makassar, Sulawesi, dan wilayah-wilayah yang orientasinya daratan. Tidak terkenalnya Teluk Tomini bukan karena posisinya yang cukup jauh dari pusat, namun karena narasi sejarah Teluk Tomini yang kurang dilirik oleh sejarawan. Padahal, Teluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar

I

58 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Teluk Tomini merupakan kawasan laut yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.

kompleksitas sejarah yang cukup banyak terutama mengenai pelayaran dan perdagangan.

Kawasan ini berperan sebagai ruang

lintasan perdagangan komoditas yang

Teluk Tomini memiliki karakter berbeda

berada di tiga wilayah tersebut. Teluk

dengan pelayaran dan perdagangan

Tomini memiliki 56 gugusan pulau

Nusantara. Perbedaan karakter itu

yang tersebar di kawasan yang luasnya

disebabkan oleh faktor geografis dan

sekitar 59.500 km , panjang garis pantai

beragamnya komoditas, di antaranya

2

Pelayaran dan perdagangan di


tempurung penyu, damar, rotan, garam, emas, dan berbagai hasil darat termasuk rempah. Faktor geografis dan kekayaan komoditas inilah yang mengundang banyak pedagang dari berbagai tempat bahkan pedagang Cina kerap berkunjung ke Teluk Tomini. Ramainya aktivitas di Teluk Tomini membuat wilayah ini menjadi satu destinasi penting dalam jaringan

Engels telegraafkabelschip Faraday in de Golf van Tomini (Kapal Kabel Telegraf Inggris, Faraday, di Teluk Tomini, 1913, Oud albumnr 3/113. Album afkomstig van C.H. de Goeje, destijds inspecteur van scheepvaart te Batavia. KITLV 94557

pelayaran dan perdagangan Nusantara. Jaringan itu dikenal sebagai jaringan perdagangan rempah dan Teluk Tomini berada pada jaringan perdagangan rempah itu sendiri. Teluk ini terikat dalam jaringan yang terangkai dari Malaka ke Maluku. Keterikatan Teluk Tomini dengan jaringan pelayaran Nusantara menjadi sangat memungkinkan karena kawasan Teluk Tomini tidak hanya menjadi wilayah penghasil komoditi perdagangan tetapi juga penyokong alur komoditas pada jaringan perdagangan rempah. Sokongan yang diberikan oleh Teluk Tomini yakni komoditi tambahan selain rempah, yang juga cukup diminati oleh para pedagang. Misalnya saja emas dan barang tambang

Nelayan di Pantai Teluk Tomini (Vissers in de Baai van Tomini), Circa 1920, KITLV 34579

berupa logam. Komoditas itu dibawa ke Maluku dan digunakan untuk pembuatan senjata dan alat-alat yang mendukung perdagangan rempah. Tempurung penyu menjadi komoditi langka yang sangat diminati oleh bangsa Cina karena dapat dibuat berbagai macam barang dagangan. Rempah dan Teluk Tomini Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara (2011) menyebut, rempah pada dasarnya adalah komoditi yang sangat diminati oleh para pedagang, terutama bangsa Eropa dan Cina. Berdasarkan catatan Ghau JuKapal Uap Tomini di Teluk Tomini (Stoomschip Tomini in de bocht van de Golf van Tomini), circa 1900, KITLV 4574

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 59


Teluk Gorontalo (Baai van Gorontalo), circa 1927, KITLV 171162

Kua, lada telah menjadi komoditi yang

dan pada 25 Februari 1605, dan Portugis

berasal dari Jawa pada abad ke-12. Selain

takluk. Jaringan perdagangan rempah

itu, Kerajaan Chola yang melakukan

akhirnya dikuasai oleh Belanda, dalam

ekspansi perluasan wilayah ke Jawa

hal ini VOC, dan rempah menjadi

dan Bali bertujuan untuk menguasai

komoditas yang dimonopoli oleh Belanda

pusat perdagangan rempah pada abad

berikut jaringan perdagangannya.

ke-10 dan ke-11, seperti ditulis Djoko Marihandono dan B Kanumoyoso, dalam Rempah, Jalur rempah, dan Dinamika Masyarakat Nusantara (2016). Bangsa Eropa akhirnya tiba di Nusantara pada abad ke-16, lalu Portugis menaklukkan

Selain itu, pedagang dari Cina juga dapat memperoleh tempurung penyu dari Teluk Tomini. Kondisi ini membuat posisi Gorontalo menjadi penting sebagai pintu masuk perdagangan di Teluk

Teluk Tomini yang terikat dengan jaringan

Tomini. Namun rempah masih menjadi

perdagangan rempah juga memperoleh

primadona utama dalam perdagangan

dampak dari usaha dominasi Belanda,

Internasional yang diperoleh dari Maluku.

karena Teluk Tomini berpotensi besar menjadi satu kawasan pelayaran dan

Jaringan Perdagangan Tertutup

perdagangan dengan produksi komoditas

Di Maluku juga diperdagangkan besi

beragam yang cukup laku di pasar

dalam jumlah yang besar, yang berasal

internasional. Itu nilai lebihnya. Satu

dari Banggai. Selain besi, ada pula

komoditas yang cukup digemari pada

senjata besi seperti parang, pedang,

masa abad ke-19 yakni teripang. Teluk

dan pisau. Emas didatangkan dari

Tomini menjadi penyuplai komoditas

pulau lain, seperti ditulis Anggita

perdagangan dalam jalur internasional

Pramesti, Adrian Perkasa, dan A

Penaklukkan atas Maluku menjadi

the Sulu Zone, jalur yang dikenal dengan

Cortesao dalam Suma Oriental Karya

sangat penting karena menjadi pusat

komoditas utama teripang yang sangat

Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah

perdagangan rempah Nusantara saat

digemari oleh orang-orang Cina sejak

ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues

itu. Terlebih lagi, Portugis juga telah

tahun 1500an karena dapat digunakan

(2005). Tome Pires mengungkap dalam

menguasai Malaka. Praktis kondisi itu

juga sebagai bahan obat-obatan. Hal itu

catatan perjalanannya bahwa emas

membuat Portugis menguasai jaringan

dicatat H Sutherland dalam Trepang and

didapat dari pulau-pulau lain. Satu

perdagangan rempah. Akan tetapi,

Wangkang : the China Trade of Eighteenth-

pulau yang ia maksud adalah Teluk

dominasi Portugis mulai menurun ketika

Century Makassar c. 1720s-1840s. Authority

Tomini. Karena, di abad ke-8 wilayah

Belanda berhasil mencapai Nusantara

and Enterprise among the Peoples of South

Malaka pada Juli 1511, disusul pada November 1511 Antonio d’Abreau melakukan ekspedisi menuju Maluku (L.Y. Andaya, The World of Maluku : Eastern Indonesia in the Early Modern Period, 1993).

I

Sulawesi (2000).

60 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Kasimbar, Toriboelie dan Ampibaboe.

Kondisi itu menjadi poin penting yang

Tujuannya adalah untuk menguasai jalur-

mendukung terbentuknya jaringan

jalur pelayaran dan distribusi komoditas

pelayaran dan perdagangan, bahwa

karena wilayah tersebut merupakan

konektivitas yang terjadi antarwilayah

penghasil komoditas hutan dan emas, di

didukung oleh komoditas yang

bawah pemerintahan Moutong (Besluit

didistribusikan dari satu titik ke titik yang

No 14, Buitenzorg 27 Agustus 1897,

lain. Titik yang dimaksud yakni Gorontalo,

ANRI). Empat wilayah tersebut tepat

Moutong, dan Parigi. Terhubungnya

berada di pantai timur Teluk Tomini.

kawasan Teluk Tomini sebagai jaringan

Dengan kondisi yang demikian, posisi

pelayaran dan perdagangan tertutup

Pelabuhan Tomini menjadi pelabuhan

membuat alur komoditas terpusat ke

transit komoditas yang dibawa oleh

Gorontalo.

para pelaut untuk didistribusikan ke Gorontalo. Berikut gambaran posisi empat wilayah yang menyokong Pelabuhan Tomini pada abad ke-19.

ini telah dikatakan menghasilkan emas yang cukup berkualitas, terutama di Gorontalo dan Moutong, merujuk J.G.F. Riedel dalam De Vestiging Der Mandaren In de Tomini-Landen. In A. B. C. Stuart (Ed.), Tijdschrift Indische Taal, Land- En Volkenkunde. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Westenschappen (1870). VOC bahkan mendirikan pos militer untuk

Ikatan jaringan perdagangan rempah kemudian terhubung melalui Gorontalo dan Manado. Dengan begitu, rangkaian jaringan rempah terhubung dengan

Tiga wilayah tersebut akhirnya memiliki

Teluk Tomini. Betapa Teluk Tomini

peran dan karakter tersendiri untuk

berperan penting pada keberlangsungan

mendukung pelayaran dan perdagangan

jaringan perdagangan rempah Nusantara

di Teluk Tomini. Gorontalo sebagai

(Abd. Karim, Balai Penelitian dan

entreport, Muotong menjadi pusat

Pengembangan Agama Makassar)

pengumpulan, dan Parigi menjadi titik penyangga. Parigi juga bisa menjadi pusat pengumpulan (koleksi) bagi wilayah sekitarnya yang menyuplai hasil hutan dan hasil laut yang kemudian didistribusikan ke pelabuhan pusat.

menjaga wilayah ini dan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mendirikan beberapa pos pengamanan wilayah. Setelah Mouton (Moutong) menandatangani kontrak dengan Hindia Belanda pada tanggal 24 Februari 1832, Belanda tidak lagi melakukan kontak dengan wilayah itu, seolah-olah lepas dari wilayah Hindia Belanda (S Kartodirdjo dalam Ikhtisar Keadaan Politik HindiaBelanda Tahun 1839-1848. Arsip Nasional Republik Indonesia, 1973). Bentangan laut Teluk Tomini merupakan potensi yang sangat besar bagi pemerintah Hindia Belanda. Penguasaan dilakukan sampai ke wilayah leher Teluk Tomini yang terdiri dari wilayah Sigentie,

Parigi, Circa 1937, Reis van A.A. Cense door Midden-Celebes, KITLV 29438

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 61


KULINER

m Se

Rempah Meruah dalam

T

an g k uk C O t O

idak bisa

dibantah, bahwa

setiap orang memiliki

pengalaman dan ekspresi yang ruparupa terhadap cita rasa makanan berkuah yang pernah dicicipi. Beda lidah, maka beda pula versi dalam

menilai. Makanan berkuah yang mudah

mereka

dari jalan raya, misalnya, lebih mudah

gemari, tetap saja

diberkati pelanggan. Di tengah-tengah

satu warung coto tidak pernah hilang

cengkeraman restoran yang menyajikan

pamornya. Tua-muda datang berkunjung

aneka makanan daerah dan makanan

untuk mencicipi makanan ini. Bukan lagi

luar negeri, didukung dengan bangunan

hal aneh, bahwa masing-masing orang

megah atau modern, warung coto

memiliki warung coto andalan.

tidaklah tersisihkan bagi perut para pencinta masakan daging dan jeroan

dijumpai dan termasuk favorit bagi

Rasa kuah, daging, harga, tempat, dan

orang-orang, khususnya di kota Makassar

pelayanan, turut menjadi penentu

adalah coto. Selera mencecap coto

orang-orang menyenangi satu atau

Tiap-tiap warung coto memiliki kuah khas

menimbulkan subjektivitas. Dua orang

dua bahkan lebih warung coto. Selain

dan keempukan daging yang berbeda.

atau lebih kadang saling sanggah demi

rasa, lokasi strategis juga menentukan

Ada yang menyajikan kuah sangat kental,

mempertahankan warung coto yang

warung coto dapat bertahan puluhan

ada yang tidak. Ada yang dagingnya

tahun. Berada di tepi atau tidak jauh

I

Semangkuk kebahagiaan shutterstock_1982143724 – Tyasindayanti - https:// www.shutterstock.com/g/ Tyas+Indayanti

62 INDONESIANA VOL. 11, 2021

berkuah, kendati tempatnya sederhana.


begitu empuk, ada yang sedang, dan

Coto adalah identitas - shutterstock_1695167698 - Musfirahsergi99 - https://www.shutterstock. com/g/Musfirahsergi99

bahkan agak keras. Hal ini berkaitan dengan durasi pemasakan. Perapian untuk kuah juga harus tetap terjaga. Ada warung yang sejak awal menggunakan kayu bakar dan tetap bertahan hingga kini, karena menyangkut aroma. Ada juga yang memilih kompor minyak, karena enggan repot menyediakan kayu, lagipula warungnya tidak luas. Jika daging dan jeroan belum matang, dan butuh puluhan menit lagi sesuai hitungan juru masak, coto pun tidak jadi dihidangkan, kecuali pengunjung bersedia merelakan waktu untuk sabar menunggu. Menjaga komposisi rasa memang menjadi perhatian utama.

Persebaran Warung Pasti, mudah saja menemukan warung coto di Kota Makassar. Warung-warung yang dapat disambangi di antaranya di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jalan Monumen Emmy Saelan, Jalan Minasa Upa, Jalan Antang Raya, Jalan Sultan Alauddin, Jalan Abdullah Daeng Sirua, Jalan Monginsidi, Jalan Gagak, Jalan Nusantara, Jalan Ranggong, Jalan Sunu, Jalan Merpati, Jalan Harimau. Penamaan warung coto kerap merujuk

beda, bukan? Pelanggan tahu warung

pada nama jalan (tidak berlaku untuk

coto mana yang sesuai untuk lidahnya.

warung dengan banyak cabang), nama

Asal-usul Coto Coto berbeda dengan soto. Anto

Bagi sebagian warga yang tinggal di kota

(41), pemilik warung di Jalan Perintis

Makassar, coto kadang menjadi menu

Kemerdekaan Makassar mengutip cerita

Potensi dagang coto sangatlah besar.

sarapan sebelum beraktivitas, sebab

almarhum bapaknya, bahwa babat (orang

Orang tidak akan bosan menyantapnya,

warung coto rata-rata buka sejak pagi.

sering menyebut handuk) itulah inti coto.

meski kerap memasak di rumah juga.

Lain hal, beberapa orang percaya makan

“Saya tidak ragu pada apa yang dikatakan

Murahnya harga semangkuk coto bukan

coto dapat menjadi solusi kala tekanan

bapak, mengingat ia puluhan tahun

tolak ukur warung tersebut akan ramai

darah sedang rendah. Sarapan dengan

bersentuhan dengan coto. Baik sebagai

pengunjung. Sebaliknya, warung coto

coto memberikan energi positif untuk

pelayan di warung coto yang dianggap

yang mahal bukan jaminan ditinggalkan

menjalani hari.

warung coto pertama di kota ini, hingga

orang, atau nama daerah.

pelanggan. Lidah seseorang berbeda-

jadi peracik dan pemilik warung yang

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 63


banyaknya warung coto yang lebih dulu lahir dan sudah sohor. Selain ketupat, pemilik warung menyediakan pula nasi dan buras. Hal menarik yang dipandang sebagai strategi pasar daftar menu hidangan coto yang unik, misalnya dengan diakronimkan. Dansa, adalah kependekan dari daging saja (tanpa jeroan). Akronim lain yang bisa membuat senyum-senyum yaitu janda, atau jantung-daging. Jika pelanggan ingin memesan jantungdaging-otak, maka akronimnya adalah janda berpikir. Untuk janda mau mandi, artinya jantung-daging-handuk (babat). Dansa (Daging Saja)- shutterstock_1742453021 – Yohanes Setiyanto - https:// www.shutterstock.com/g/ yohanes_setiyanto

Ada pula japar atau jantung-paru, parto atau paru to’, dan daus atau daging-usus. Tanpa perasaan berarti campur (tidak pakai hati), jahat berarti jantung-hati, dapur artinya daging paru, dan oplosan

diwariskan kepada kami anak-anaknya,”

kerap memilih memesan coto ke warung

berarti campur (merujuk pada daging

tuturnya.

langganannya sebagai sajian, karena

dan jeroan). Pemilik warung memang

tak ingin mengecewakan lidah tetamu.

harus kreatif, harus terus mendulang

Tidak mudah mengolah rempah-rempah

daya tarik. Dengan pesatnya penggunaan

untuk membuat kuah coto yang gurih.

media sosial, warung dapat menjadikan

Bisa gagal jika bukan ahli atau orang yang

akronim-akronim menu itu sebagai cara

sudah biasa meracik bumbu-bumbunya.

berpromosi. Pengunjung dengan senang

Sudah umum diketahui, bahwa bahan

hati turut pula memublikasikan di akun

utama coto adalah daging dan jeroan,

media sosialnya. Namun, akronim ini

kemudian bahan-bahan bumbu terdiri

sekadar akronim yang dipajang di daftar

dari kacang tanah, serai, ketumbar,

menu, orang-orang tetap akan memesan

jintan, kemiri, bawang merah dan putih,

yang lazim diucapkan.

Banyak orang berargumen mengenai asal-usul makanan berkuah itu, dengan mengamatinya dalam beragam aspek, mulai pemilihan rempah, pemilihan daging, hingga cara penyajian. Tidak terdapat sumber lokal, dokumen, atau laporan bangsa asing sebelum abad ke-20 yang menyebutkan coto merupakan makanan khas atau dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Hal itu karena bumbu rempah merupakan produk mahal di masa lalu. “Keberadaan coto kemungkinan besar baru pada paruh awal abad ke-20. Namun, penelitian lebih jauh mengenai keberadaan kuliner ini belum dilakukan secara mendalam dari aspek sejarah,”

dalam eksekusinya, tidak pernah mudah menakar bahan-bahan. Ada yang menyebut kuah coto membutuhkan 40 rempah. Namun, Anto menyanggahnya. “Itu terlalu banyak dan tak tahu jelas apaapa saja,” katanya

tutur Dr. Amrullah Amir, dosen Ilmu

Yang menarik dari warung-warung coto

Sejarah Universitas Hasanuddin yang

di Kota Makassar, hadirnya warung

sering meneliti dan menulis seputar

yang menggratiskan ketupatnya, berapa

sejarah abad ke-17 di Sulawesi Selatan.

pun hendak dilahap. Strategi jitu untuk

Seseorang yang mengadakan hajatan

I

kayu manis, dan lain-lainnya. Namun,

64 INDONESIANA VOL. 11, 2021

meraih pelanggan, sebab satu warung harus bertahan di tengah-tengah

Hal-hal menarik tentang coto, terutama campuran rempah-rempah yang menghasilkan kuah khas nan unik, membuat coto tetap eksis di mata penikmat kuliner lokal, Nusantara, hingga mancanegara. (Alfian Dippahatang, sastrawan asal Bulukumba)


Rempah yang meruah - shutterstock_1915352725 Hanifah Kurniati - https://www.shutterstock.com/g/ Hanifah+Kurniati

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 65


RITUAL

Selamatan di mata air - Henri Nurcahyo

Sanggring lamongan, Memelihara Lingkungan

M

endhak sanggring adalah ritual

haul. Namun sesungguhnya ini adalah

menyebut sayur) yang berbahan baku

tahunan di desa Tlemang,

tradisi konservasi lingkungan hidup,

ayam dan dimasak dengan cara-cara

Kecamatan Ngimbang,

kesenian rakyat, dan kuliner khas yang

khusus. Jadi mendhak sanggring adalah

hanya satu tahun sekali dimasak.

rangkaian ritual yang secara umum

Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Makna harfiah dari mendhak adalah peringatan “ulang tahun kematian” atau

I

66 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Sanggring itu sendiri adalah nama masakan berkuah (orang Lamongan

mirip Bersih Desa. Sayur sanggring dipercaya memiliki khasiat dapat


Selamatan Warga- Henri Nurcahyo

Wayang Kruciil - Henri Nurcahyo

menolak penyakit atau sebagai obat,

Sanggring harus juga keturunan Juru

yang nantinya menjadi isyarat masa

sesuai dengan asal kata sanggring,

Sanggring sebelumnya dan melakukan

mendatang. Kalau rasanya sedap, berarti

yakni ‘sangkaning wong gering’ atau obat

puasa sehari semalam. Tiga buah wajan

persembahan mereka diterima. Hal yang

orang sakit. Selain itu ritual ini juga

besar yang digunakan pun merupakan

sebaliknya kalau masakan terasa terlalu

dimaksudkan agar masyarakat desa

peninggalan yang digunakan turun-

asin, terlalu manis atau bahkan tidak

beserta pemimpinnya selalu mendapat

temurun untuk memasak sayur sanggring.

enak dirasakan.

Menurut tradisi jumlah laki-laki yang

Keyakinan terhadap sakralitas ini

terlibat dalam proses memasak

ditandai dengan keikhlasan warga desa

ditentukan 40 (empat puluh) orang.

memberikan sumbangan berupa uang,

Sementara para perempuan memiliki

ayam (atau telor bagi yang tidak memiliki

tugas sendiri di dapur, menyiapkan

ayam), bahan masakan, makanan untuk

ayam panggang utuh hasil sumbangan

slametan (ambeng) dan juga tenaga.

warga, menyiapkan suguhan makanan

Pimpinan ritual juga harus dipegang

untuk tamu dan urusan lain yang tidak

oleh kepala desa, sebagai legitimasi

terkait langsung dengan ritual mendhak

kedudukan dan kekuasaan kepala desa

sanggring ini.

yang merangkap menjadi kepala adat.

kebanyakan warga hanya menanam

Setelah ayam dipotong, dicabuti bulunya,

Tradisi nyanggring seperti ini

jagung.

dan direbus air panas, maka daging ayam

memang juga ada di Gresik, biasanya

dipisah-pisahkan menggunakan tangan,

diselenggarakan pada bulan puasa dan

kemudian dimasak bersama dengan

dinikmati sebagai hidangan berbuka

aneka bumbu di tiga wajan besar yang

puasa. Tetapi yang ada di Tlemang

harus dilakukan di tempat terbuka.

berlangsung selama 4 (empat) hari

rahmat dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Juga harapan untuk hidup sehat, pertanian subur tanpa hama, rejeki lancar, dijauhkan dari balak dan bencana.

Aturan Unik Ritual Sanggring Tlemang adalah sebuah desa di perbukitan kapur berhutan jati. Sekalipun desa ini memiliki banyak mata air namun sayangnya kondisi lahan kapur tidak ideal untuk bersawah. Oleh karena itu

Inti acara mendhak sanggring adalah memasak sayur sanggring dan makan bersama oleh warga desa serta berdoa di makam Ki Buyut Terik yang dipercaya sebagai pendiri desa. Proses memasak

Ada aturan adat yang melarang Juru

sanggring seluruhnya hanya boleh

sanggring mencicipi hasil masakan,

dilakukan oleh laki-laki. Pimpinan Juru

karena justru rasa masakan itulah

berturut-turut berpedoman pada penanggalan Jawa, yaitu setiap tanggal 24 hingga 27 Jumadil Awal. Di samping

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 67


Penutupan ritual di makam Henri Nurcahyo

itu, juga ada ritual ndhudhug sumber

areal sekitar makam yang tadinya

Setelah areal makam bersih, sore

(membersihkan mata air) dan bersih

rimbun dan penuh semak belukar

harinya diselenggarakan pengajian

makam serta pergelaran kesenian langka,

dalam waktu singkat berubah menjadi

berupa istighosah kaum muslimat.

yaitu wayang krucil selama dua hari

terang benderang. Maklum selama satu

Ini memang acara tambahan yang

berturut-turut.

tahun tidak seorangpun diperbolehkan

menurut tradisi memang tidak ada. Baru

Jalannya Ritual Sanggring

memasuki areal pemakaman. Sementara

diadakan sekitar sepuluh tahun yang lalu

itu di bagian makam dilakukan

untuk mengadopsi kepentingan kaum

Pada hari pertama rangkaian acara

penggantian kain pembungkus,

agamawan.

dimulai membersihkan dua buah

mengganti atap daun alang-alang,

sendhang (mata air) yaitu sendhang

melapisi kain merah putih dengan yang

wedok dan sendhang lanang.

baru.

Sebelumnya diawali oleh Kepala Desa

Hari ketiga, pergelaran wayang krucil dimulai sejak pagi di halaman rumah kepala desa. Dua ekor kambing

Menurut sesepuh desa, Mujiono (67

disembelih untuk “selamatan

tahun), Buyut Terik (Raden Nurlali),

kambing” dengan menu khusus yang

konon berasal dari keluarga Raja

dipersembahkan untuk Ki Buyut Terik

Mataram yang sekitar tahun 1677

dengan cara dikunci dalam kamar.

meninggalkan Kerajaan Mataram karena

Ketika wayang krucil masih berlangsung,

merasa kecewa campur tangan kolonial

sejumlah warga dipimpin oleh kepala

Belanda. Raden Nurlali lantas menuju

desa mengunjungi makam Ki Buyut Terik,

ke arah timur, mengabdi dan berguru

memanjatkan doa sebagai pertanda

Hari kedua, ritual di makam punden

pada Sunan Giri di Gresik. Kemudian oleh

acara mendhak akan dimulai. Usai

desa, yaitu Ki Buyut Terik. Warga

Sunan Giri diberi tugas menyebarkan

dari makam, warga lantas menikmati

membersihkan semak-semak sehingga

agama Islam di daerah Lamongan.

hidangan khusus dengan menu daging

(Kades) dan sesepuh desa dengan sebuah ritual dengan cara menaburkan air kelapa muda yang dicampur dengan badheg (air tape) dan beberapa ramuan. Setelah itu dilakukan selamatan yang dipimpin oleh Modin, dengan hidangan yang dibawa masing-masing warga.

kambing di halaman rumah kepala desa.

I

68 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Menyiapkan ayam bakar Henri Nurcahyo

Sanggring - Henri Nurcahyo

Hari keempat, adalah puncak acara

acara ritual menuju makam. Mereka

mendhak sanggring. Kali ini digelar lagi

membawa sebungkus bunga tabur

pertunjukan wayang krucil dengan

makanan itu disuguhkan ke para tamu.

dan menyerahkan sedekah untuk

lakon yang berbeda dimana seluruh

Pergelaran wayang krucil yang mendekati

mengungkapkan rasa syukur kepada

pendukung dan dalang berbusana adat,

puncaknya nyaris tidak ada yang

Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan

tidak sebagaimana pentas sebelumnya

memerhatikan. Semua warga konsentrasi

sesaji untuk Ki Buyut Terik.

yang hanya mengenakan busana sehari-

menunggu pembagian sayur sanggring.

Pamungkas acara adalah selamatan

Setelah sambutan Kepala Desa dan doa

tutup gedhek yang merupakan ungkapan

Di tempat dan waktu yang sama,

yang disampaikan oleh Modin maka

syukur karena upacara telah berjalan

sejak pagi hari masing-masing warga

Juru Sanggring lantas satu persatu

lancar. Sementara di tengah kerumunan

desa menyumbangkan seekor ayam

mengisi wadah yang disodorkan warga.

ada warga yang melemparkan sejumlah

dan sebungkus bumbu jangkep serta

Setelah semua sayur sanggring habis

uang logam untuk diperebutkan. Ini

menyerahkan sekadar sumbangan untuk

maka pimpinan Juru Sanggring lantas

disebut udhik dan merupakan bagian

pelaksanaan acara ini. Juga ada yang

menggulingkan wajan sebagai bagian dari

takterlupakan dari ritual ini. Dengan

menyumbang kayu bakar.

tradisi.

acara berakhir, warga berangsur-angsur

Menjelang tengah hari warga desa

Tradisi mendhak sanggring ini menjadi

sudah berduyun-duyun mendatangi

sarana kerukunan warga. Bahkan

lokasi. Sebanyak 44 piring sayur

warga yang bermukim di luar kota

sanggring sengaja disiapkan panitia

tak mau ketinggalan nimbrung

sebagai suguhan untuk Ki Buyut

dalam ritual tahunan ini. Mereka ikut

Sanggring yang disimpan dalam sebuah

berbaris mengikuti hingga membentuk

kamar tertutup. Namun setelah didoakan

barisan yang sangat panjang dalam

hari.

meninggalkan lokasi. (Henri Nurcahyo, Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan)

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 69


SENI PERTUNJUKAN

Serampang 12 - shutterstock_1440998126 - https://www. shutterstock.com/g/Sony+Herdiana – Sony Herdiana

II

70 70 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021


Serampang Duabelas.. M

Riwayatmu Dulu, Kisahmu Kini

asa pembatasan kegiatan karena pandemi covid-19 yang meskipun menghambat peneliti dalam pengumpulan data, ternyata membawa pemikiran baru tentang tari serampang duabelas. Sebagai tari, serampang duabelas memiliki makna tersendiri dalam penulisan tari pergaulan yang bermula pada sekitar 1959 tersebut

Pemaknaan terhadap serampang

Menurut Tengku Lukman Sinar,

pengaruh yang tidak sesuai dengan

duabelas mau tidak mau harus dikaitkan

budayawan Melayu dan penulis buku

ideologi yang dicanangkan pada tahun

dengan kebijakan kebudayaan Bung

Pengantar Etnomusikologi dan Tarian

1959 dan tidak sejalan dengan promosi

Karno, Presiden I RI, yaitu pengembangan

Melayu, tari Melayu yang ada saat

kepribadian nasional. Tari serampang

tari tradisi menjadi tari pergaulan

ini hanya menggunakan gerak kaki

duabelas dirancang untuk menangkis

nasional. Kebijakan ini diambil sebagai

melompat-lompat dan kelincahan

hiburan pergaulan dansa-dansi yang

perlawanan budaya terhadap invasi

gerak tangan mengutamakan lirikan

mulai populer. Tari ini memang akhirnya

musik dengan tari rock and roll Bill

mata mengikuti irama seperti lagu dua.

cocok dengan zaman itu, serta menjadi

Hayley yang masuk ke Indonesia melalui

Tari serampang duabelas terdiri atas

daya tarik kuat bagi para pemuda dan

populerisasi filmnya. Musik dan tari rock

duabelas ragam irama/lagu Melayu

pelajar termasuk golongan tuanya.

and roll tersebut dianggap tidak senonoh

seperti senandung, mak inang, atau irama

dan tidak sesuai dengan kepribadian

yang terpengaruh oleh irama Portugis

bangsa Indonesia.

seperti lagu dua, pulau sari, dan pengaruh

Dinamika ragam irama dengan

Arab zapin, barodah, serta juga pengaruh

kelincahan gerak kaki banyak mengisi

Karo patam patam, gubang.

pertunjukan hiburan populer di tahun

Serampang duabelas diciptakan oleh Sauti Daulay, seorang guru sekolah

Hiburan Populer dan juga Tradisi

60-an dengan berbagai variasi oleh

asal Perbaungan, Medan, pada tahun

Keduabelas ragam irama dalam tari

1938 sebelum Perang Dunia II. Sauti

menyampaikan kisah kasih mdua sejoli

merasa perlu membuat tarian yang lebih

dari: pertemuan, meresap, memendam

teratur berdasarkan gerak tari Melayu,

rasa, mabuk payang, tanda cinta, balasan

sebagaimana terdapat di Sumatera Utara,

isyarat, menduga, masih belum percaya,

di antara komunitas rakyat pedesaan

jawaban, pinangan, mengantar pengantin

maupun di lingkungan istana Melayu,

bersanding, pertemuan kasih mesra

misalnya Istana Serdang. Saat itu, tari-

dengan sapu tangan. Tari serampang

Para selebriti Melayu-Minang seperti

tarian yang masih berfungsi sebagai ritual

duabelas sebagai tari berpasangan

Elly Kasim, Nuskan Syarief, dan

sosial, dipertahankan sebagai upaya

memiliki kerumitan gerak kaki yang

Yuni Amir populer berkat jogetan

mengangkat budaya Melayu dan upaya

lincah dan dinamis, bisa menjadi tari

serampang duabelas ini. Koreografer

menghimpun pergaulan antarkomunitas.

pergaulan yang bersifat hiburan ataupun

semacam Syaugi Bustami, Yuni Amir,

Sauti kemudian menggarapnya

lenggang lenggok penyanyi pop, maupun

Nurdjajadi yang terkenal dengan tari

dengan tema kisah kasih muda mudi

ditingkatkan menjadi seni pertunjukan.

senandung kipas menjadi selebriti berkat

dan menjadikannya semacam ‘tari perkawinan’.

Masuknya budaya pop dari Barat melalui radio dan film dianggap memberi

grup hiburan Melayu, dan mungkin bisa dikatakan semacam prolog terhadap “boom” musik dan joget dangdut di kemudian hari. Ragamnya disukai khalayak muda karena dinamis, lincah, dan menggairahkan.

pengembangan serampang duabelas melalui media populer dan film. Demikian juga Nani Widjaja selebritas film, pada

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 71


Sajembara Serampang 12 se-Indonesia ke-3 di Medan 21-28 April 1963 Perpusnas RI

awalnya adalah bintang serampang

Pada masa 60-an, bersama tari Indonesia

kembali sebagai tari tradisional dan

duabelas bersama Yuni Amir dan Nizmah

lainnya, tari serampang duabelas

ramai dibahas.

pada masa itu.

ikut dalam berbagai Misi Muhibah

Tari ini kemudian berkembang ke Singapura dan Malaysia berkat tangan dingin Tengku Yohanit, penari asal Medan, dan Suryanti Liu Cun Wai (Acun). Suryanti Liu Cun Wai yang pernah jadi

I

Kebudayaan Indonesia ke luar negeri. Misi kebudayaan tersebut memengaruhi perkembangan budaya Melayu di negara tetangga, utamanya Singapura dan Semenanjung Melayu.

Puncaknya, Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1976 Lokakarya Tari Melayu dalam perhelatan Pesta Seni Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Diskusi ini diharapkan menjadi dorongan kreativitas untuk mengejar

juara bertahan lomba Festival Serampang

Siapa pun yang bisa menari dan

ketertinggalan tari pergaulan nasional ini

Duabelas kemudian menjadi maestro

mengalaminya pada masa itu tahu

sekaligus menjawab perubahan zaman

pengembang tari ini di Singapura dan

bahwa tari serampang duabelas ibarat

yang serba cepat. DKJ berharap agar

Malaysia. Kini Suryanti promotor tari

‘demam Covid’ yang merasuki anak

tari Melayu bertumbuh dan menjadi

Indonesia di Hongkong bersama The

muda. Perkembangan tarian ini sempat

faktor pembangkit kebudayaan nasional.

Southeast Asia Dance Troupe.

terhenti sejenak pada tahun 1965, namun

Selanjutnya, pada tahun 80-an Tom Ibnur

syukurlah, serampang duabelas bangkit

hadir dan membangkitkan alternatif

72 INDONESIANA VOL. 11, 2021


lain dalam pengembangan tari Melayu

bahwa serampang duabelas dulu dapat

Serampang Duabelas” sambil mengenang

melalui zapin yang merupakan satu

‘merasuki’ siapa pun ibarat ’covid’.

“boom serampang duabelas” yang

ragam serampang duabelas. Kini, di 2021, tiba-tiba muncul suatu gagasan untuk menggelar Zapin Award. Tantangan Masa Kini Jika pada masa serampang duabelas, rock and roll saja yang dihadapi, maka sekarang ada berbagai varian ballroom dance yang latino seperti cha cha cha, samba, salsa, bachata, dan

Adalah penting untuk mengangkat seni hiburan populer ke arena yang lebih luas dan akan lebih baik jika ditunjang dengan kebijakan dalam ekonomi kreatif, terutama untuk pengembangan seni tari. Jika tidak, serampang duabelas akan tinggal kenangan saja, tertinggal dalam ranah tradisional. Tari itu hanya cukup

dahsyat tahun 60-an itu. Kita memberi apresiasi kepada Bung Karno yang pernah mencanangkannya sebagai tari pergaulan nasional serta Sauti Daulay yang pertama kali menampilkannya pada tanggal 9 April 1938 di Medan. (Julianti Parani Ph.D. koreografer-penari, peneliti- penulis, dosen senior IKJ)

dijunjung dalam peringatan “Hari Tari

zumba, baik sebagai tari pergaulan, maupun pertunjukan kompetitif di ranah olimpiade sebagai program dari “World Dancesport Federation”. Namun demikian, yang menggembirakan, bermunculan pula line dance gaya budaya lokal Indonesia. Bermula dari Poco Poco, lalu Lenggang Jakarta, dan Maumere. Kemajuan media dan teknologi membawa serampang duabelas meluas ke dalam ekspresi seni hiburan termasuk seni pertunjukan populer yang pasang surutnya pun bisa cepat berganti sesuai dinamika terhadap selera yang baru dan inovatif. Di Barat, dapat disaksikan perkembangan seni hiburan dan pertunjukan populer yang dahsyat itu, yang juga memberi pengaruh ke negara kita, berkat proses globalisasi yang ditunjang oleh ekonomi kreatif, yang menunjang komoditas politik perdagangan. Masa telah berubah dan ideologi tidak memberi pengaruh lagi pada hiburan populer, kelihatannya. Namun demikian kreativitas yang bersumber pada tari lokal bisa menjadi pertimbangan untuk dikemas sebagai kompetisi untuk meraih berbagai kompetensi, seperti melalui ekonomi kreatif. Menarik untuk diperhatikan, agar line dance gaya lokal Indonesia di arena kebugaran maupun

Peserta Sajembara Serampang 12 tahun 1963 - Perpusnas RI

kesenian dapat dikedepankan, mengingat

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 73


JALUR REMPAH Lada Putih - shutterstock_327386213 – ELAKSHI CREATIVE BUSINESS - https:// www.shutterstock.com/g/ecbpl

PERPEDUUR Semahal Lada Putih Bangka I

74 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Peperduur (semahal lada) adalah ungkapan khas orang Bangka. Ungkapan ini menunjukkan betapa sahang (lada berbulir besar) lebih mendatangkan banyak uang bagi orang Bangka”. (Hooyer DG--Residen Bangka, 1928-1931).


Lada Putih - shutterstock_561597922 – Sivapoom Yamasaki - https://www. shutterstock.com/g/Sivapoom+Yamasaki

Lada putih - shutterstock_1897520770 - FabrikaSimf - https:// www.shutterstock. com/g/FabrikaSimf

Di lain pihak, sebelum Revolusi barasal dari Kedatuan Sriwijaya. Sebagian dari komoditas tersebut, seperti penyu, kayu gaharu, kemenyan, pinang dan

L

timah adalah hasil bumi pulau Bangka. ada Bangka adalah komoditas ekspor yang telah diperdagangkan sejak masa Sriwijaya. Hsin-tang-

shu, sejarah Dinasti Tang, Cina, pada

abad ke-7 Masehi telah mencatat bahwa Kedatuan Sriwijaya kala itu memiliki 14

Demikian juga sahang (Piper ningrum), lada berbulir besar dan berkadar pedas tinggi yang merupakan tanaman warisan nenek moyang turun temurun, bukan sekedar produk perkebunan tetapi juga produk kebudayaan bagi orang Bangka.

kota dagang. Salah satu kota dagang yang

Riwayat lada pindah sejenak ke Banten

tercatat adalah Kotakapur Bangka. Dalam

untuk melihat jalur rempah masa

catatan tersebut Kotakapur adalah salah

prakolonial hingga masa kolonial.

satu pelabuhan pendukung (feeder point)

Sejarah menyebutkan, kesultanan

bagi Kedatuan Sriwijaya. Berdasarkan

Banten mencapai puncak kejayaannya

ciri-ciri dan letak geografisnya, besar

bersamaan dengan menguatnya

kemungkinan Kotakapur memang

pengaruh agama Islam, melemahnya

merupakan salah satu dari sekian kota

Kesultanan Demak, dan menguatnya

pelabuhan pendukung penting bagi

perdagangan intercontinental pada abad

Kedatuan Sriwijaya.

XVI. Sebelum menjadi satu kesultanan,

Konon, negeri Arab dahulu kedatangan berbagai produk dagang, seperti cengkeh, pala, kapulaga, pinang, kayu gaharu, kayu sapan, rempah-rempah, penyu, emas, perak, dan lada. Jika ditelusuri, komoditas tersebut Sebagian besar

Banten sudah menjadi negeri penghasil lada yang penting di dunia. Pada masa itu, perdagangan rempah-rempah, termasuk lada, dunia didominasi oleh

Belanda, kota Antwerp merupakan pusat distribusi rempah-rempah di Eropa Utara. Akan tetapi, setelah tahun 1591, Portugis melakukan kerjasama dengan Jerman, Spanyol dan Italia dan menjadikan Hamburg sebagai pelabuhan pusat distribusi rempah-rempah dan mengabaikan Antwerp. Hal ini mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental. Untuk itu, Belanda perlu menjaga pasokan dan distribusi lada mereka. Oleh karena itu, Belanda mengikat janji dengan Raja Samiam (Raja Sunda Penguasa Banten) dan dengan Henrique Lem utusan Jorge d’Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka. Sebagai imbalan bantuan Portugis karena telah membantu mereka melawan musuhnya, yaitu kerajaan Islam Demak, maka Portugis diperbolehkan oleh Raja Sunda mendirikan benteng dan diberi jaminan keamanan dalam melakukan pelayarannya menuju Banten.

bangsa Portugis dengan Lisbon sebagai

Portugis kemudian mendirikan benteng

pelabuhan utama.

di Pelabuhan Kalapa pada Tanggal 21

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 75


Peta Geologis Pulau Bangka dan Belitung – Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandshc-Indie : Atlas – D D 22,6, sheet 1

Agustus 1522 ditandai dengan peletakan

yang sempit antara Tanjung Tapa dan

1527 Masehi, karena kemudian Fatahillah

batu peringatan (Padrao) dalam bahasa

Tanjung Berarti, San-mai shu (pulau

berhasil menguasai Sunda Kelapa dari

Portugis. Padrao ditemukan di Jalan

Maspari), Kuala Tu-ma-heng (Wai Tulang

tangan Portugis.

Cengkeh, Jakarta (dahulu bernama

Bawang), dan Lin-ma to (Wai Seputih).

Prinsen Straat). Sekarang, Padrao

Dilanjutkan melalui Kao-Ta-lan-pang (Wai

tersimpan di Museum Nasional Jakarta

Sekampung), Nu-sha la (Ketapang), Shih-

dengan nomor inventaris 18423/26.

tan (pulau Sumur). Dari sini arah diubah

Rute pelayaran dari pulau Aur ke Banten dijamin. Pelabuhan persinggahan di Chang-yao shu (pulau Mapor), Lung-ya-ta-

kemudian sampai di Shun-t’a (Sunda) juga dijamin aman.

ini tentu saja menjadi perhatian utama bagi Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Palembang serta kerajaan-kerajaan di pesisir Timur pulau Sumatera seperti Riau Lingga dan Jambi. Kerajaan-kerajaan tersebut

shait (Gunung Daik Pulau Lingga), Man-

Rute perdagangan ini tentu saja

berebut pengaruh dan kuasa atas

t’ouhsu (pulau Roti), Chi-shu (pulau Tujuh)

menyusuri kawasan di sekitar pantai

pelayaran dan rute perdagangan dan

dan Peng-chia shan (gunung Bangka

Timur Sumatera, yaitu pulau Tujuh (Chi-

itu menjadi penyebab utama terjadinya

gunung Menumbing), bahkan di mulut

shu) di Utara pulau Bangka kemudian

perang antara Kesultanan Banten pada

sungai Palembang menjelang hulu ke

berlanjut ke pulau Bangka dan rute

masa pemerintahan Sultan Maulana

Chiii-chiang (Palembang) diamankan.

perjalanan terus memasuki selat

Muhammad gelar Kanjeng Ratu Banten

Bangka untuk kemudian terus menuju

Surosowan atau Pangeran Ratu ing Banten

Sunda (Shun-t’a). Perjanjian ini hanya

(1580-1596 M) melawan Kesultanan

berlangsung singkat karena pada Tahun

Palembang. Dalam pertempuran

Demikian juga perjalanan ke arah Selatan memasuki Selat Bangka melalui selat

I

ke Tenggara dan setelah Tujuh jam

Kawasan atau rute perdagangan lada

76 INDONESIANA VOL. 11, 2021


di Palembang dan di sekitar sungai

termasuk di wilayah Sindang, daerah

sektor pertambangan timah. Peralihan

Musi, Maulana Muhammad tewas dan

yang berada di perbatasan wilayah

itu ditandai dengan dibukanya parit-parit

pasukannya kembali ke Banten.

kesultanan yang penduduknya

penambangan timah dengan teknologi

Pada perkembangan selanjutnya sekitar

berstatus mardika (bebas) di pulau

sederhana melalui sistem pelubangan

pertengahan Abad ke-17, perdagangan

Bangka. Tugas utama penduduk daerah

berpindah (tobo-alih).

lada ditandai dengan campur tangan

Sindang adalah menjaga perbatasan.

Lada diperkenalkan kembali pada

bangsa VOC (Verenigde Oost-Indische

Sultan Abdurrahman mewajibkan bagi

abad ke-19, dan secara perlahan lada

Compagnie). Pada Tahun 1642 Masehi

daerah-daerah kekuasaannya untuk

kembali jaya seperti dulu. Bertanam

Kerajaan Palembang diperintah

mengembangkan tanaman Lada. Ia juga

lada kembali menjadi bagian dari

Pangeran Sedo ing Kenayan. Pada

membuat sistem perairan yang dibuat

kebudayaan Bangka. Orang Bangka

masa itu kerajaan Palembang mengikat

antara Ogan, Komering, dan Mesuji, yang

kembali menggunakan peperduur sebagai

perjanjian dagang lada dengan VOC

tidak saja digunakan untuk pertanian,

ungkapan khas. Sebagai smallholding

di Batavia (1710). Menurut catatan

namun juga untuk kepentingan

(tanaman rakyat) sahang telah membawa

Alfiah, perjanjian tersebut kemudian

pertahanan.

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

diperbaharui pemerintah Hindia Belanda

Wilayah-wilayah batin di pesisir Barat

Bangka. Berkat sahang, jumlah orang

dengan perdagangan Timah (1722) yang

pulau Bangka merupakan wilayah

Bangka yang menunaikan ibadah haji

ditandatangani oleh wakil VOC dengan

Sindang yang pada masa Sultan

meningkat. Seperti kata Residen Hooyer

Sultan Ratu Anum Komaruddin dari

Abdurrahman diwajibkan menanam

(1931), lada lebih menyejahterakan

Palembang.

sahang/sang (lada). Akan tetapi,

dibanding timah (Dato’ Akhmad Elvian,

Kesepakatan ini membuka pintu lebih

seiring dengan dimulainya eksploitasi

DPMP, Sejarawan dan Budayawan

lebar bagi Belanda untuk memborong

timah, karena berharga tinggi dan

Bangka Belitung Penerima Anugerah

Timah dari wilayah-wilayah di Bangka,

laku di pasaran dunia, Kesultanan

Kebudayaan).

termasuk Toboali. Hal ini tercatat dalam

Palembang menerapkan kebijakan

arsip ANRI berdasarkan laporan K.

baru untuk wilayah pulau Bangka yaitu

Heynis, Residen Bangka dan Palembang

pengembangan sektor pertambangan

kepada Comissarissen mengenai distrik

timah. Lada lambat laun ditinggalkan dan

Blinjoe, Soengi Liat, Marawang dan

penduduk pulau Bangka mulai beralih ke

Pankal Pinang pada tahun 1818. Pada Tanggal 13 Februari 1682 Masehi, Pangeran Aria, putera sultan Abdurrahman mendirikan Benteng di Bangkakota, di sungai bernama sama, dengan satu unit pasukan dari Makassar. Pembangunan Benteng ini terutama bertujuan untuk mengamankan jalur sempit pelayaran, perdagangan lada dan timah di Selat Bangka yang terletak dekat dengan Bangkakota. Pembangunan benteng ini ditentang oleh VOC karena mengganggu alur perdagangan lada dan sebagai ancaman bagi kapal-kapal VOC di kawasan tersebut. Sultan Abdurrahman (1662-1706) berhasil meletakkan tata kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang kuat bagi masyarakat dalam wilayah Kesultanan Palembang Darussalam

Lada putih - shutterstock_1897520770 - FabrikaSimf - https:// www.shutterstock. com/g/FabrikaSimf

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 77


CAGAR BUDAYA

Eloknya Seni Cadas Prasejarah di S

Misool

eni cadas prasejarah adalah

Analisis laboratorium terhadap material

Baru beberapa tahun belakangan ini

satu peninggalan seni rupa awal

lukisan seni cadas menunjukkan bahwa

seni cadas prasejarah Indonesia mulai

umat manusia yang ditemukan

lukisan-lukisan tersebut berumur ribuan

menarik perhatian dunia internasional

di seluruh dunia. Istilah seni cadas

bahkan puluhan ribu tahun. Namun,

melalui studi pertanggalan. Satu di

digunakan untuk menyebutkan karya

sebagian besar seni cadas di dunia tidak

antaranya adalah lukisan babi di Leang

seni berupa lukisan, pahatan, atau

dikenali sebagai peninggalan murni masa

Timpuseng, Maros, Sulawesi Selatan.

goresan yang ditorehkan di tempat

prasejarah oleh masyarakat sekitar.

Lukisan tersebut diperkirakan berumurs

yang tidak bisa dipindahkan, seperti di

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

sekitar 35.400 tahun. Kemudian, lukisan

dinding-dinding gua, tebing, atau batu

oleh ilmu pengetahuan modern pada

binatang menyerupai banteng di Lubang

besar. Pada umumnya seni cadas dibuat

abad 19-20 M, penduduk asli Australia

Jeriji Saleh (Kutai Timur, Kalimantan

oleh masyarakat tradisional pemburu-

dan Amerika merupakan masyarakat

Timur), yang diketahui berumur sekitar

pengumpul makanan meskipun terdapat

yang masih menghidupkan tradisi seni

40.000 tahun. Selanjutnya, lukisan

beberapa seni cadas yang berasal dari

cadas.

adegan menyerupai perburuan di

masyarakat peternak atau peladang.

I

78 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 11,2021 2021 78


Situs Gua Yucapan

Leang Bulu Sipong 4, Kawasan MarosPangkep, Sulawesi Selatan juga diketahui berumur sekitar 43.900 tahun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada zaman es sekitar 50.000—11.000 tahun lalu, manusia di Perancis dan Spanyol serta di Kalimantan dan Sulawesi hidup dalam tradisi seni cadas yang sama, yaitu dengan menggunakan pewarna merah serta menggambar cap tangan dan binatang-binatang besar.

peninggalan prasejarah sebagai penanda munculnya masa fajar kemanusiaan. Sebagian ahli berteori bahwa pada sekitar 40.000 tahun lalu dalam diri manusia mendadak muncul ledakan daya kreasi, yang menyebabkan munculnya

tahun lalu. Satu hal yang pasti adalah seni cadas merupakan sebuah hasil kreativitas manusia yang hidup ribuan tahun ke belakang.

seni cadas secara bersamaan di seluruh

Kawasan Seni Cadas Misool

dunia. Sebagian ahli yang lain berteori

Ketika kita berdiri menatap lukisan merah

Para ahli melihat bahwa seni cadas yang

bahwa daya kreasi manusia muncul

pada dinding tebing karst yang menjulang

ditemukan di seluruh dunia merupakan

secara berangsur mulai sekitar 200.000

di atas laut tenang Misool, sulit pikiran

I

VOL.11, 11,2021 2021 INDONESIANA INDONESIANA 79 79 VOL.


dan aya Bud gar Ca an ng du in el

erah Keramat di Mis uka Da ool Terb Dit. ran PCB u b u M g (Di en P rek i d to a k ra g n tP a r Ke

Permuseuman) kd ru Ce

i Da

erah Keramat yan gd i gu na k

a

n b se

a ag

rm Pe

ire (D

ra kto

t Pe

gan Cagar lindun B u da ya da n

Misool terletak di gugusan karst di Misool

menunjukkan bahwa kawasan gugusan

Timur dan Selatan, Raja Ampat, Papua

karst ini tidak memiliki sumber air

Barat dapat dikunjungi dengan menyewa

tawar, sehingga dapat disimpulkan

jasa pemandu dan perahu dari Desa Yelu.

bahwa masyarakat pendukungnya tidak

Desa tersebut terhubung dengan kota

bermukim di sana. Hal itu berbeda

Sorong dengan ferry yang berlayar dua

dengan gua-gua di Eropa dan Sulawesi

kali seminggu. Lukisan-lukisan seni cadas

serta Kalimantan yang merupakan

di Misool pertama kali dilaporkan oleh

hunian masyarakat prasejarah.

para penyelam yang sering beraktivitas di kawasan tersebut.

I

BM

ribuan tahun silam. Kawasan Seni Cadas

PC

yang mungkin dirasakan oleh pelukisnya,

us

n) ma eu

ran terbuk ngubu a-D i pe it.

kita untuk tidak melayang berimajinasi

Selain seni cadas, ceruk-ceruk di gugusan karst juga menyimpan makam terbuka

tebing karst di Misool. Lukisan dan gambar di tebing-tebing tersebut antara lain adalah motif non figuratif (39%), cap tangan (25%), binatang (20%), bulat (10%),

Studi arkeologi terhadap seni cadas

tempat masyarakat meletakkan jenazah

di Misool pertama kali dilakukan pada

kerabat mereka hingga awal abad ke-20.

tahun 2011 untuk menginterpretasikan

Hingga kini, tengkorak-tengkorak dan

lukisan-lukisan tersebut. Studi makna

kerangka manusia, serta temuan arca

itu menyimpulkan bahwa lukisan

kayu, gerabah, keramik, dan lain-lain

tersebut merupakan simbol roh-roh

masih dapat dijumpai di sana. Gugusan

yang berhubungan dengan gua, dewi

karst itu rupanya memiliki peran sosial

ibu, dan kesuburan. Pendataan yang

yang khusus bagi masyarakat selama

dilakukan pemerintah sampai tahun 2019

ribuan tahun. Selain sangat indah, karena

setidaknya telah mendokumentasikan 40

lokasinya yang terpencil, kawasan itu

situs seni cadas prasejarah di kawasan

memberikan pengalaman mendalam

Arti Seni Cadas

tersebut.

bahkan “spiritual” bagi pengunjungnya.

Para peneliti belum dapat secara pasti

Seni cadas di Misool sangat unik karena

Pengamat seni cadas menunjukkan

mengetahui apa arti seni cadas tersebut

terletak di gugusan pulau karst yang

bahwa terdapat 434 gambar lukisan dan

membentuk labirin di laut. Penelitian

gambar yang dilukiskan pada tebing-

80 INDONESIANA VOL. 11, 2021

dan antropomorfis, beliung, stensil tidak teridentifikasi, dan stensil boomerang yang masing-masing hanya 1-2%. Lukisan yang menggambarkan binatang terdapat 87 gambar, terdiri dari ikan tuna (40%), lumba-lumba (28%), surgeonfish (16%), ikan paus, ikan imajinatif, ular, hiu, burung, dan kadal yang jumlahnya di bawah lima gambar.

bagi masyarakat pembuatnya. Seperti lukisan zaman sekarang yang dapat


Seni Cadas di dinding Gua Yucapan - Dit. PCBM (Direktorat Pelindungan Cagar Budaya dan Permuseuman)

Se

ni Ca da s

d

eb iT g in

Se gaf

Cer uk di Da er a h

r Ke

am

tebing, yaitu pada ketinggian yang

y at d ig u

di atas permukaan laut. Berdasarkan

sebagai pengu nakan bur an

ang

bahkan mencapai sekitar 10 meter data tersebut, diduga kuat bahwa motif geometris dan cap tangan bernilai simbolis dan lebih sakral dibandingkan motif binatang. Tafsir itu pun masih jauh dari kesimpulan

ter b

uk a

yang menyeluruh, mengingat sangat mungkin lukisan-lukisan tersebut berasal dari tradisi yang sangat panjang, yaitu selama puluhan ribu tahun. Berdasarkan Foto : Seni Cadas di Dinding Gua Yucapan

analogi motif lukisan, dapat diduga bahwa gambar-gambar binatang pada dimaknai secara beragam, lukisan dari ribuan tahun lalu pun semustinya sama. Analogi yang dapat dilakukan untuk memberi makna pada kawasan seni cadas adalah dengan penerapan metode

seni cadas di Misool dibuat sebagai ekspresi sekuler kehidupan sehari-hari masyarakat. Terdapat beberapa kasus etnografi terkait penggambaran binatang dalam konteks sekuler pada seni cadas

bahwa motif cap tangan dan ikan tuna atau lumba-lumba berasal dari masa yang tua, mungkin sekitar 40.000 tahun lalu seiring migrasi awal manusia ke Benua Australia. Adapun motif beliung menunjukkan masa bercocok tanam

Australia, yaitu bahwa melukis dimaknai

sekitar 5.000 tahun yang lalu.

sebagai aktivitas mengisi waktu luang,

Lukisan-lukisan purba di dinding bukit-

perayaan perburuan yang berhasil, dan

bukit karst di laut teduh Misool yang

Data frekuensi dan persebaran

penunjukan lokasi tempat terdapat

lestari itu niscaya sangat memantik

motif lukisan dapat disusun menjadi

banyak binatang buruan.

imajinasi akan misteri keberadaan

Rata-rata motif binatang digambarkan

manusia di dunia. Di bukit karst ini orang

statistik terhadap data arkeologinya, yakni pada data lukisannya sendiri.

suatu pola. Kemudian, pola tersebut dibandingkan dengan data etnografi kemasyarakatan yang dihubungkan dengan pemaknaan dalam seni cadas di seluruh dunia. Metode tersebut sudah dilakukan di Misool dan mucul penafsiran

pada bagian bawah tebing karst, yaitu sekitar 1-2 meter di atas permukaan laut. Sedangkan motif geometris dan cap tangan terletak pada bagian atas

dari masa lalu telah menuangkan daya kreasinya yang mungkin terinspirasi oleh keindahan alam Misool sejak ribuan tahun yang lalu! (Yosua Adrian Pasaribu, Direktorat Pelindungan & Feri Latief))

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 81


MANUSKRIP

Khasiat

Barus - cinnamomum camphora - https://www. shutterstock. com/g/ecbpl – ELAKSHI CREATIVE BUSINESS

Kapur Barus dalam Manuskrip

Nusantara

H

arumnya camphor atau kapur barus sudah lama memikat para pemburu komoditas dari

segala penjuru dunia. Minyak umbil atau borneol dari pohon kapur barus berkhasiat untuk obat radang dan analgesik (pereda nyeri), juga sebagia tambahan pangan. Warnanya yang putih lagi transparan, digayuh dengan penuh kearifan oleh para penyadap pohon kapur (Dryobalanops aromatica) dan pohon kamper (Cinnamomum camphora). Butuh kesabaran ekstra saat menunggu pertumbuhan satu pohon barus (berkisar 50 tahun) guna mendapatkan kualitas bagus dan dijual dengan harga fantastis. 7, misalnya, menemukan kapur barus

menyebutkan kapur barus pada 775 M

Uniknya, letak Barus (persisnya) sendiri

yang mereka sangka garam di dalam

dalam Kitab al-Fitan wal ‘Malahim, ketika

masih diperdebatkan, meski kini masuk

tempayan-tempayan ketika mereka baru

Umar bin Abdul Aziz memberikan sanjungan

wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli

saja menaklukkan istana Dinasti Sasanid

dalam surat balasannya bagi seorang raja

Tengah, Sumatra Utara. Jika melihat

milik Chosroes II di tepian Sungai Tigris.

dari Sriwijaya. Dikatakan bahwa Sriwijaya memiliki keharuman kamper yang tercium

perubahan dari masa ke masa, mungkin

I

saja posisi pelabuhan dan kota pesisir

Yi Jing, yang hidup di zaman yang sama,

Barus berpindah karena suatu alasan.

turut pula menyinggung soal “kamper

sampai bermil-mil.

Po-Lu” sebagai komoditi andalan Shih-

Denyut perdagangan Barus mulai terlacak

Kamper disebut dalam catatan Barat

li-fo-shih alias Sriwijaya. Nama ‘Po-lu’

para petualang Portugis yang sampai ke

melalui Aetii Medici, karya Ateius Amida

merujuk pada nama Tionghoa untuk

Nusantara pada abad ke-16 M. Tomé Pires,

(502-578 M). Kemasyhuran aroma kapur

Barus dalam prosa sejarah Cina Klasik

orang Portugis yang teliti dalam mengamati

barus juga merebak hingga Asia Barat.

zaman Dinasti Tang berjudul Hsin-Tang-

keadaan di Nusantara, menyebut “kerajaan”

Pasukan Umar bin Khattab di abad ke-

Shu, yaitu “Lang-po-lu-si”. Bangsa Arab

Baros bergelimang harta.

82 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Manuskrip Pengobatan

Penyebutan kapur barus ada pada baris

Manuskrip Sunda lain yang menyebutkan

Manuskrip pengobatan Batak, yang

340 sebagai berikut: (335) … Anaking

kapur barus adalah Tentang Obat-

biasa disebut pustaha, menyebut kapur

Purnawijaya, (hu)rut ti(na) jadi jalma,

obatan dari Ciwidey (Bandung Selatan).

barus berguna untuk menyembuhkan

kawah jadi kasorgaan, (340) cahina jadi

Manuskrip beraksara Pegon (Arab)

berbagai penyakit. Getah kapur barus

kasturi, kapuleka (a)ér mawar, ruhakna

berbahasa Sunda dan Cirebon tersebut

(hayu hapur) senantiasa digunakan untuk

reujeung budahna, mate<11a>mahan

merupakan koleksi Museum Negeri Sri

obat penyakit pinggang (haccit gotting),

kapur baruna. Alihbahasanya: (335)

Baduga Bandung dengan nomor 273

rematik (jumbalang), sakit perut dan

Anakku, Purnawijaya, setelah usai

kaca 55.

luka (mabugang). Datu (dukun dalam

menjadi jadi manusia, neraka menjadi

adat Batak) juga menggunakan minyak

surga, (340) airnya menjadi minyak wangi,

Penyebutan kapur barus ada pada

umbel sebagai satu bahan obat patah

kapuleka, air mawar, bara serta buihnya,

halaman ke-20 dan ke-24, yang berbunyi:

tulang (maponggol), salah letak, atau

berubah menjadi kapur barus.

(125) … lamon balad amba (126) majing

retak. Minyak umbel juga berguna untuk mengawetkan/menghilangkan bau mayat, mencegah rusaknya kain, hingga menghentikan pendarahan akibat luka sayatan, luka bakar, dan obat sakit perut.

Salah satu kitab Thib yang bercerita tentang barus yang menjadi koleksi Perpusnas RI - Syefri Luwis

Ramuannya meliputi lima jenis kunyit, lima biji pala, berbagai akar, pisang, pinang, kelapa, sappelulut, kelapa hijau, minyak umbil, pelepah pisang, dan rumbia atau kayu. Prosesnya: semua bahan ditumbuk sehalus mungkin lalu dimasak dengan minyak kelapa hijau dan minyak umbil. Sang datu lantas mengucapkan mantra, “Biccumirloh dirahuman dirahuman, dirahumin dirahumin. Toruna dodo (Kuatlah engkau seperti Tuan Ta’ala. Gagahlah engkau seperti Tuan Tanjala. Berkatlah engkau bergerak seperti putaran nasi. Diberkatkan Rasulullah, La Ilaaha Illallaah)”. Kapur barus dalam budaya Sunda muncul dalam Manuskrip Darmajati (Kropak 423) koleksi Perpustakaan Nasional. Wawangsalan atau puisi klasik Sunda yang ditulis dalam bahasa dan aksara Sunda Kuna itu bermakna penyerahan (diri) dan persembahan kepada Yang Abadi. Manuskrip ini berasal dari koleksi Bupati Galuh R.A. Kusumadiningrat (1839-1886), dan diperkirakan berasal dari Kawali (Ciamis Utara).

Salah satu nisan di Kompleks Makam Mahligai - Septianda Perdana - https://www. shutterstock.com/g/ Septianda+Perdana Septianda Perdana

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 83


kana dada’ ngarana sétan (127) kalimur

terserangnya bagian mulut namanya

dua biji pala, dua bawang merah, tiga

watekna hareneg ati (128) tambana konéng

(150) setan talapuk, tanda-tandanya jadi

buah bawang, lima saga sawi. Semuanya

je(u)ng apu serta (129) ditepake(u)n tilu kali

(151) kapur barus, obatnya jeringau (152)

ditumbuk, ditambah air, lalu dicampur

sarta (130) ulah ngambekan lamon te(u)

bubuk(?) panggang(?)hangat-hangat, usap

dengan tiga saga kapur barus. Balurkan.

hadé (131) tambana konéng gedé tujuh

(153) usapke(u)n.

Naskah tersebut menyebut dengan detail

(132) keret dawun seret daun (133) singugu salasih bawang be(u)re(u)m (134) mangsoi katumbar jinten (135) disimburke(u)n, … dan (148) … lamon balad (149) amba majing kana cuqur ngarana (150) sétan

Jampi Jawi Jilid 1 dan Jilid 2 koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta menyebutkan kapur barus sebagai bahan

cara-cara pengobatan berbahan rempah. Bengkak karena jatuh, misalnya, berbeda obatnya dengan abuh tanpa jalaran (bengkak tanpa sebab).

ramuan obat untuk menyembuhkan

Adapun manuskrip dari Aceh yang

sakit abuh (bengkak) yang diderita oleh

menyebut kapur barus adalah Kitab Tib

anak atau orangtua, dan bengkak pada

yang menggunakan aksara Jawi (Arab)

payudara serta rahim. Bahan-bahan

dan bahasa Melayu, koleksi Teungku Amir

Alihbahasanya: (125) … jika balad amba

racikan yakni akar, rimpang, umbi, kayu,

di Meunasah Kruet Teumpeun, Teupin

(126) terserangnya bagian dada, namanya

biji, daun, bunga, buah, jamur, kapur

Raya Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam.

setan (127) kalimur, tanda-tandanya sakit

barus, kuning telur ayam (kampung),

Pada Bab (14), misalnya, disebutkan

hati (128) obatnya kunyit dan kapur serta

serta air tawar, arak, dan cuka.

obat sakit kepala. “Ambil daun pekakan

talapuk watekna jadi(151) kapur barus tambana jaringa (152) au bungbu pagang hanet-hanet usap- (153) usapke(u)n, …

(129) ditepukkan tiga kali serta (130) jangan cepat marah jika tak sesuai/bagus (131) obatnya temulawak tujuh (132) kupas … daun (133) senggugu(?) selasih, bawang merah (134) mesoyi(?) ketumbar jinten (135) disemburkan, … dan (148) usap-usapkan, jika balad (149) amba

I

Manuskrip Jawa bertajuk Serat Primbon

84 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Komposisi ramuan pengobatan untuk 12 macam penyakit abuh atau bengkak meliputi empat saga kayu timur, manis

dan kapur barus dan sendawa, maka giling lumat-lumat maka tempelkan di kepalanya, afiat”.

jangan seruas jari, mungsi dan sintok

Pada Bab (8), disebut untuk obat sakit

sama lima saga, kencur, jahe, tiga iris

mata. “Pertama ambil kelambak dan

lempuyang, tiga cabai, lima cengkeh,

gaharu dan kumkum dan cendana


Kompleks pemakaman Mahligai di Kampung Aek Dakka, Tapanuli Tengah - https://www.shutterstock.com/image-https://www.shutterstock.com/g/nineimage - nineimage

cengkeh dan air mawar dan kapur barus dan ambar maka sekaliannya itu asah maka minumkan, afiat”. Bab (25) untuk obat sakit mata bilis, “Ambil temu putih dan tembikar mangkuk putih dan kapur barus sedikit, maka asah pada besi, airnya air limau kapas dan air madu maka masukkan ke dalam mata yang sakit itu, afiat”.

Barus Masa Kini Pohon-pohon kapur tua dapat dikenali dengan munculnya benjolan-benjolan pada batangnya, namun kini sangat sulit ditemui. Sampai hari ini, pohon kapur penghasil kamper masih tumbuh di Aceh Singkil, Subulussalam, dan Tapanuli Tengah. Namun, produksi kapur barus makin menurun di wilayah barat Singkil,

Bab (60) untuk obat gigi, “Pertama ambil

Sungai Natal, antara Sibolga dan Padang

batang senduduk dan batang merpadi

Sidempuan hingga Aerbangis, juga

puan namanya dan surbub ambil

Kepulauan Riau termasuk Bengkalis dan

batangnya dan batang limau purut dan

Malaka.

batang melad yang besar dan nasi dingin dan batang benalu dan batang maja dan

Sejak 2019, International Union

batang patah kemudi maka sekalian itu

for Conservation of Nature (IUCN)

dijemur. Setelah itu kemudian dibakar

mengkategorikan Dryobalanops aromatica

ambil abunya, ambil terasi sedikit, kapur

dalam “daftar merah” sebagai spesies

barus sedikit dan empedu siam sedikit

yang terancam punah. Ancaman itu

dan empedu sawa sedikit maka sekalian

disebabkan oleh praktik penebangan

itu pirak lumat-lumat maka bubuh pada

yang tidak benar untuk mendapatkan

gigi tiga hari pada malam keratkan gigi

kristal kapur barus di batang pohon.

itu”.

Sebab lain, kebakaran dan konservasi

hutan menjadi perkebunan sawit. Barus telah menjadi memori kolektif bagi sebagian masyarakat di Asia dan Eropa, namun orang menggambarkan Barus berikut kapurnya menurut sudut pandang masing-masing. Narasi yang menumpuk itu perlu dimaknai kembali melalui aksi-aksi konkrit, misalnya melalui pelestarian cagar budaya atau konservasi cagar alam berkelanjutan. Kajian-kajian lintas disiplin juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. (Sinta Ridwan: Filolog, Periset R&D Anantarupa Studios dan Cerita Rempah Barus)

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 85


ARSITEKTUR

Memaknai

Jakarta sebagai Ruang Simbolik

L

anskap kota sejak awal abad ke-19 berkembang sangat pesat dengan kompleksitas elemen

I

dan permasalahannya. Satu persoalan

Sejarah kota bersifat lokal, karena

Kota bisa dilihat pula sebagai ruang

perkotaan berikut masyarakatnya bisa

kota merupakan institusi kecil di bawah

non-geografis. Para ahli post-struktural

dicermati melalui konsep modernitas,

provinsi dan negara. Oleh karena itu,

melihat kota sebagai sebuah ruang

untuk menjelaskan lebih beragam

pembabakan sejarah kota berbeda

yang lebih kompleks. Henri Lefebvre

mengenai sejarah perkotaan di

dengan pembabakan sejarah nasional.

memandang ruang bukan semata-mata

Indonesia, seperti dikatakan ahli tata

Perubahan-perubahan dalam konteks

sebagai ruang geografis, melainkan juga

kota Ilham Makkelo. Dalam kacamata

negara dapat berdampak terhadap

ruang sosial yang tidak hanya dihasilkan

ilmu sejarah dan arkeologi, kota-kota

kota, namun bisa juga tidak, sehingga

melalui hubungan produksi dan

merupakan representasi dari identitas

pembabakan sejarah kota harus mandiri,

reproduksi, namun juga hubungan sosial

dan jati diri bangsa karena budaya

tidak perlu tergantung pada pembabakan

yang kompleks. Secara serentak ruang

materinya (material culture).

sejarah nasional.

adalah produksi, sarana produksi, bagian

86 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Monas 1979 - Fridus Steijlen - KITLV D13240 Bundaran HI masa pembangunan MRT 2016 Syefri Luwis

dari kekuatan sosial faktor produksi, dan

problematikanya. Studi lain tentang citra

bawah kekuasaan penguasa-penguasa

objek untuk konsumsi.

kota juga terhimpun dalam buku yang

lokal, seperti raja dan bupati, sebelum

disunting oleh Peter J.M. Nas, Urban

datangnya penjajah. Kotanya secara

Bukan Sekadar Ruang

Symbolism (1993).

fisik memiliki ciri khas yang berpusat

Kajian mengenai ruang dilakukan

Pembabakan sejarah kota yang dijajah

di seputar pendopo tempat penguasa

misalnya oleh Hans-Dieter Evers dan

dapat dikaitkan dengan era kolonial.

tradisional tersebut tinggal. Ciri sebagai

Rudiger Korff dalam bukunya Urbanisme

Secara umum pembabakannya adalah

kota tradisional tidak serta-merta

di Asia Tenggara: Makna dan Kekuasaan

era kota tradisional (atau kota pra-

menghilang manakala kolonialisme

dalam Ruang-ruang Sosial. Buku tersebut

kolonial), era kota kolonial, dan era kota

datang.

lebih banyak membahas kota sebagai

pasca-kolonial. Kota tradisional adalah

Era kota kolonial adalah ketika kota-kota

ruang bermukim dengan segala

kota yang berkembang ketika berada di

berada di bawah kendali pemerintah

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 87


Bundaran HI 2016 - Syefri Luwis

kolonial atau pemerintah jajahan. Untuk

menekankan pada dimensi budaya kota,

Indonesia hingga memasuki zaman

kasus di Indonesia, kota kolonial muncul

dan berorientasi pada pembentukan,

globalisasi. Kota Jakarta dapat dikatakan

pertama kali ketika Belanda mulai

distribusi, makna simbol, serta ritual

menjadi representasi kota Jawa yang

menancapkan kekuasaannya. Belanda

dalam hubungannya dengan lingkungan

merupakan simbol kuat dari sebuah

mendarat pertama kali di Jayakarta, yang

binaan.

negara modern Indonesia.

kemudian berganti menjadi Batavia,

Simbolisme perkotaan diekspresikan

Pada awal kemerdekaan Indonesia,

dan diubah lagi menjadi Jakarta semasa

melalui tata letak kota, arsitektur,

Presiden Sukarno ikut merancang kota

pendudukan Jepang. Kota Batavia mulai

patung, nama jalan dan tempat, puisi,

Jakarta sebagai kekuasaan pusat kota,

dibangun oleh Belanda pada awal abad

ritual, festival dan prosesi. Juga melalui

yang pada masa itu merupakan pusat

ke-17 dan kemudian dijadikan pusat

untaian lain seperti mitos, novel, film,

dari negara yang merdeka. Soekarno

pemerintahan kolonial di Indonesia.

puisi, musik, lagu, dan situs web, yang

membangun tugu monumen nasional

Dari sudut pandang budaya materi

semuanya dapat disebut sebagai

(Monas), masjid Istiqlal, dan Hotel

(material culture) – khususnya ilmu

pembawa simbol material, diskursif,

Indonesia yang megah, namun dianggap

arkeologi— perkembangan suatu kota

ikonik, dan perilaku.

kurang memperhatikan pembangunan

merupakan bagian dari siklus panjang

I

fasilitas-fasilitas publik. Jakarta menjadi

dari kehidupan kota, termasuk proses

Kota Jakarta yang Penuh Makna

‘kota tanpa urbanisme’ dengan

rusak (decay), revitalisasi (revitalization),

Kota Jakarta (khususnya Kota Jakarta

menempatkan monumen di tengah-

dan pembaharuan (reclamation). Satu

Pusat) tampak penuh dengan simbol,

tengah pusat kota.

kecenderungan kontemporer dalam

termasuk makna atas monumen utama

Menurut Eryudhawan, pada Perancangan

penulisan sejarah perkotaan adalah

masa pemerintahan Soekarno. Markus

Kota Tahun 1965-1985 Gubernur DKI

memakai pendekatan dalam antropologi

Zahnd melihat dalam konteks sebagai

Jakarta Ali Sadikin (1966-1977) membawa

perkotaan, yakni ekologi simbolik

‘kota Jawa pasca-koloni’, yang secara

perubahan baru dalam modernisasi

perkotaan (urban symbolic ecology), yang

umum dibangun di awal kemerdekaan

kota. Kawasan lama seperti Kota Tua

88 INDONESIANA VOL. 11, 2021


berikut dan bangunan-bangunan

Kota Jakarta dipopulerkan dengan

direvitalisasi.

bersejarah di dalamnya mendapatkan

citra kota modern dan internasional,

Identitas Kota Jakarta tidak lepas dari

perhatian. Kemudian, pada tahun 1968

imajinasi untuk menjadi negara besar.

momen Kemerdekaan RI 1945, meski

pemerintah daerah melakukan upaya-

Hal itu dipamerkan dalam bentuk iklan

masih kuat dipengaruhi oleh unsur

upaya perlindungan dan pengembangan

dan berita. Jakarta dalam pandangan

kolonial Belanda. Kota Jakarta Pusat

terhadap bangunan lama tersebut.

Evers merupakan sebuah ‘negara teater’.

merupakan kesatuan ruang dari berbagai

Selanjutnya, pada masa Orde Baru

Simbol-simbol menciptakan fasad

peristiwa sejarah yang terwujud melalui

Presiden Soeharto membangun

modernitas dengan identitas sebagai

tinggalan materi. Dalam SK Gubernur

Monumen Lubang Buaya untuk

kota Internasional, namun ada yang

DKI Jakarta No 473/1993, terdapat 63

mengenang pengkhianatan PKI

disembunyikan oleh Jakarta.

bangunan dan 4 struktur bersejarah

tahun 1965, membangun Taman

Marsely L. Kehoe mengatakan bahwa

di Jakarta Pusat. Jakarta Pusat pasca-

Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai

Jakarta dibangun dalam identitas kolonial

kemerdekaan memang dirancang

miniatur suku dan budaya Indonesia.

Belanda, yang direpresentasikan dengan

penuh simbol material, dengan Monas,

Perkembangan ekonomi masa 80-

revitalisasi Gedung Arsip Nasional di

masjid Istiqlal, dan bangunan-bangunan

90-an yang memunculkan kelas-kelas

Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, dan

perkantoran, yang merepresentasikan

menengah baru terefleksikan dengan

identitas nasionalisme dan kultur

kota pra-kolonial dengan keraton, alun-

pembangunan pusat-pusat perbelanjaan

Indonesia yang direpresentasikan oleh

alun, dan pusat aktivitas perekonomian

dan apartemen mewah. Lambat laun,

pembangunan Taman Mini Indonesia

yang berdekatan. Sayangnya,

bermunculannya gedung-gedung

Indah (TMII) pada tahun 1971 oleh

kemunculan gedung-gedung pencakar

pencakar langit (city skyline) menetralisir

Presiden Soeharto. Namun demikian,

langit menetralisir simbol-simbol

lapisan-lapisan simbolik yang pernah

hingga kini elemen-elemen kolonial

tersebut, termasuk di kawasan Kota Tua

dibangun pada era sebelumnya,

masih menjadi bagian dari identitas

Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

termasuk kawasan Kota Tua di pantai

poskolonial Indonesia pada banyak

(Ary Sulistyo, Direktorat Perlindungan

utara Jakarta.

bangunan-bangunan kolonial yang

Kebudayaan Kemendikbudristek)

Stasiun Tanjung Priok - Syefri Luwis

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 89


SASTRA

Apa Kabar Pendokumentasi

“Carita Pantun”

Sunda

Pencerita Pantun Kaenti dari Baduy, Banten, Circa 1910, KITLV 5283

I

90 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Mang Ayi Basajan, juru pantun dari Kabupaten Subang, membawakan cerita “Ciung Wanara” pada pertunjukan pantun Sunda di Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi, 7 Juli 2020. (Foto: Dadan Sutisna)

P

ada 1518, penulis atau penyalin Sanghyang Siksa Kandang Karesian, satu naskah Sunda

kuno berbentuk prosa didaktis, menyebut empat judul carita pantun. Ia persisnya menulis seperti ini, “Hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya” (Jika ingin tahu tentang carita pantun: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, tanyalah juru pantun). Berdasarkan naskah itu, carita pantun dianggap sebagai tradisi lisan berbentuk sastra Sunda asli yang paling tua.

Melayu adalah jenis puisi pendek, yang

Dalam catatan Hawe Setiawan dan Atep

dalam masyarakat Sunda setara dengan

Kurnia (2018), Raden Aria Bratadiwidjaja

bahwa carita pantun Sunda telah ada

susualan atau sisindiran. Sementara

dari Ciamis dapat dikatakan sebagai

jauh sebelum masa Hindu. Sementara

carita pantun Sunda adalah kisah yang

orang pertama yang mencatat carita

Wim van Zanten (1987) menduga bahwa

relatif panjang, berupa puisi bermetrum

pantun Lurung Kasarung, pada 1845,

penulisannya telah dilakukan sejak

oktosilabis, yang dituturkan dan

yang dituturkan secara verbatim oleh

abad ke-16. Hingga kini (tahun 2021),

dinyanyikan oleh juru pantun dengan

juru pantun Aki Kriawacana. Naskah

carita pantun masih dibawakan oleh juru

iringan musik kecapi yang ia petik sendiri.

tulisan tangannya itu menjadi koleksi

pantun dalam ritual-ritual sakral berkait

Dalam perkembangannya, irama kecapi

Perpustakaan Leiden. Lalu pada 1882,

penanaman/panen padi, pernikahan,

dibarengi dengan tarawangsa, kecrek,

Tjakrakusumah dari Rangkasbitung,

sunatan, dan ruwatan, sebagaimana

suling, gamelan, dan bahkan pesinden.

mencatat sinopsis carita pantun Kuda

dapat ditemui di beberapa Kasepuhan

Mungkin hanya carita pantun dari Baduy

Malela yang diperolehnya dari juru

Banten Kidul dan Baduy, Kabupaten

yang hingga kini hanya dibawakan oleh

pantun asal Baduy. Naskahnya tersimpan

Lebak, Banten. Meski demikian, angkanya

seorang juru pantun yang “mantun”

di Perpustakaan Nasional. Pada

terus menurun dan dikhawatirkan punah.

sembari memetik kecapi berdawai

1891, Jacobs dan Meijer menerbitkan

sembilan.

transkripsi carita pantun Ciung Wanara.

C. M. Pleyte (1911) memperkirakan

Carita pantun yang tersebar di Tatar Sunda itu, berbeda sama sekali dengan

Pendokumentasian carita pantun telah

Pantun Melayu. Pantun dalam khasanah

diupayakan sejak akhir abad ke-19.

Pada 1905, Pleyte menerbitkan Raden Moending Laja Di Koesoema dan Loetoeng

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 91


Ciung Wanara, salah satu kisah yang menjadi ciri khas Suku Sunda. – Dadan Sutisna

Kasaroeng. Perekaman, transkripsi,

Baduy People of Western Java; Singing is

penerbitan, alih wahana, dan pengkajian

a Medicine (2021) menyatakan bahwa

carita pantun juga pernah diupayakan

lebih aman untuk membatasi 60-an judul

oleh Eringa (1949), Ajip Rosidi (1970—

saja yang diketahui, merujuk penelitian

1974), Kartini dkk. (1990), Andrew N.

Eringa (1949), itu pun belum diketahui

Weintraub (1990), Jakob Sumardjo (2013),

jumlah yang terdokumentasi dengan

dan Wim van Zanten (1987—2021).

baik. Apalagi, empat judul yang disebut

Namun hingga kini, belum jelas berapa banyak carita pantun Sunda yang berhasil didokumentasikan. Hawe Setiawan dan Atep Kurnia dalam Kuliah Budaya Sunda (2018) bab “Panorama Pantun Sunda”, menyebut ada sekitar 70-120 judul carita pantun yang telah dicatat. Sementara Wim van Zanten dalam Music of the

I

92 INDONESIANA VOL. 11, 2021

dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian sudah tidak lagi dikenal. Yang cukup menyedihkan, rekaman-rekaman carita pantun yang telah diupayakan Ajip Rosidi kini tak diketahui lagi keberadaannya, baik di Perpustakaan Ajip Rosidi di Bandung maupun di Perpustakaan Universitas Leiden/KITLV di Belanda.

Lutung Kasarung Di antara sedikit carita pantun Sunda yang pernah direkam, ditranskripsi, diterbitkan, tampaknya hanya Lutung Kasarung yang paling popular dan memiliki berbagai versi yang telah dialihwahanakan ke berbagai genre. Pudentia MPSS (1992) menyebutkan bahwa dari sejarah resepsi teksnya, kisah Lutung Kasarung telah bertransformasi tidak hanya berupa lintas budaya (dari Sunda ke Belanda, Indonesia, dan Jawa) plus Inggris, tapi juga lintas bentuk (dari carita pantun lisan ke tulisan, dari tulisan ke prosa, puisi, drama, opera, novel,


Pada saat menjalankan Proyek Penelitian

Kata Ajip, “Karena itulah sekali ini saya

Pantun dan Folklore Sunda, Ajip Rosidi

tidak akan menyertakan ringkasan cerita,

(1973) pun menyebutkan bahwa tidak

karena harus saya akui terus terang—

semua juru pantun mau menuturkan

ringkasan cerita Lutung Kasarung yang

carita pantun Lutung Kasarung. Namun,

saya buat tempo hari pun, lebih banyak

ia berhasil merekamnya dari Ki Sajin,

berdasarkan rekonstruksi imajinasi saya

juru pantun asal Baduy pada 1973 dan

sendiri. Banyak bagian-bagian yang

menerbitkannya pada tahun itu juga.

tidak menyambung, atau tidak logis,

Wim van Zanten (2021) juga berhasil

saya buatkan logis dan menyambung.

merekam audio Lutung Kasarung dari juru

Tentu saja perbuatan itu tidak dapat

pantun yang sama pada Januari 1977.

dibenarkan.”

Memang, carita pantun harus dianggap sebagai bagian dari “agama” (bagi orang Baduy) dan bukan bagian dari “seni”, dan ia telah mendapatkan izin dari Baduy untuk merekam Lutung Kasarung.

Sekaitan dengan bahasa, Ayatrohaedi dalam Carita Pantun: “Roman Sejarah” Sastra Lisan Sunda (1993), menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam carita pantun adalah bahasa “masa kini”

Setelah itu, tampaknya belum ada lagi

yang agak menyimpang dari bahasa

upaya untuk mendokumentasikan

awal ketika carita pantun itu dituturkan.

carita pantun dari para juru pantun

Meski demikian, carita pantun seperti

yang masih hidup di Banten atau Jawa

Paksi Keuling dan Lutung Kasarung dari

Barat. Sementara itu, bayang-bayang

Baduy memperlihatkan bahwa pengaruh

kepunahan carita pantun semakin

bahasa Arab (apalagi Eropa) hampir tidak

kentara, seiring jumlah juru pantun terus

terlacak jejaknya. Tidak ada nama nabi,

menyusut dari tahun ke tahun. Adakah

malaikat, atau tokoh yang berasal dari

yang mewarisi carita pantun dari para

dunia keislaman hadir di dalamnya. Juga

juru pantun yang direkam Ajip Rosidi

tidak tampil kosakata Arab dan Eropa.

pada tahun 1970-an itu?

Masih banyak hal belum diungkap perihal carita pantun, dari segi teks dan

Kesukaran Metodologis dongeng, dan film). Perlu ditambahkan

terlebih sisi sosiologis atau antropologis masyarakat penyokongnya. Bahkan,

Dalam “Pengantar” Carita Buyut Orenyeng

hingga kini, belum ditemukan satu

(1974), Ajip Rosidi mengungkapkan

pun penelitian yang berfokus pada

kesulitannya dalam mentranskripsi carita

kiprah sang juru pantun—yang masih

Sebagian peneliti menyebut bahwa

pantun yang dibawakan Ki Sajin dari

tersisa—selaku pelaku aktif dalam

kisah Lutung Kasarung dianggap sebagai

Baduy. Bahkan ia membatalkan rajah

mengaja, melestarikan, dan mewariskan

cerita yang sakral oleh para juru pantun

(bagian “doa” dari sebuah carita pantun)

pengetahuan tentang carita pantun.

atau oleh masyarakat penyokongnya.

pada terbitan Carita Lutung Kasarung

Meskipun, mungkin, carita pantun

Tampaknya ada paradoks di sini, bahwa

yang terbit setahun sebelumnya,

Sunda hanya dapat ditetapkan menjadi

Lutung Kasarung adalah carita pantun

karena kekeliruan-kekeliruan dalam

warisan budaya takbenda (WBTb) dari

paling populer dan bertansformasi, tapi

mentranskripsi. Wim van Zanten (2021)

Tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten),

juga dianggap sakral. Danasasmita dan

juga mengalami kendala yang sama.

tidak seperti pantun Melayu telah diakui

Djatisunda (1986) misalnya, mengatakan

Barangkali kesulitan memahami itu

UNESCO pada 2020 sebagai WBTb

bahwa cerita Lutung Kasarung di daerah

muncul karena struktur kalimat dalam

Indonesia dan Malaysia.

Baduy, Banten, tergolong sakral karena

bahasa Sunda dialek Baduy berbeda

[Niduparas Erlang, novelis]

menceritakan tentang cara merawat padi.

dengan bahasa Sunda biasa.

pula bentuk wawacan, gending karesnen, dan tembang cianjuran.

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 93


FILM

Mengembalikan FFI menjadi Milik Masyarakat Malam Anugerah Arman Febryan

I

94 INDONESIANA VOL. 11, 2021


D

unia perfilman Indonesia

hilir perfilman di Indonesia.

memiliki sejarah yang cukup panjang. Begitu pula Festival Film

dihentikan sementara. BP2N akhirnya mengeluarkan keputusan

Praktisi perfilman muda yang memiliki

bernomor 06/KEP/BP2N/2007, tentang

Indonesia (FFI) sebagai ajang pendukung

kemampuan teknis di bidang perfilman

Pembatalan Piala Citra Utama untuk

promosi dan barometer prestasi, telah

lalu membentuk Masyarakat Film

Film Terbaik (Eskul) dan mengubah

cukup lama diselenggarakan. Jika

Indonesia (MFI), lantas mulai melakukan

bentuk Piala Citra. Akan tetapi, FFI tetap

dihitung sejak pertama kali digelar tahun

gerakan-gerakan “politis”, seperti

diselenggarakan karena produksi film

1955, FFI berarti telah berumur 76 tahun,

memprotes kemenangan film “Eskul”

nasional terus bertambah.

dipotong waktu jeda pada tahun 1993 -

karya Nayato Fionula, pada tahun 2006.

2004, yang terkendala karena tidak ada

Mereka menilai Ekskul tidak layak sebagai

produksi film.

film terbaik, di antara alasannya karena

Lahirnya Undang-Undang Perfilman

plagiat dan melanggar hak cipta sebab

Undang-Undang Nomor 33 Tentang

Kebangkitan kembali FFI pada tahun 2004

menggunakan ilustrasi musik dari film-

Perfilman lahir pada 2009, dengan

merupakan upaya Badan Pengambangan

film luar negeri yakni Taegukgi, Gladiator,

memunculkan nama Badan Perfilman

Perfilman Nasional (BP2N) dengan

dan Munich.

Indonesia (BPI), suatu badan yang

ketuanya H. Djonny Syafruddin dan

MFI secara tegas menolak keputusan

dibentuk oleh masyarakat perfilman

sekretaris Adisurya Abdi. Gagasan untuk

juri FFI 2006. Sejumlah anggota MFI

dengan fasilitasi dari negara. BPI lahir

menyelenggarakan kembali FFI waktu itu

mengembalikan Piala Citra yang

pada tanggal 17 Januari 2014, melalui

karena produksi film mulai menggeliat.

mereka terima. Sutradara Riri Riza dan

suatu musyawarah besar pada 15-17

Satu di antaranya, Ada Apa Dengan Cinta,

Mira Lesmana yang meraih Piala Citra

Januari 2014. Satu tugas BPI adalah

bahkan menjadi film box office ketika itu.

2005 untuk film Gie mengembalikan

menggelar FFI.

piala pada 3 Januari 2005. Setelah itu, Generasi muda perfilman yang

22 peraih Piala Citra dari tahun 2004

BPI dengan ketua Alex Komang mulai

merasa punya andil atas kebangkitan

hingga 2006 juga melakukan aksi yang

menjadi penyelenggara FFI. Kemala

perfilman Indonesia pun memiliki

sama. MFI juga mendesak pembubaran

Atmojo terpilih menjadi Ketua Panitia

“agenda tersembunyi”, ingin merebut

Lembaga Sensor Film. Para sineas

Pelaksana FFI, dan ia membuat aturan

penguasaan penyelenggaraan festival

muda menilai penyelenggaraan FFI oleh

baru dalam penjurian film-film peserta.

film yang selama bertahun-tahun di

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Ia bekerja sama dengan Delloite, sebuah

bawah kekuasaan pelaku-pelaku lama

tidak transparan dalam pelaksanaan

lembaga survei. Juri FFI tidak harus

perfilman yang menguasai hulu hingga

dan pendanaan serta mendesak FFI

menilai bersama-sama dalam sebuah

Joko Anwar - Arman Febryan

Gunawan Maryanto - Arman Febryan

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 95


Merayakan penganugerahan- Arman Febryan

forum seperti pada sistem penjurian

informasi tentang FFI kepada media-

embel budaya. Tidak lagi menggunakan

sebelumnya, tetapi bisa menilai di mana

media melalui siaran pers atau bertemu

nama festival, melainkan apresiasi.

saja. Tim juri diberikan disket berisi

langsung di Gedung Film, Jalan Menteng

Pada tahun 2012, Direktorat Pembinaan

film-film peserta untuk ditonton. Hasil

Raya, Jakarta Pusat.

Kesenian dan Perfilman Kemendikbud

penilaian dicemplungkan ke dalam drop box yang disediakan oleh Delloitte. Terdapat 100 orang juri yang dipilih dari asosiasi perfilman. Belakangan terungkap, tidak semua juri benar-benar menonton film yang diberikan, seperti diakui pula oleh Lukman Sardi, Ketua Pelaksana FFI 2016 pada 2 Agustus 2017. Sejak dipegang oleh BPI, FFI memang terkesan elitis. Dalam hal penyampaian informasi kegiatan FFI, era Panitia Tetap (Pantap) FFI 1988 – 1992 merupakan yang terbaik. Ketika itu Pantap FFI memiliki empat bidang, yakni Bidang Acara, Bidang Luar Negeri, Bidang Penjurian, serta Bidang Humas / Dokumentasi dan Publikasi. Bidang Humas, Publikasi dan Dokumentasi yang diketuai oleh Ilham Bintang terus bekerja keras memberikan

I

96 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Pawai artis merupakan kegiatan penunjang FFI untuk mendekatkan artisartis dengan masyarakat. Pawai artis terakhir digelar di FFI 2014 Palembang. Pawai yang dimulai dari kantor Gubernur Sumatera Selatan, Griya Agung menuju Benteng Kuto Besak itu cukup menarik perhatian masyarakat karena diikuti 25 artis, diiringi drumband, komunitas ontel, komunitas motor besar, dan kendaraan jip.

untuk pertama kalinya menggelar acara Apresiasi Film Indonesia(AFI). Penyelenggaraan AFI kurang jelas urgensinya, karena format dan film-film yang dinilai sama belaka dengan FFI. Mengapa tidak memperkuat FFI saja, festival yang memiliki sejarah panjang dan sudah diakui sebagai barometer produksi dan kualitas film nasional. Alhasil sejak 2012, pemerintah memiliki dua festival, FFI yang diselenggaran Kemenparekraf dan AFI di bawah

Kemunculan AFI

Kemdikbud.

Menurut UU Perfilman, urusan perfilman

unit kerja baru bernama Pusat

dinaungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kemdikbudristek). Namun hingga 2014, FFI masih berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemendikbud lantas merancang festival film yang skala dan gaungnya setara dengan FFI, plus embel-

Pada 2015, Kemendikbud membentuk Pengembangan Perfilman (Pusbang) Film. Pada tahun itu pula FFI dipegang penuh oleh Pusbang Film, sehingga Kemdikbud menyelenggarakan dua festival film dalam setahun. Bedanya, FFI dilaksanakan oleh BPI, sedangkan


AFI dipegang oleh pihak luar, dari

masyarakat “kelas bawah” lebih menyukai

insan perfilman juga, yang sejak awal

film Malaya (Malaysia) dan India. Dengan

menggagas AFI. Sama seperti FFI, AFI

adanya FFI, masyarakat pelan-pelan

juga beberapa kali diadakan di daerah,

menggemari film Indonesia.

yakni di Istana Maimoon, Medan (2014),

Wartawan juga berperan besar dalam

Benteng Vredeburg Yogyakarta (2015),

FFI, karena wartawanlah yang akan

Manado (2016), dan di Banyuwangi

menjadi jembatan antara masyarat film

(2017). Namun pada 2018, pemerintah

dengan masyarakat umum. Di masa

tampaknya ingin berkonsentrasi pada

lalu wartawan tidak hanya jadi “corong”

satu festival saja, sehingga gaung AFI

bagi kegiatan perfilman, tetapi terlibat di

mulai berkurang.

dalamnya. Ketika penyelenggaraan FFI

Jika mau jujur, FFI juga makin kehilangan

mengalami kevakuman akibat kondisi

daya tarik, dan masyarakat umum kurang

politik yang tidak menentu, wartawan

peduli. Padahal, tujuan FFI selain menjadi

film membuat inisiatif membuat festival

barometer kualitas dan pertumbuhan

sendiri. Antara tahun 1970 sampai

film nasional, seharusnya juga menjadi

1975 terdapat festival terbatas berupa

alat untuk mendekatkan film dengan

Pemilihan Aktor/Aktris Terbaik yang

diselenggarakan oleh PWI Jaya Seksi Film. Kegiatan ini memang akhirnya tersaingi oleh masyarakat film yang dikelola oleh Yayasan Film Indonesia (YFI), dan mendapat dukungan dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, yang pada waktu itu merupakan institusi pembina perfilman nasional. Mengembalikan fungsi FFI menjadi ajang yang mendekatkan dunia perfilman dengan masyarakat adalah sebuah tantangan, apalagi di saat pandemi Korona saat ini. (Herman Wijaya, jurnalis dan pemerhati film)

masyarakatnya. Konsep penyelenggaraan terkesan elitis, tidak mendekat ke masyarakat. Menurut Firman Bintang, kekuatan FFI itu ada di daerah. Tidak perlu merasa turun derajat jika harus ke daerah-daerah, ikut pawai-pawai. “Orang film harus melaksanakan FFI seperti tujuan para pendahulu. Enggak usah malulah. Cari orang yang paham, mau dan mampu bekerja, serta harus didukung. Tapi kan orang film itu sulit bersatu. Selalu berkelompok,” katanya. FFI adalah ajang silaturahim. Kita berkumpul, berpesta, setelah setahun bekerja. Kita berpesta. Petani aja berpesta, nelayan berpesta. Di dalam pesta itu ada penghargaan-penghargaan kepada orang yang mampu berkarya. Setelah pesta usai, kita kembali bekerja. Jika ada kekurangan, kelemahan, jangan dijadikan perkara besar. Mendekatkan film dengan masyarakatnya merupakan tujuan mulia yang bisa mempertahakan eksistensi film nasional pada tahun-tahun berikutnya. Ini dibuktikan ketika FFI pertama kali diadakan, tahun 1955. Ketika itu masyarakat “golongan atas” menonton

Laura Basuki - Arman Febryan

film-film buatan Amerika, sedangkan

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 97


MUSEUM

Pos

Memori Korespondensi:

Kring… Kring Wajah Kantor Pusat PT Pos Indonesia - Jessika Nadya

G

enerasi bunga dan gen-X tentu masih dapat mengingat tukang pos dengan sepeda kayuhnya, mendatangi rumahrumah warga, untuk mengantarkan surat atau wesel. Begitu besar jasanya dipandang, hingga muncul lagu “Aku tukang pos rajin sekali. Surat kuantar naik sepeda. Semua rumah aku datangi. Tidak kupilih miskin dan kaya. Kring

kring pos,,,”, yang melodinya mirip lagu “Nenek Moyangku Orang Pelaut” karya Ibu Sud. Lambat laun, kereta angin itu diganti dengan sepeda motor, yang seiring waktu juga tertelan zaman dan bahkan dilelang. Di abad ke-21 ini, segala memori akan kartu pos, perangko, telegraf, giro, berikut sejarah pengantaran surat sejak zaman Hindia Belanda dapat dipanggil kembali melalui Museum Pos Indonesia, di Bandung.

I

98 INDONESIANA VOL. 11, 2021


Museum Pos Indonesia berada di satu bangunan dengan Kantor Pusat PT Pos Indonesia (Persero) di Jalan Cilaki Bandung, satu kompleks dengan kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang dikenal dengan Gedung Sate. Pada Maret 2021, redaksi majalah Indonesiana menyambangi Museum Pos Indonesia untuk melongok suasana terkini. Kami sebelumnya telah mencari informasi awal melalui Google. Ketika mengetik “museum pos Indonesia”, frasa yang muncul paling atas dalam riwayat pencarian adalah “museum pos Indonesia angker”. Rasanya geli, tapi mafhum. Barangkali orang penasaran dengan lokasi penyimpanan koleksi lawas di lantai bawah tanah (lampu harus dinyalakan meski siang), dan berada di gedung tua pula, yang termasuk benda cagar budaya. Pikiran langsung mengarahkan: angker….

Sejarah Tua di Gedung Tua Berwisata ke Museum Pos Indonesia

Salah satu koleksi Museum Pos Indonesia - Jessika Nadya

berarti meraup dua hal sekaligus: sejarah pos di Indonesia yang jauh lebih tua dari umur Republik Indonesia itu, serta

jajahannya. Adapun arsitektur kolonial

bertumpuk seperti sate berbentuk jambu

sejarah gedung tua yang dimanfaatkan

Belanda adalah arsitektur Belanda

air. Gedung Sate sendiri hanya bagian

sebagai Kantor PT Pos Indonesia. Kita

yang dikembangkan di Indonesia ketika

kecil atau sekitar 5% dari “Kompleks

bisa mengenal Abdurahim Djodjodipoera

Indonesia dikuasai Belanda sekitar awal

Pusat Perkantoran Instansi Pemerintah

serta R Dijar, petinggi Jawatan PTT

abad ke-17 sampai 1942, seperti ditulis

Sipil” Hindia Belanda yang menempati

semasa Hindia Belanda yang mendapat

oleh Djoko Soekiman dalam Kebudayaan

lahan Bandung Utara seluas 27.000

penghargaan karena semangat

Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi

meter persegi (Harastoeti DH dalam

kebangsaan dan jasa-jasanya. Selain

(2011). Ciri paling menonjol adalah

100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung,

membahas soal sejarah dan arkeologi,

facade dan denah bangunan yang

2011).

kita dapat mengulik kembali keindahan

simetris serta gerbang masuk dengan

arsitektur gedung pos. Paket komplit.

dua daun pintu.

Arsitektur seperti kita tahu adalah

Data dari pemerintah Kota Bandung

tahapan pembangunan, perkembangan,

paduan karya seni, ilmu pengetahuan,

menyebutkan, terdapat sedikitnya 1.700

serta pertumbuhan Kota Bandung.

dan teknologi dalam menciptakan

bangunan warisan budaya di Bandung,

Pemerintah kolonial Belanda melalui

ruang sebagai tempat aktivitas manusia.

satu di antaranya adalah Kantor PT Pos

“The International Congresses of

Arsitektur kolonial, lebih khusus lagi,

Indonesia, yang berada di kompleks

Modern Architecture” (CIAM) pada tahun

merupakan arsitektur cangkokan dari

Gedung Sate, gedung yang di puncak

1931 menunjuk Bandung sebagai satu

negeri induknya, Eropa, ke daerah

menaranya terdapat enam ornamen

prototipe kota kolonial di dunia, seperti

Gedung-gedung tersebut menjadi bukti berlangsungnya proses dan

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 99


Pengunjung Museum Pos Indonesia Jessika Nadya

dikutip Rizky Pratama dalam Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Jalan ABC Bandung (2019).

Kiosk Informasi Pos Jessika Nadya

Sama dengan Gedung Sate, Gedung PT Pos Indonesia juga dirancang oleh arsitek Ir J. Berger. Dibutuhkan hingga 2.000-

1980 museum direvitalisasi. Pada 27

alat cetak perangko, lantas surat-surat

September 1983 bertepatan dengan Hari

berharga, armada pengantar surat, dan

Bhakti Postel ke-38, Menteri Pariwisata,

bahkan manuskrip. Koleksi lain meliputi

Pos, dan Telekomunikasi Achmad Tahir

buku-buku, visualisasi dan diorama

mengubah namanya menjadi Museum

kegiatan pengeposan, perlengakapan

Pos dan Giro, yang kemudian berubah

baju zaman kolonial, patung tokoh Pos

lagi pada tahun 1995 menjadi Museum

Indonesia, Mas Soeharto, pertugas pos

Pos Indonesia.

yang pernah diculik oleh Belanda. Kami memasuki museum dengan

merupakan karya yang gigantik.

Dari Perangko hingga Manuskrip

Museum pos telah ada sejak masa Hindia

Satu di antara koleksi museum yang

Belanda pada tahun 1933 dengan nama

hingga kini masih dikenal adalah

Pos Telegraph dan Telepon (PTT). Pada

perangko. Jumlahnya mencapai

masa Perang Dunia II hingga masa Jepang

131.000.000 lembar dari Indonesia dan

di Indonesia tahun 1942, museum tidak

178 negara sejak tahun 1933. Selain

terurus, dan terus terbengkelai hingga

itu, terdapat 200-an koleksi berbagai

akhir tahun 1979. Pada awal tahun

peralatan, seperti timbangan paket dan

an pekerja untuk membangunnya, dan di antara mereka terdapat sekitar 150 pekerja dari Cina Konghu atau Kanton, tukang-tukang kayu dan pemahat batu yang trampil di negerinya. Arsitek Belanda, Dr.Hendrik Petrus Berlage, menyebut bahwa rancangan kompleks Pusat Perkantoran Instansi Pemerintahan Sipil Hindia Belanda di Bandung

I

100 INDONESIANA VOL. 11, 2021

ditemani Pak Cucu, penjaga gedung. Museum tutup pada Minggu, dan pemandu pun libur, namun kami diizinkan masuk. Kami mulai menuruni tangga, dan mendapati pemandangan pertama: foto Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Pendiri Kantor Pos Batavia pada 26 Agustus 1746, yang


juga kantor pos pertama Hindia Belanda.

sudah tercetus jauh sebelum itu, yakni

menyatakan bahwa semenanjung Melayu

Turun tangga lagi, kami mendapati

pada 3 Desember 1795, oleh Sir Rowland

dan Singapura dipisahkan dari Sumatra

sejumlah peralatan lawas seperti mesin

Hill, petinggi di Dinas Perpajakan Inggris.

dan Kepri, sehingga Riau dan Johor pun

transaksi perangko dengan uang koin pecahan 50, 100, 500, dan 1.000 rupiah

Koleksi yang juga sangat berharga adalah

terbagi dua.

sejumlah manuskrip berupa surat-surat

Reproduksi dari surat-surat emas

dari raja-raja Nusantara untuk pejabat

raja-raja tersebut, di antaranya dari

Jika berbelok ke kiri, kita dapat melihat

Inggris yang dibingkai kaca dan dipajang

Aceh, Riau, Lingga, Palembang, Banten,

sepeda kayuh dan sepeda motor

di dinding museum. Satu di antaranya

Yogyakarta, Banjarmasin, Ambon, dan

pengantar surat yang nostalgik itu.

adalah surat dari raja terakhir kerajaan

Ternate, serta naskah-naskah kuno dari

Sebagian koleksi prangko dipajang

Riau-Johor, Sultan Mahmud Syah,

Batak, Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali,

dalam papan-papan kayu yang dilindungi

kepada Raffles pada tahun 1811, yang

Bugis, dan Makassar pernah dipamerkan

kaca sehingga bisa dilihat langsung.

menyatakan bahwa akan dikirim sebuah

pada tahun 1991. Pameran manuskrip

Namun ada sebagian koleksi yang hanya

kapal perang dengan senjata lengkap

tersebut merupakan kerjasama British

bisa dilihat dengan bantuan petugas,

untuk membantu pasukan Inggris.

Library London, Perpustakaan Nasional

sebab koleksi itu ditempel pada papan-

Surat ditulis dalam bahasa Melayu

Indonesia, dan Pos Indonesia.

papan yang disatukan secara vertical,

dengan menggunakan huruf Jawi, di atas

menyerupai lemari kayu berukuran 1,5 x

kertas Inggris. Dari Lingga, Engku Sayid

1 x 2,5 meter.

Muhammad Zain al-Kudsi, penasihat

dan timbangan paket manual.

Satu koleksi yang langka adalah lukisan perangko pertama di dunia yang digambar oleh Ratu Victoria. Perangko yang dinamai The Penny Black itu diterbitkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1840. Meski demikian, gagasan pemakaian perangko sebagai penggantian biaya kirim surat sebetulnya

Sultan Mahmud Syah, juga mengirim surat kepada Raffles tahun 1811. Waktu itu, wilayah Riau, Lingga, dan Pahang berada dalam kekuasaan Kerajaan Johor, yang diperintah tidak hanya oleh sultan dari Melayu namun juga pangeran dari Bugis, yang justru lebih berpengaruh.

Begitulah lawatan ke museum. Masa lalu terasa menjadi aktual kembali, mengisi memori masa kini kita. Sejarah bercerita melalui koleksinya. Bukan semata-mata meromantisasi, namun menjadikannya pijakan untuk perbaikan dan kebaikan di masa depan. Ayo ke museum! (Susi Ivvaty dan Jessika Nadya, Redaksi Majalah Indonesiana).

Perjanjian London pada 1824

Timbangan Paket Jessika Nadya

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 101


FIGUR

Umbu Landu Paranggi:

Guru yang Berumah di Atas Angin Pengantar: Umbu Landu Paranggi. Maestro misterius itu berpulang pada tanggal 6 April 2021 di Bali. Jagat sastra Tanah-Air berduka. Umbu tidak sekondang anak-anak asuhnya seperti Emha Ainun Nadjib atau Linus Suryadi, karena ia memilih untuk menjauh dari “sorot lampu”. Banyak orang hanya dapat mendengar namanya atau membaca karya-karya yang ia cipta pada tahun 70-an dan 80-an. Ia pun tidak mudah ditemui. Rubrik Figur di majalah Indonesia Volume 10 memilih Umbu agar namanya tertoreh di sini sebagai arsip atau semacam catatan, sekaligus mengenang dedikasinya.

E I

mha Ainun Nadjib pernah

mata penyair penyair muda Yogya saat

Pelopor Yogya yang berkantor di Jalan

berkelakar, “Penyair yang

itu. Meskipun Pelopor Yogya adalah

Malioboro 175 A, Yogyakarta, adalah

puisinya berhasil terbit di

media lokal, akan tetapi rubrik “Sabana”

seorang yang sangat disegani di dunia

“Sabana” itu seperti sudah naik haji dan

tidak kalah prestisius jika dibandingkan

kepenyairan Indonesia. Dia adalah

yang puisinya berhasil terbit di “Horison”

dengan majalah sastra nasional sekelas

Umbu Landu Paranggi, penyair kelahiran

seperti sudah melakukan Isra Mikraj.

Horizon dan Budaya Djaya.

Sumba, 10 Agustus 1943. Dunia sastra

Kelakar itu menunjukkan betapa

Apa yang membuat Pelopor Yogya begitu

prestisiusnya rubrik puisi “Sabana” di

prestisius? Ternyata, redaktur sastra

102 INDONESIANA VOL. 11, 2021

telah mafhum bahwa Umbu merupakan mentor, guru, pengasah batin, sekaligus


sepanjang Jalan Malioboro. PSK telah

diabadikan ke dalam diksi yang kuat dan

berkembang menjadi ajang membaca,

berkisah sendiri.

menulis, berdiskusi tanpa batas waktu.

Emha pernah bercerita bahwa hampir

Umbu adalah seorang guru yang

tiap malam ia diajak Umbu berjalan

sangat telaten. Sedemikian telaten

kaki menempuh jarak sekitar 15-20 km

dan intensnya Umbu sehingga mampu

menyusuri jalanan kota Yogya. Satu

membina penulis-penulis muda hingga

atau dua bulan sekali bahkan Umbu

menjadi penyair berkelas. Ia kemudian

mengajak berjalan kaki ke Magelang, ke

dijuluki sebagai Presiden Malioboro.

Klaten, ke Wates, ke Parangtritis untuk

Umbu mendidik para penyair muda

melatih kepekaan rasa dan menambah

Yogyakarta dengan cara berkelana

pengalaman. Bukan sekali dua kali Umbu

berjalan kaki menyusuri sudut sudut kota

tiba-tiba muncul di kostnya pada tengah

Yogyakarta untuk melatih kepekaan rasa

malam buta dan mengajaknya berjalan

dan intuisi. Umbu menekankan bahwa

kaki untuk menangkap momen-momen puitis. Emha menambahkan bahwa Umbu juga aktif mendorong anggota PSK menyelenggarakan acara perkemahan sastra atau pembacaan sastra di berbagai lokasi, mulai dari lereng bukit, bantaran Kali Code, pinggiran Kali Progo, Kali Gajah Wong sampai di surau, pesantren dan pasar.

pembimbing para penyair. Umbu telah melahirkan banyak penyair yang berkiprah di Yogya dan di tingkat nasional, seperti Emha Ainun Nadjib dan

Di bekoerajalah kau bagi nyawaku waku

(alm) Linus Suryadi Agustinus. Di lantai dua kantor redaksi Pelopor Yogya itulah pada 5 Maret 1968 Umbu membentuk komunitas penyair Persada Studi Klub (PSK). Komunitas bentukan Umbu tersebut kemudian muncul sebagai penyelenggara diskusi-diskusi untuk mengasah kemampuan kepenulisan. Komunitas, awalnya, berkumpul setiap minggu dan pada setiap pertemuan itu para anggota dipersilakan membacakan karyanya untuk kemudian diberikan kritik dan masukan oleh Umbu. Kelompok diskusi itu berkembang sehingga tidak berdiskusi sekali sepekan melainkan menjadi hampir tiap malam dan berlangsung di

sastra adalah kehidupan dan untuk menjadi sastrawan yang baik tidak bisa tidak harus bertolak dari pengalaman. Ia mengajak murid-muridnya untuk menangkap momen-momen puitis. Momen-momen itu hanya bisa diperoleh

suny agi nya b u a k h a l a j r e k risau sunyi be lah kau bagi nyawaku kerja risau sunyi be lah kau bagi nyawaku i kerja risau sunyi be u bagi kau bekerjalah suny awak risau risau ny i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku i kau bekerjalah sunyi bag risau nyawaku Kauku

dengan cara memperhatikan hal-hal kecil di jalanan, di pasar, dan di Lorong-lorong kehidupan. Momen-momen itu harus

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 103


Semua sketsa oleh Zul Lubis

Pada tahun 1975 , Umbu menghilang dari

telah matang. Umbu menyatakan,

menjadi meriah karena menjadi ruang

Yogyakarta hingga pada tahun 1979 ia

mereka yang bisa menembus kategori

berpolemik sastra di antara mereka.

muncul di Bali. Di sana ia melakukan hal

“Pos Budaya” adalah yang sajak-sajaknya

yang sama dengan apa yang dilakukan di

setingkat dengan sajak-sajak penyair

Yogya. Ia mencari bakat-bakat terpendam

nasional yang dimuat di Horison. Umbu

penyair muda Bali untuk kemudian

juga membuat kategori “Solo Run” bagi

menebar benih, menyiang, dan

penyair yang karyanya ditampilkan

memupuknya. Oleh karena itu, penyair

tunggal dalam satu halaman penuh

Bali generasi 1980 - 2000-an rata-rata

koran dan kategori ini sangat sulit untuk

adalah hasil sentuhan Umbu. Sentuhan

ditembus.

itu dilakukan melalui rubrik puisi di koran

rubrik-rubrik, “Posis” atau “Pos Siswa” untuk mewadahi tulisan-tulisan siswa dan “Posmas” atau “Pos Mahasiswa” untuk mewadahi tulisan-tulisan mahasiswa, dan “Pos Solo Run” bagi penulis yang tampil tunggal. Selain itu, Umbu juga menyediakan ruang bagi para guru

Wayan Sunartha, penyair Bali,

yang suka menulis esai-esai pendek.

menjelaskan bahwa sistem peringkat

Ada kalanya, muncul puisi dan prosa

Di Bali Post Umbu membagi rubrik ke

yang dibuat Umbu membuat para

berbahasa Bali dan Umbu memuat karya

dalam empat kategori, (1) “Pawai” bagi

penyair muda Bali “mabuk kepayang”

tersebut di rubriknya sebagai bentuk

pemula yang baru belajar menulis puisi,

dan tergila-gila menulis puisi. Tidak

apresiasi kepada sastra daerah.

(2) “Kompetisi” bagi penyair yang puisinya

hanya sampai di situ, Umbu sering juga

dianggap lumayan dan siap diadu dengan

sering membakar para penyair yang

penyair lain yang setingkat, (3) “Penyair”

sajaknya baru masuk kelas “Pawai” dan

yang sajaknya siap diadu di luar kandang,

“Kompetisi” agar berkarya lebih bagus

dan (4) “Posbud” atau “Pos Budaya” bagi

melalui rubrik esai-esai dan kritik puisi

penyair yang dianggap sajak-sajaknya

dari para penulis muda itu. Rubrik ini

Bali Post.

I

Di era 2000-an, Umbu menambahkan

104 INDONESIANA VOL. 11, 2021

Umbu bukan tipe redaktur sastra yang hanya duduk di belakang meja. Dia menjalankan konsep “turba” atau “turun ke bawah”. Umbu sering mengajak para penyair muda Denpasar menyelami kehidupan Pasar Kumbasari yang buka


24 jam untuk memperhatikan hal-hal

saya hanya bisa tersenyum mengiyakan.

Dalam bayangan saya, ia menguasai

kecil yang terjadi di sana. Tidak hanya

Namun, kami sempat berbincang,

keseluruhan pemandangan itu dan

di Denpasar, Umbu juga turun ke

atau tepatnya saya mendengarkannya

karenanya mampu mengubahnya

kabupaten-kabupaten. Umbu bahkan

berbicara. Sebuah obrolan ringan, bukan

menjadi apa saja. Tanah yang berbatu-

membuat jadwal pertemuan rutin untuk

wawancara.

batu, gerumbul yang tumbuh di sana-sini,

berkunjung ke sana untuk mengadakan

rumputan, jalan setapak bekas kaki kuda,

apresiasi puisi. Tak dinyana, di Jembrana

Sapardi Djoko Damono, dalam sebuah

dan nun di sana laut yang terhampar

dan Singaraja muncul sanggar-sanggar

buku menulis, “Setiap ingat Umbu,

selalu bergolak menyerukan suara-suara

sastra. Umbu juga menggairahkan

saya suka membayangkan sabana yang

kekal ke daratan hening yang sesekali

kehidupan sastra hingga pelosok desa di

membentang antara tanah perbukitan

terganggu ringkik kuda. Umbu, dalam

Bali, seperti Desa Marga di Tabanan.

dan laut yang batasnya cakrawala. Di

bayangan saya, adalah kebebasan itu.”

sana saya bayangkan berkeliaran kuda-

(Seno Djoko Suyono, Tim Penilai

Sesungguhnya, Umbu adalah penyair

kuda, dan dari kejauhan tampak oleh

Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020)

yang kuat pada sajak-sajak liris. Akan

saya seorang Pangeran, lelaki bertubuh

tetapi, ia tampaknya lebih menikmati

kokoh di atas kuda memandang

menjadi guru bagi penyair muda. Umbu

ke sekeliling yang lepas. Umbu.

lebih bahagia melihat anak asuhannya mampu menciptakan puisi-puisi yang lebih baik bahkan dari dirinya. Ia melupakan sajak-sajaknya sendiri untuk lebih menumbuhkan sajak-sajak orang lain. Ia adalah pelopor, pendidik, dan guru yang telah melahirkan sastrawansastrawan tangguh. Sampai akhir hayatnya, Umbu dikenal sebagai penyair yang berumah di atas angin. Tak seorang pun tahu di mana tempat tinggal tetapnya. Di mana Umbu suka, di situlah rumah baginya. Dia jarang mau datang ke acara-acara kesenian, meski diundang secara khusus. Tapi, seperti dikatakan Wayan Sunartha, dia akan muncul tiba-tiba jika acara itu menarik perhatiannya, atau hanya mengamati jalannya acara dari jarak yang jauh atau dari balik kegelapan. Saya pun sangat sulit menemui Umbu. Saya menunggu sampai beberapa hari untuk wawancara, saat mendengar kabar Umbu akan berada di suatu tempat. Memang akhirnya bisa bertemu dengan perantara seorang teman, tetapi saya tidak dapat memotretnya. Ia enggan, dan

Apa Ada Angin di Jakarta Apa Ada Angin di Jakarta Seperti dilepas desa Melati Apa cintaku bisa lagi cari Akar bukit Wonosari Yang diam di dasar jiwaku Terlontar jauh ke sudut kota Kenangkanlah jua yang celaka Orang usiran kota raya Pulanglah ke desa Membangun esok hari Kembali ke huma berhati Sebagian tulisan ini pernah dimuat di buku “Anugrah Kebudayaan Indonesia 2020.”

I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 105


I

106 INDONESIANA VOL. 11, 2021


I

VOL. 11, 2021 INDONESIANA 107


TIDAK UNTUK DIJUAL

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung E. Lt. 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5 Senayan, Jakarta 10270

I

108 INDONESIANA VOL. 11, 2021

(021) 5725534 (021) 5725534 indonesiana.diversity@gmail.com http://kebudayaan.kemdikbud.go.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.